Faktor-Faktor yang Bikin Makin Muda Usia Kena Stroke

Dulu disebut penyakitnya orang tua tapi kini makin muda usia seseorang terkena stroke. Perubahan pola hidup jadi faktor utamanya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 03 Okt 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2024, 06:00 WIB
Gambar Ilustrasi Human Brain Stroke
Sumber: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Stroke dan penyakit jantung masih menjadi penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Kini, makin muda usia seseorang terkena penyakit tersebut seperti disampaikan dokter spesialis neurologi David Pangeran.

"Trendnya (anak muda kena stroke dan jantung) makin bertambah," tutur David.

Kenapa makin muda usia kena stroke? David mengatakan hal tersebut bisa karena banyak faktor yang mempengaruhi itu semua. Selain pola makan yang tidak sehat, hal lainnya adalah karena pola hidup, rokok, minuman beralkohol dan obesitas.

"30-40 tahun yang lalu di mana kita mobil bukan semua orang punya, relatif jalan kaki lebih banyak, makan yang lebih sehat gitu dibandingkan kalau sekarang," jelasnya.

David juga melihat terjadi pergeseran gaya hidup masyarakat zaman sekarang dimana makin nyaman tapi membuat manusia modern kurang gerak.

"Selain itu kalau zaman sekarang kan kerjanya ebih banyak dalam gedung yang kurang dapat sinar matahari pagi. Jadi memang perubahan pola hidup ini, walaupun menambah kenyamanan hidup ya, tapi di sisi lain ada yang berkurang juga. Jadi kita harus perhatikan kesehatan juga," kata pria yang raih gelar spesialis neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Cegah Stroke dan Penyakit Jantung

Mengingat stroke dan penyakit jantung makin banyak di usia muda, maka upaya pencegahan harsu dilakukan. Caranya dengan menjaga pola hidup sehat secara teratur.

Pola hidup sehat yang dimaksud David diantaranya:

Mengatur asupan makan

Mulai dengan mengurangi garam, gula serta makanan yang tinggi kolesterol. Ia mencontohkan bahwa semestinya takut makan gorengan yang tidak diketahui pembuatannya seperti garam dan minyak yang digunakan.

"Jadi, kalau kita mau mencegah, dari gorengan misalnya, secara umum kalau kita tidak tahu dia gorengannya dari mana atau segala macam, ya (mestinya) kita takut (untuk makan gorengan itu)."

Membuat gorengan seperti bakwan atau tahu atau tempe yang digoreng menggunakan minyak yang dipakai berulang kali tentu tidak sehat. Minyak yang dipakai lebih dari dua kali memiliki kadar kolesterol yang tidak baik.

"Jadi itu akan mengubah kekimiannya, sehingga justru kolesterol yang ada di sana, kolesterolnya sudah tidak baik," katanya dalam acara RSUI dengan Sania Royale Rice Bran Oil.

"Jika pemilihan jenis minyaknya tepat maka risiko yang ditimbulkan akan jauh lebih kecil."

Selain gorengan, kolesterol berbahaya juga bisa dari makanan lain seperti lemak nabati dan lemak hewani. Misalnya masakan dari santan yang dipanaskan berulang kali. Hal itu perlu dihindari. 

Dengan menjaga pola makan sehat, kata David, dapat menurunkan tiga faktor risiko penyebab stroke yakni kadar kolesterol, berat badan berlebih dan tekanan darah tinggi.

Selain itu, makanan yang mengandung tinggi antioksidan dapat menjaga pembuluh darah tetap lentur dan sehat.

Olahraga 30 Menit per Hari

olahraga
Olahraga dengan pemandangan yang indah. (Foto: Unsplash/Gemilang Sinuyudhan)

Selain mengatur pola makan, David juga mengingatkan masyarakat untuk rajin berolahraga agar mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular.

David menyarankan berolahraga sekitar 30 menit setiap hari atau 150 menit dalam seminggu sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO)..

Hindari Merokok dan Alkohol

"Lalu, hindari merokok dan alkohol," saran David.

Dalam studi yang dipublikasikan The BMJ beberapa tahun lalu disebutkan kalau mengisap satu batang rokok, risiko terkena penyakit jantung menjadi 57 persen. Sementara itu, jika 20 batang rokok per hari risiko terkena jantung menjadi 2,8 kali lebih tinggi.

Infografis Journal
Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya