DBD di Indonesia Mengganas, Vaksinasi Jadi Senjata Bagi Dunia Melawan Demam Berdarah Dengue

Kasus DBD Meningkat Pesan di Indonesia dan Dunia. WHO, Kemenkes RI, dan Pihak Swasta Terus Berupaya Menyusun Strategi Pencegahan Inovatif, Termasuk Vaksinasi dan Kolaborasi Lintas Sektor

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 02 Jul 2024, 13:11 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2024, 13:10 WIB
Vaksinasi Demam Berdarah Dengue Diharapkan Bisa Cegah Lonjakan Kasus yang Semakin Mengganas di Indonesia (Liputan6.com/Johan Tallo)
Vaksinasi Demam Berdarah Dengue Diharapkan Bisa Cegah Lonjakan Kasus yang Semakin Mengganas di Indonesia (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2023, kasus DBD mencapai rekor tertinggi, mempengaruhi lebih dari 80 negara. Indonesia juga mengalami lonjakan kasus, dengan 131.501 kasus dan 799 kematian tercatat hingga minggu ke-23 tahun 2024.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Dr Imran Pambudi menyatakan bahwa pendekatan inovatif diperlukan untuk mengatasi tantangan DBD yang terus meningkat.

Selain Gerakan 3M Plus, G1R1J, dan teknologi nyamuk ber-Wolbachia, Kemenkes RI berkomitmen untuk memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, dan menerapkan pendekatan inovatif seperti vaksinasi.

Imran menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pencegahan DBD. Selain partisipasi aktif masyarakat, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, terutama peran krusial pemerintah daerah, menjadi kunci keberhasilan implementasi strategi pencegahan yang efektif.

 

Pentingnya Vaksinasi DBD untuk Anak

DBD juga menjadi ancaman serius bagi anak-anak di Indonesia. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta, Prof Dr dr Rismala Dewi SpA(K), menekankan pentingnya vaksinasi DBD untuk anak berumur enam hingga 18 tahun sebagai langkah pencegahan yang terintegrasi dan komprehensif.

Vaksinasi ini tidak hanya memberikan perlindungan optimal kepada anak-anak, yang merupakan kelompok paling rentan, tetapi juga mengurangi risiko kematian akibat DBD.

Sementara itu, Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof Dr dr Sri Rezeki Hadinegoro SpA(K) menjelaskan bahwa DBD dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia.

Anak-anak dan orang dewasa muda cenderung paling terdampak, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak.

 

Dinas Kesehata Kaltim Sukseskan Vaksinasi DBD

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur berhasil melaksanakan program vaksinasi DBD di Balikpapan dengan cakupan hampir 99 persen. Keberhasilan ini mendorong Dinkes Kaltim untuk melanjutkan program ke Samarinda dengan target 2.750 anak.

Ketua Komite Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Timur, dr William S Tjeng SpA(K) menjelaskan bahwa tingginya angka kejadian DBD di Kalimantan Timur menjadi alasan utama pelaksanaan program ini.

Vaksin DBD terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan diharapkan dapat menurunkan kasus DBD yang fluktuatif di Indonesia.

PT Takeda Innovative Medicines, melalui Presiden Direktur Andreas Gutknecht, menyatakan dukungan penuh terhadap upaya pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia.

Melalui Indonesia Dengue Summit, Takeda bekerja sama dengan IDAI JAYA untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanganan DBD dan memberikan informasi tepercaya kepada masyarakat.

Takeda berkomitmen untuk memerangi DBD melalui pendekatan menyeluruh, termasuk menciptakan akses terhadap vaksin inovatif, mendukung edukasi tenaga kesehatan, dan bermitra dengan sektor publik untuk mencapai tujuan 'Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030'.

Miskonsepsi tentang DBD

Miskonsepsi tentang DBD masih banyak terjadi di masyarakat. Banyak yang menganggap DBD tidak berbahaya dan berpikir bahwa sekali terinfeksi, mereka akan kebal.

Padahal, virus dengue terdiri dari empat serotipe, dan infeksi ulang dengan serotipe berbeda dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, bahkan kematian.

Oleh sebab itu, Sri menekankan pentingnya pencegahan DBD yang terintegrasi, termasuk pengendalian vektor dan vaksinasi.

Vaksinasi DBD direkomendasikan oleh IDAI, PAPDI, dan PERDOKI, serta disebutkan dalam tatalaksana DBD UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023.

WHO juga telah mengeluarkan rekomendasi untuk mengenalkan vaksinasi dengue bagi negara atau wilayah dengan intensitas penyebaran DBD yang tinggi ke dalam program imunisasi nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya