Selama ini kita mengamati perbedaan cara pria dan perempuan dalam menghadapi stres. Pria biasanya jadi lebih agresif saat berada dalam kondisi tertekan.
Namun, penelitian dengan responden mahasiswa di University of Zurich membuktikan hal berbeda. Dalam keadaan stres, pria justru jadi lebih lembut dan ramah.
Dalam keadaan stres, perempuan tak segan-segan berbagi masalah dengan sahabat atau kerabat dekat, sedangkan kaum pria biasanya akan menyimpannya sendiri. Pria cenderung bersikap agresif saat menghadapi stres.
Kenyataannya itu adalah stereotip gender yang tidak selalu benar. Penelitian baru menyatakan, dalam keadaan stres, pria juga cenderung bisa percaya orang lain, bertindak bisa dipercaya, dan bisa berbagi dengan orang lain.
Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa dalam keadaan stres pria cenderung lebih agresif, sedangkan perempuan lebih cenderung bersahabat. Penelitian baru yang dimuat dalam jurnal Psychological Science, Mei silam, menemukan bahwa pria yang stres juga cenderung lembut dan bersahabat.
“Tampaknya pria juga menunjukkan perilaku pendekatan sosial sebagai konsekuensi langsung stres,” kata Bernadette von Dawans, peneliti dari University of Freiburg, Jerman, Jumat (20/9/2013).
Penelitian itu melibatkan 67 mahasiswa dari University of Zurich untuk meneliti respon mereka terhadap stres. Mereka diberi stres dengan harus menjalani sejumlah tes mental dan berbicara di depan umum. Setelah stres karena tes, mereka memainkan game memakai uang sungguhan.
Selama percobaan, para ilmuwan memonitor detak jantung dan konsentrasi kortisol (hormon stres) di dalam ludah para pria itu. Penelitian menemukan bahwa pria justru semakin lembut dan baik hati ketika stres. Semakin tinggi detak jantung dan kortisol, pria menunjukkan perilaku lebih percaya dan murah hati kepada teman-temannya dalam game.
(Abd)
Namun, penelitian dengan responden mahasiswa di University of Zurich membuktikan hal berbeda. Dalam keadaan stres, pria justru jadi lebih lembut dan ramah.
Dalam keadaan stres, perempuan tak segan-segan berbagi masalah dengan sahabat atau kerabat dekat, sedangkan kaum pria biasanya akan menyimpannya sendiri. Pria cenderung bersikap agresif saat menghadapi stres.
Kenyataannya itu adalah stereotip gender yang tidak selalu benar. Penelitian baru menyatakan, dalam keadaan stres, pria juga cenderung bisa percaya orang lain, bertindak bisa dipercaya, dan bisa berbagi dengan orang lain.
Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa dalam keadaan stres pria cenderung lebih agresif, sedangkan perempuan lebih cenderung bersahabat. Penelitian baru yang dimuat dalam jurnal Psychological Science, Mei silam, menemukan bahwa pria yang stres juga cenderung lembut dan bersahabat.
“Tampaknya pria juga menunjukkan perilaku pendekatan sosial sebagai konsekuensi langsung stres,” kata Bernadette von Dawans, peneliti dari University of Freiburg, Jerman, Jumat (20/9/2013).
Penelitian itu melibatkan 67 mahasiswa dari University of Zurich untuk meneliti respon mereka terhadap stres. Mereka diberi stres dengan harus menjalani sejumlah tes mental dan berbicara di depan umum. Setelah stres karena tes, mereka memainkan game memakai uang sungguhan.
Selama percobaan, para ilmuwan memonitor detak jantung dan konsentrasi kortisol (hormon stres) di dalam ludah para pria itu. Penelitian menemukan bahwa pria justru semakin lembut dan baik hati ketika stres. Semakin tinggi detak jantung dan kortisol, pria menunjukkan perilaku lebih percaya dan murah hati kepada teman-temannya dalam game.
(Abd)