Perang Lawan DBD di Kantor, Karyawan Sehat Pengeluaran Perusahaan Selamat

Pencegahan DBD di tempat kerja penting untuk menjaga kesehatan karyawan. Dengan langkah tepat, perusahaan bebas risiko dan produktivitas tetap terjaga tanpa boncos.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Nov 2024, 19:24 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2024, 15:04 WIB
Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)
Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi ancaman kesehatan global, dengan sekitar 70 persen populasi dunia berisiko terjangkit penyakit ini. Di Indonesia, DBD menyerang banyak orang, terutama kelompok usia produktif, yang dapat berdampak besar pada sektor kesehatan dan ekonomi.

Sehingga, pencegahan penyakit ini, khususnya di tempat kerja, menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan karyawan dan keberlanjutan operasional perusahaan.

Menurut Ketua Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr. Fadjar SM Silalahi, infeksi virus dengue seringkali dimulai tanpa gejala (asimptomatis).

"Ketika seseorang sembuh dari infeksi, virus tersebut akan hilang dari tubuh tanpa meninggalkan jejak," kata Fadjar kepada Health Liputan6.com dalam diskusi media bersama Takeda pada Kamis, 21 November 2024.

Namun, menurut Fadjar, infeksi ini memicu pembentukan antibodi dalam tubuh yang dirancang untuk melawan serotype virus dengue yang sama.

Sayangnya, virus dengue memiliki empat serotype berbeda. Fadjar, menjelaskan, jika seseorang terinfeksi serotype pertama, antibodi yang terbentuk hanya efektif melawan serotype tersebut, "Antibodi ini tidak dapat melindungi tubuh dari serotype kedua, ketiga, atau keempat."

Hal yang lebih mengkhawatirkan, infeksi dengue kedua justru sering menimbulkan gejala yang lebih berat dan dapat berujung pada komplikasi serius, bahkan kematian.

Fadjar menyoroti bahwa Indonesia, dengan populasi besar dan wilayah yang luas, masih menghadapi banyak kasus DBD. Banyak orang mungkin tidak menyadari pernah mengalami infeksi dengue pertama karena sifatnya yang tanpa gejala.

"Hal ini membuat masyarakat rentan terhadap infeksi kedua yang lebih berbahaya," tambahnya.

Apa Keuntungan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Baik Bagi Perusahaan Maupun Bagi Pekerja?

Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Profesional Keuangan serta Praktisi Investasi dan Gaya Hidup Sehat, Adrian Maulana, menekankan pentingnya perusahaan memiliki program kesehatan untuk karyawan.

Menurut Adrian manfaat dari program semacam ini sangat signifikan, baik untuk karyawan maupun perusahaan, di antaranya:

1. Mengurangi Absensi Karyawan

Adrian, mengatakan, penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dapat memaksa karyawan untuk beristirahat selama lebih dari lima hari, bahkan berminggu-minggu. Dengan adanya program kesehatan, potensi absensi dapat ditekan, sehingga produktivitas karyawan tetap terjaga atau bahkan meningkat.

2. Cegah Kehilangan Talenta Berbakat

Meskipun kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin tinggi, tapi data yang ada justru menunjukkan hal yang berbeda. Dulu, kata Adrian, kasus-kasus terkait DBD masih berkisar sekitar 100 ribu, tapi sekarang sudah mencapai 193 ribu. Bahkan, potensi kematian akibat hal ini juga semakin besar.

"Bayangkan jika hal tersebut terjadi pada talenta-talenta terbaik perusahaan kita. Ini jelas menjadi sebuah peringatan yang harus kita perhatikan dengan serius," kata Adrian kepada Health Liputan6.com di kesempatan yang sama.

Kematian adalah takdir yang pasti. Namun, yang membedakan adalah kapan dan dalam keadaan apa kita berpulang. "Harapan kita adalah agar kita berpulang dalam keadaan yang baik dan optimal," tambahnya.

3. Efisiensi Operasional

Adrian menggarisbawahi pentingnya efisiensi operasional melalui langkah preventif, khususnya dalam pengelolaan biaya kesehatan karyawan. Dia memberi contoh biaya pengobatan untuk seorang karyawan yang terkena DBD.

"Jika kita bicara soal biaya rumah sakit, misalnya untuk kamar VIP atau kelas 1, biaya per malamnya sudah di atas 1,5 hingga 2 juta rupiah," ujarnya.

Bila karyawan tersebut harus dirawat selama lima hingga tujuh hari, total biaya yang harus dikeluarkan bisa lebih dari 10 juta rupiah. "Belum lagi biaya dokter, obat-obatan, dan berbagai biaya lainnya," tambahnya.

Total biaya pengobatan bisa mencapai Rp15 hingga Rp20 juta, bahkan dalam beberapa kasus bisa mencapai Rp50 juta rupiah, tergantung pada kondisi pasien.

Jika perusahaan memiliki seribu karyawan dan 10 persen di antaranya terkena DBD, biaya pengobatan bisa mencapai miliaran rupiah. "Oleh karena itu, tindakan preventif jauh lebih bijaksana daripada menanggung biaya pengobatan yang sangat besar," pungkasnya.

 

 

 

 

Bagaimana Cara Pencegahan Terhadap Penyakit DBD?

Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Fadjar mengatakan bahwa DBD masih menjadi tantangan besar di banyak wilayah tropis, termasuk Indonesia. Penyebaran penyakit ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tapi juga oleh sifat virusnya yang dapat menginfeksi seseorang lebih dari sekali.

Infeksi sekunder, yaitu ketika seseorang terpapar virus dengue untuk kedua atau ketiga kalinya, cenderung lebih berat dan berpotensi menyebabkan komplikasi yang lebih serius.

"Pencegahan yang efektif sangat diperlukan untuk menanggulangi penyakit ini," kata Fadjar. 

Bagaimana Peran Vaksin dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah?

Salah satu langkah pencegahan yang cukup signifikan adalah penggunaan vaksin DBD. Vaksin ini telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dan terbukti aman serta efektif dalam memberikan perlindungan terhadap keempat serotype virus dengue yang ada.

Fadjar menekankan bahwa vaksinasi menjadi sangat penting untuk menekan risiko infeksi dengue yang berulang. Dengan adanya vaksin, diharapkan angka kejadian infeksi dengue dapat menurun, khususnya infeksi sekunder yang lebih berat.

Penyuntikan vaksin DBD membutuhkan dua kali dosis untuk memberikan perlindungan yang optimal. Ketua Umum PERDOKI, Dr. dr. Astrid B. Sulistomo mengatakan bahwa hingga saat ini, belum ada indikasi bahwa vaksin DBD perlu disuntikkan secara berkala, seperti halnya vaksin influenza yang harus diperbarui setiap tahun.

"Sejak pengembangan vaksin hingga sekarang, yang sudah berlangsung selama lima hingga enam tahun, belum ada kebutuhan untuk pengulangan penyuntikan," katanya.

Meningkatkan Loyalitas Karyawan

Ilustrasi karyawan, bekerja, rapat, suasana kantor. (Foto By AI)
Pencegahan DBD di tempat kerja adalah kunci untuk karyawan sehat dan perusahaan yang efisien. Perlindungan optimal terhadap lingkungan kerja akan meminimalisir dampak buruk penyakit ini (Foto By AI)

Selain manfaat kesehatan, program kesehatan juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan. Dengan menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan karyawan, perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan positif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja.

Karyawan yang merasa dihargai dan dipedulikan akan lebih loyal kepada perusahaan, yang sangat penting untuk mempertahankan talenta terbaik.

Adrian juga menekankan pentingnya tindakan preventif. "Jika ada langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk mencegah, itu harus menjadi prioritas," katanya.

Menurutnya, tindakan preventif jauh lebih bijaksana daripada harus menanggung biaya besar akibat pengobatan yang tidak terduga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya