Hipertensi pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegah Tekanan Darah Tinggi di Usia Muda

Hipertensi pada anak disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari penyakit ginjal hingga gaya hidup tidak sehat. Kenali penyebab dan gejalanya untuk deteksi dini!

oleh Aditya Eka Prawira Diperbarui 21 Feb 2025, 11:23 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 11:23 WIB
arti mimpi anak sakit
Hipertensi pada anak bisa dipicu oleh faktor genetik dan gaya hidup. Kenali penyebab, gejala, serta cara mencegah tekanan darah tinggi sejak dini agar anak tetap sehat dan terhindar dari risiko penyakit. © Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hipertensi pada anak menjadi perhatian serius di era modern. Dahulu, tekanan darah tinggi lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut, tetapi kini anak-anak pun bisa mengalaminya.

Dokter spesialis penyakit dalam, RA Adaninggar Primadia Nariswari, menegaskan bahwa hipertensi tidak lagi mengenal usia. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab hipertensi pada anak agar dapat melakukan pencegahan dan mendeteksi dini.

"Jadi jangan dikira hipertensi itu hanya penyakit orang tua. Sekarang, dengan berubahnya gaya hidup dan perubahan zaman, penyakit yang dulu dikatakan sebagai penyakit orang tua kini juga bisa terjadi pada anak-anak," kata Ning dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI pada Jumat, 26 Juli 2024.

Apa Penyebab Hipertensi pada Anak?

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah lebih tinggi dari batas normal, biasanya di atas 140/90 mmHg. Kemudian, hipertensi pada anak dapat dibagi menjadi dua jenis utama: hipertensi sekunder dan hipertensi primer.

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah kondisi yang terjadi akibat faktor gaya hidup. Ning menjelaskan bahwa sekitar 90 persen kasus hipertensi disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat.

"Kalau melihat lifestyle, siapa pun bisa terkena hipertensi, tidak hanya usia lanjut, tetapi mulai dari remaja, dewasa muda, hingga lansia bisa mengalami hipertensi," ujarnya.

Anak-anak yang mengalami obesitas dan diabetes lebih rentan mengalami hipertensi primer. "Seperti yang kita ketahui, anak-anak dengan obesitas dan diabetes kini meningkat, dan ini biasanya diikuti juga dengan hipertensi," ujar Ning.

 

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder biasanya terjadi akibat kondisi medis tertentu, seperti gangguan ginjal atau ketidakseimbangan hormon. "Hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti gangguan ginjal atau masalah hormonal tertentu. Apabila penyakit dasarnya diobati, hipertensi biasanya juga akan ikut sembuh," jelas Ning.

Penanganan hipertensi pada anak sangat penting untuk mencegah komplikasi di kemudian hari. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat membantu anak menjalani kehidupan yang sehat dan aktif.

Apa Saja 5 Tanda dan Gejala Hipertensi?

Salah satu hal yang membuat hipertensi berbahaya adalah sifatnya yang sering kali tidak menimbulkan gejala. Karena itu, hipertensi kerap disebut sebagai silent killer.

"Kebanyakan orang dengan hipertensi tidak menyadarinya karena tidak bergejala. Kita tidak akan tahu apakah kita hipertensi atau tidak tanpa memeriksa tekanan darah," ungkap Ning. Namun, beberapa anak mungkin merasakan gejala ringan seperti:

  • Sakit kepala
  • Nyeri di tengkuk
  • Pusing
  • Rasa berputar atau vertigo

Meski demikian, Ning menegaskan bahwa rasa nyeri di tengkuk belum tentu merupakan tanda hipertensi. "Harus dipastikan dengan pengukuran tekanan darah," tegasnya.

Sementara itu, hipertensi sekunder biasanya memiliki gejala yang berkaitan dengan penyakit yang menyebabkannya. "Jika hipertensi disebabkan oleh penyakit ginjal, misalnya, gejala-gejalanya akan berkaitan dengan penyakit ginjal tersebut," tambah Ning.

Apa Saja Faktor Risiko yang Dapat Menyebabkan Hipertensi?

Ning menjelaskan bahwa ada dua kategori faktor risiko hipertensi:

1. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah

  • Genetik: Anak dengan orang tua yang memiliki riwayat hipertensi lebih berisiko.
  • Usia: Semakin bertambah usia, pembuluh darah menjadi lebih kaku dan meningkatkan risiko hipertensi.

2. Faktor Risiko yang Bisa Diubah

  • Pola makan tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi garam dan lemak jenuh.
  • Kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan jarang berolahraga.
  • Obesitas akibat pola hidup yang kurang sehat.
  • Kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurang tidur.

"Jika penyebab hipertensi lebih banyak berasal dari faktor gaya hidup, maka dengan memperbaiki pola hidup, risiko hipertensi bisa dikurangi," ujar Ning.

Cara Mencegah Hipertensi pada Anak

Mencegah hipertensi sejak dini sangat penting untuk menghindari komplikasi kesehatan di masa depan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:

  1. Mengadopsi Pola Makan Sehat: Anak-anak perlu dibiasakan mengonsumsi makanan rendah garam, kaya serat, serta tinggi buah dan sayur.
  2. Aktif Bergerak: Olahraga rutin dapat membantu menjaga berat badan ideal dan kesehatan jantung.
  3. Membatasi Konsumsi Gula dan Lemak Berlebih: Hindari makanan cepat saji dan minuman manis yang dapat memicu obesitas.
  4. Mengelola Stres dengan Baik: Ajarkan anak untuk mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti berolahraga atau melakukan aktivitas menyenangkan.
  5. Rutin Memeriksa Tekanan Darah: Deteksi dini sangat penting untuk mengetahui apakah anak mengalami hipertensi atau tidak.

"Meskipun seseorang memiliki kecenderungan genetik untuk hipertensi, jika menjalani pola hidup sehat, mereka belum tentu akan mengalami hipertensi juga," pungkas Ning.

Dengan meningkatnya kasus hipertensi pada anak, orang tua perlu lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan sejak dini. Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat adalah kunci utama dalam menjaga tekanan darah anak tetap normal dan menghindari risiko penyakit di kemudian hari.

Reporter: Rahil Ilya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya