Tak hanya manusia yang sedih jika ditolak kehadirannya oleh sang ibu. Itu pula yang dirasakan seekor anak gajah. Ia sampai menangis lima jam karena ibunya berusaha membunuhnya dan meninggalkannya di kebun binatang di Cina.
Tak lama setelah anak gajah itu lahir pada Agustus di Shendiaoshan Wild Animal Nature Reserve, di Rongcheng, China, induknya berusaha melangkah ke arah anaknya dengan nama Zhuang Zhuang. Menurut dokter hewan Inggris, si induk berharap anaknya celaka. Alhasil, si anak diambil untuk dirawat sebelum mengembalikannya lagi ke sang induk. Namun, Zhuang Zhuang kembali mendapat serangan dari ibunya. Jadi, ia dipisah dari ibunya.
"Anak gajah itu sangat marah dan menangis selama lima jam sebelum bisa terhibur," kata seorang karyawan kepada Metro seperti dikutip HuffingtonPost, Senin (16/9/2013).
"Dia tak tahan berpisah dari ibunya dan ibunya berusaha membunuhnya," ujarnya.
Foto yang diambil menunjukkan Zhuang Zhuang menangis. Air matanya mengalir dari matanya yang berwarna merah dan membasahi wajahnya. Dalam satu jepretan, anak gajah itu terlihat berada di bawah selimut saat ia menangis.
Anak gajah yang terluka itu akhirnya dirawat petugas kebun binatang dan kini si anak gajah sudah lebih baik. Sementara sang induk terlihat kehilangan nafsu makan dan tertekan.
The University of California, Santa Barbara, telah menyelidiki apakah gajah benar-benar menangis dan didefinisikan sebagai apa.
Jika menangis diartikan sebagai menangis, maka itu memang terjadi karena hampir semua mamalia memproduksi air mata untuk pelumasan mata. Jika didefinisikan sebagai mengeluarkan air mata dalam menanggapi emosi, maka jawabannya belum jelas. Ini semua tergantung apakah si gajah benar-benar sedang emosi atau tidak.
Dan ada bukti, gajah dikenal sebagai makhluk yang sangat ekspresif. Gajah bisa menunjukkan beragam emosi, dari sukacita, kesedihan, kemarahan, dan kasih sayang.
Gajah menunjukkan rasa senang ketika bermain dan bersalaman dengan orang lain, atau mengepakkan telinganya. Menurut PBS, gajah dikenal luas mengekspresikan kesedihannya setelah kehilangan sesama gajah yang dicintainya, mirip manusia. Mereka juga meratapi kematian dengan menyentuh tulang atau mengelilingi tubuh.
(Mel/*)
Tak lama setelah anak gajah itu lahir pada Agustus di Shendiaoshan Wild Animal Nature Reserve, di Rongcheng, China, induknya berusaha melangkah ke arah anaknya dengan nama Zhuang Zhuang. Menurut dokter hewan Inggris, si induk berharap anaknya celaka. Alhasil, si anak diambil untuk dirawat sebelum mengembalikannya lagi ke sang induk. Namun, Zhuang Zhuang kembali mendapat serangan dari ibunya. Jadi, ia dipisah dari ibunya.
"Anak gajah itu sangat marah dan menangis selama lima jam sebelum bisa terhibur," kata seorang karyawan kepada Metro seperti dikutip HuffingtonPost, Senin (16/9/2013).
"Dia tak tahan berpisah dari ibunya dan ibunya berusaha membunuhnya," ujarnya.
Foto yang diambil menunjukkan Zhuang Zhuang menangis. Air matanya mengalir dari matanya yang berwarna merah dan membasahi wajahnya. Dalam satu jepretan, anak gajah itu terlihat berada di bawah selimut saat ia menangis.
Anak gajah yang terluka itu akhirnya dirawat petugas kebun binatang dan kini si anak gajah sudah lebih baik. Sementara sang induk terlihat kehilangan nafsu makan dan tertekan.
The University of California, Santa Barbara, telah menyelidiki apakah gajah benar-benar menangis dan didefinisikan sebagai apa.
Jika menangis diartikan sebagai menangis, maka itu memang terjadi karena hampir semua mamalia memproduksi air mata untuk pelumasan mata. Jika didefinisikan sebagai mengeluarkan air mata dalam menanggapi emosi, maka jawabannya belum jelas. Ini semua tergantung apakah si gajah benar-benar sedang emosi atau tidak.
Dan ada bukti, gajah dikenal sebagai makhluk yang sangat ekspresif. Gajah bisa menunjukkan beragam emosi, dari sukacita, kesedihan, kemarahan, dan kasih sayang.
Gajah menunjukkan rasa senang ketika bermain dan bersalaman dengan orang lain, atau mengepakkan telinganya. Menurut PBS, gajah dikenal luas mengekspresikan kesedihannya setelah kehilangan sesama gajah yang dicintainya, mirip manusia. Mereka juga meratapi kematian dengan menyentuh tulang atau mengelilingi tubuh.
(Mel/*)