Disfungsi seksual bisa jadi timbul karena faktor emosional, termasuk masalah interpersonal atau psikologis seperti kecemasan. Masalah seksual ini tidak hanya dialami pria maupun wanita.
Munculnya viagra dianggap dapat mengubah dan memperbaiki masalah disfungsi seksulitas manusia, namun dikutip Foxnews, Senin (26/8/2013) hal ini tidak benar-benar membantu.
Empat puluh tiga persen wanita menderita disfungsi seksual, ada kecurigaan dari para ahli angka tersebut bisa saja lebih tinggi sekitar 60 persen.
Banyak orang Amerika yang beralih ke pengobatan holistik untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan seksualitas.
Mereka tak lagi memilih obat melainkan menggunakan darah sendiri. Cara yang dipilih yaitu dengan terapi PRP (Platelet Rich Plasma). Terapi ini menggunakan darah yang diambil dari tubuh pasien sendiri.
Selain efektif meremajakan kulit juga dapat membantu jaringan organ seks yang rusak. Cara kerjanya Local Anesthetic Cream disimpan di situs injeksi dan kemudian disuntikan ke lokasi yang ditentukan dokter.
Perawatan PRP ini meremajakan sistem orgasme dengan merangsang sel-sel induk yang ditemukan dalam jaringan. Pembuluh darah baru dan sel-sel sensorik terbentuk dan bekerja untuk meningkatkan fungsi dan meningkatkan kepekaan.
Seluruh prosedur memakan waktu kurang dari 15 menit, hasil terlihat dalam waktu seminggu. Banyak pasien mengalami peningkatan sensitivitas, meningkat gairah dan meningkatkan fungsi kerja seksual dalam waktu tiga minggu.
Banyak pria melaporkan mengalami peningkatan ereksi, memanjang dan menebalnya penis, meningkatkan aliran darah dan sirkulasi, serta lebih merasakan sensai seksual, kesenangan dan stamina.
Pria yang berjuang dengan disfungsi seksual sebagai akibat dari pembesaran prostat, kanker prostat, operasi, efek samping obat atau diabetes juga sering mengalami regenerasi saraf setelah pengobatan dengan treatment ini.
Wanita dengan penurunan sensitivitas, ketidakmampuan untuk orgasme, vagina kering, nyeri dengan seks dan hasrat seksual berkurang, semua masalah tersebut teratasi dnegan ini.
Hal ini juga membantu wanita yang menderita inkontinensia stres dan urge incontinence dalam beberapa kasus.
(Mia/Abd)
Munculnya viagra dianggap dapat mengubah dan memperbaiki masalah disfungsi seksulitas manusia, namun dikutip Foxnews, Senin (26/8/2013) hal ini tidak benar-benar membantu.
Empat puluh tiga persen wanita menderita disfungsi seksual, ada kecurigaan dari para ahli angka tersebut bisa saja lebih tinggi sekitar 60 persen.
Banyak orang Amerika yang beralih ke pengobatan holistik untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan seksualitas.
Mereka tak lagi memilih obat melainkan menggunakan darah sendiri. Cara yang dipilih yaitu dengan terapi PRP (Platelet Rich Plasma). Terapi ini menggunakan darah yang diambil dari tubuh pasien sendiri.
Selain efektif meremajakan kulit juga dapat membantu jaringan organ seks yang rusak. Cara kerjanya Local Anesthetic Cream disimpan di situs injeksi dan kemudian disuntikan ke lokasi yang ditentukan dokter.
Perawatan PRP ini meremajakan sistem orgasme dengan merangsang sel-sel induk yang ditemukan dalam jaringan. Pembuluh darah baru dan sel-sel sensorik terbentuk dan bekerja untuk meningkatkan fungsi dan meningkatkan kepekaan.
Seluruh prosedur memakan waktu kurang dari 15 menit, hasil terlihat dalam waktu seminggu. Banyak pasien mengalami peningkatan sensitivitas, meningkat gairah dan meningkatkan fungsi kerja seksual dalam waktu tiga minggu.
Banyak pria melaporkan mengalami peningkatan ereksi, memanjang dan menebalnya penis, meningkatkan aliran darah dan sirkulasi, serta lebih merasakan sensai seksual, kesenangan dan stamina.
Pria yang berjuang dengan disfungsi seksual sebagai akibat dari pembesaran prostat, kanker prostat, operasi, efek samping obat atau diabetes juga sering mengalami regenerasi saraf setelah pengobatan dengan treatment ini.
Wanita dengan penurunan sensitivitas, ketidakmampuan untuk orgasme, vagina kering, nyeri dengan seks dan hasrat seksual berkurang, semua masalah tersebut teratasi dnegan ini.
Hal ini juga membantu wanita yang menderita inkontinensia stres dan urge incontinence dalam beberapa kasus.
(Mia/Abd)