IDAI Harap Pemerintahan Prabowo Juga Perhatikan Gizi Anak di Bawah Dua Tahun

Ketua IDAI mengatakan bahwa di dua tahun pertama kehidupan anak merupakan periode emas dalam perkembangan sel-sel otak. Sehingga jangan hanya memperhatikan gizi anak sekolah tapi juga baduta.

oleh Tim Health diperbarui 01 Okt 2024, 11:21 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 11:07 WIB
Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso soal anak SMA/SMK di NTT masuk jam 5 pagi. (Foto: Ade Nasihudin)
Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan agar pemerintahan Prabowo Subianto juga memperhatikan gizi anak di bawah dua tahun. Seperti diketahui di dua tahun pertama kehidupan merupakan periode emas anak. (Foto: Ade Nasihudin)

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta pemerintahan Prabowo juga memperhatikan gizi bagi bayi di dua tahun pertama kehidupannya. Mengingat di dua tahun pertama kehidupan bayi merupakan periode meas dalam membentuk sel-sel otak.  

Menurut Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso program Makan Bergizi Gratis yang digagas presiden terpilih Prabowo Subianto merupakan program yang bagus sebagai upaya meningkatkan kualitas anak Indonesia.

"Namun makanan bergizi bagi anak menjadi kurang bermanfaat jika kebutuhan gizi bayi di 1.000 hari pertama kehidupannya tidak terpenuhi," katanya.

"Jika di dua tahun awal kehidupan bayi terhambat nutrisinya, maka akan mengganggu periode emas anak," tambahnya.

Lalu, pemenuhan gizi di periode emas anak juga berperan penting dalam mencegah terjadinya stunting.

Setelah mendapatkan asupan air susu ibu (ASI) selama enam bulan pertama kehidupan, selanjutnya anak akan memasuki fase Makanan Pendamping ASI (MPASI). Di fase ini, Piprim menegaskan anak harus memperoleh pemenuhan gizi dari protein hewani.

Selain daging dan ikan, Piprim menyebut banyak potensi protein hewani lokal yang bisa mendukung peningkatan gizi anak.

"Selama ini edukasi yang disampaikan kurang pas, oleh karena itu dokter anak harus mau mengedukasi hal-hal yang sederhana semacam ini," kata Piprim mengutip Antara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perubahan Nama Makan Siang Gratis

 Presiden terpilih Prabowo Subianto dipastikan mengubah nama program Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis. Perubahan istilah itu berdasarkan berbagai hasil pengkajian.

Salah satu alasannya, karena anak sekolah dasar mayoritas masuk pagi, sehingga kalau makan siang, terlalu menunggu lama. Bahkan, di berbagai wilayah, siswa sekolah TK dan SD bisa saja pulang sekolah sebelum waktu jam makan siang.

Dengan mengubah menjadi Makan Bergizi Gratis, siswa bisa tetap mendapatkan makanan tanpa harus menunggu siang. Alhasil, waktunya bisa lebih fleksibel, tidak harus jam makan siang, yaitu 12-13, bisa lebih pagi juga.

Selain mengubah nama, Prabowo juga akan memberikan susu gratis, menggunakan berbagai potensi yang ada. Nantinya, penerapan program susu gratis akan disesuaikan pada potensi pangan yang dimiliki masing-masing daerah.

Soal susu, ternyata ada banyak manfaat dan perbedaan. Misalnya, Susu UHT, dikenal karena proses pemanasan ultra tinggi untuk membunuh bakteri dan memperpanjang masa simpan, memang praktis dan mudah ditemukan di pasaran.


Makanan Bergizi Terapkan Gizi Seimbang

Isi Piring untuk Gizi Seimbang
Gizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak yang harus ada di setiap makanan anak.

Makan bergizi saat ini mengacu pada konsep gizi seimbang. Apa itu?

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, susu merupakan salah satu dari kelompok lauk pauk sumber protein selain ikan, telur, unggas, daging, dan kacang-kacangan serta hasil olahannya, seperti tahu dan tempe. Pangan jenis ini perlu diimbangi dengan pangan jenis lain agar kecukupan gizi tercapai.

WHO dan UNICEF telah menetapkan delapan kelompok makanan utama untuk anak-anak yang meliputi ASI; makanan daging (daging, ikan, unggas, dan hati/jeroan); produk susu (susu, yogurt, keju); telur; kacang-kacangan; buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin A; buah-buahan dan sayuran lainnya; serta biji-bijian, akar-akaran, dan umbi-umbian

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya