Teknologi Stent Bioadaptor Terbukti Efektif bagi Pasien Jantung Usia Muda dan Penderita Diabetes

Para peneliti yang dipimpin Prof Shigeru Saito dari Jepang menemukan, Bioadaptor lebih efektif bagi pasien jantung usia muda maupun dengan penyakit penyerta seperti diabetes.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 31 Mei 2024, 20:01 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2024, 20:01 WIB
Bioadaptor
Konferensi Intervensi Kardiovaskular EuroPCR 2024. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Studi klinis terbaru yang dilakukan para peneliti internasional terhadap teknologi stent terbaru Bioadaptor menunjukkan bahwa teknologi tersebut menunjukkan tingkat kegagalan yang lebih rendah dari teknologi stent DES (Drug Eluting Stent). Bahkan para peneliti yang dipimpin Prof Shigeru Saito dari Jepang menemukan, Bioadaptor lebih efektif bagi pasien jantung usia muda maupun dengan penyakit penyerta seperti diabetes.

Studi klinis selama 24 bulan itu membandingkan antara stent Bioadaptor dengan stent DES. Hasil studi diumumkan dalam konferensi Intervensi Kardiovaskular EuroPCR 2024.

Selama hampir 40 tahun terakhir sejumlah cara dan inovasi dilakukan guna mengatasi berbagai masalah jantung. Prosedur percutaneous coronary intervention (PCI) pertama dilakukan sekitar 40 tahun lalu guna melebarkan pembuluh darah yang menyempit dengan memasukkan stent ke dalam pembuluh darah.

Meski efektif melebarkan pembuluh darah, seringkali metode ini menyebabkan insiden penyempitan pembuluh darah berulang atau restinosis. Metode stent bersalut obat yang dikenal dengan DES kemudian muncul sebagai upaya mengurangi risiko restenosis. Metode ini bekerja dengan melepaskan obat-obatan ke pembuluh darah dengan hasil yang terbukti lebih baik.

Meski demikian, komplikasi jangka panjang tetap tak terhindarkan pada penggunaan DES. Sekitar 20 persen pasien masih mengalami penyempitan pembuluh darah setelah 5 hingga 10 tahun pasca prosedur PCI. Stent permanen DES bisa membatasi pergerakan alami dan kemampuan pembuluh darah untuk beradaptasi sehingga meningkatkan potensi kejadian klinis seperti serangan jantung, gagal jantung, dan pemasangan stent ulang.

Risiko penyempitan pembuluh darah ini bahkan 2 kali lebih tinggi pada penderita jantung dengan diabetes. Oleh karena itu, inovasi terbaru stent Bioadaptor memberi angin segar bagi pasien jantung, khususnya dengan komorbid diabetes. Hasil uji klinis Bioadaptor menunjukkan tingkat keamanan dan efektivitas yang lebih baik untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah serta mendukung kesehatan jantung jangka panjang. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cara Kerja Bioadaptor dan Stent DES

Bioadaptor
Bioadaptor (Foto: Istimewa)

Spesialis jantung dan pembuluh darah koroner Dr dr Vito A. Damay menjelaskan, cara kerja Bioadaptor dan Stent Bersalut Obat (DES) berbeda meski keduanya efektif membuka arteri yang tersumbat.

"Bioadaptor adalah stent terbaru yang menggabungkan fungsi Stent Bersalut Obat (DES) dengan Stent Polimer Bioresorbable (BRS) menggunakan materi biodegradable untuk mendukung pemulihan fungsi arteri," jelas Vito.

Lebih lanjut Vito menjelaskan, Bioadaptor memulihkan gerakan dan fungsi pembuluh koroner serta mengembalikan fungsi alami pembuluh darah karena memiliki desain 3 helai heliks metal bersalut obat dan elemen "uncaging) yang beradaptasi dengan pembuluh darah setelah 6 bulan.

Bioadaptor memiliki tiga fase perawatan dimulai dengan membuka dan memperlancar pembuluh darah, lalu melepaskan obat-obatan secara bertahap untuk mengontrol pembentukan jaringan sehat.

Setelah pemulihan, Bioadaptor melakukan adaptasi struktural, memungkinkan pembuluh darah bergerak dan berfungsi secara alami. DES efektif memulihkan peredaran darah di fase pertama, tetapi desainnya menghalangi pembuluh darah bergerak alami, meningkatkan risiko komplikasi jantung jangka panjang seperti serangan jantung dan pemasangan stent ulang.


Beri Harapan bagi Pasien Jantung dengan Diabetes

Teknologi Bioadaptor telah diuji dan dikembangkan selama lebih dari enam tahun di berbagai negara. Di Indonesia, pemasangan pertama dilaukan pada Juni 2022 di RS Medistra Jakarta oleh Prof Dr Teguh Santoso. Hingga saat ini, lebih dari 200 tindakan telah dilakukan.

Teguh mengatakan, Bioadaptor membawa harapan baru bagi pasien jantung koroner. Pasien jantung koroner usia muda yang aktif khawatir stent DES berisiko restenosis dalam jangka panjang dengan risiko komplikasi akut sebesar 20 persen setelah 5 tahun dan 50 persen setelah 10 tahun.

"Bioadaptor cocok untuk sebagian besar jenis kasus PCI dengan tingkat keamanan dan efikasi yang sangat baik," ujar Teguh.

Sementara itu, pada pasien diabetes yang telah menjalani PCI, risiko serangan jantung menjadi dua kali lebih tinggi, terutama pada pasien yang bergantung pada insulin, seperti disampaikan Prof Ribicini dari Italia.

“Bioadaptor memberikan harapan bagi pasien jantung dengan diabetes, yang terbukti aman dan efektif menyembuhkanpembuluh darah yang tersumbat serta mendukung kesehatan jantung jangka panjang.”

 


Pasien Jantung Diharapkan Tak Perlu Berobat ke Luar Negeri

Country Manager Elixir Medical Indoensia Ati Saraswati mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir rumah sakit di Indonesia tidak kalah dalam mengadopsi teknologi terkini pengobatan jantung. Ini karena dokter jantung di Tanah Air terus mengikuti perkembangan inovasi teknologi terbaru. Pihaknya pun merasa bangga bisa menghadirkan Bioadaptor sebagai salah satu terobosan paling signifikan dalam desain implan ring jantung koroner.

Ati mengatakan, teknologi tersebut telah tersedia di sejumlah rumah sakit dengan fasilitas jantung terbaik di Indonesia.

"“Besar harapan kami, pasien tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan jantung, karena rumah sakit di Tanah Air telah menawarkan fasilitas yang canggih, teknologi dan solusi terbaru seperti Bioadaptor. Dan yang tidak kalah pentingnya didukung dokter-dokter spesialis jantung dan kardiovaskular terbaik, seperti yang hadir mewakili Indonesia di ajang EuroPCR 2024 ini dan mendapatkan pengakuan dunia kardiovaskular internasional,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya