Rumah Sakit Hasan Umum Pemerintah Dr Hasan Sadikin Bandung mengatakan rasio kelahiran bayi kembar siam parasit (conjoined twin parasitic) seperti yang terjadi pada bayi kembar siam berjenis kelamin laki-laki bernama Ginan Septian Nugraha jarang terjadi.
"Kelainan yang disebut conjoined twin parasitic itu jarang terjadi. Rasio terjadinya jarang sekali, yakni 1 berbanding 35.000 hingga 200.000 kelahiran," kata Ketua Tim Dokter RSUP Dr Hasan Sadikin yang mengoperasi bayi kembar siam parasit Ginan, dr Abdurachman, di Kota Bandung, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (28/9/2013).
Menurutnya, parasit yang menempel di mulut Ginan disebut teratoma oral dan parasit jenis ini ditemukan jaringan normal seperti pada tubuh manusia pada umumnya namun tidak tumbuh dengan sempurna.
"Jadi pada benjolan tumor ini kita bisa temukan struktur yang menyerupai jaringan normal pada manusia," kata dokter ahli bedah anak RSUP Dr Hasan Sadokin Bandung Dicky Drajat, menambahkan.
Dicky menuturkan, parasit tersebut bisa berkembang menjadi berbagai struktur organ tubuh mulai dari rambut, gigi, usus dan lain-lain.
"Sementara yang sudah tumbuh, di antaranya dua kaki, satu tangan, dua alat kelamin, usus buntu, bahkan sudah memiliki tulang meski semuanya tidak sempurna," kata dia.
Dikatakannya, untuk bisa berkembang, parasit tersebut akan menyerap nutrisi dari tubuh Ginan sehingga parasit di tubuh Ginan harus dipisahkan agar pertumbuhan anak pasangan Aep Supriatna (36) dan Yani Mulyani (33) itu bisa normal.
Mengenai kemungkinan Ginan yang akan menjadi kembar tiga, Dicky membenarkannya hal tersebut.
"Jadi kalau berdasarkan teori bayi kembar, bisa jadi. Dan untuk penyebab pasti mengapa bisa sampai seperti ini hingga sekarang tidak diketahui," katanya.
Sementara itu, ibu kandung Ginan yakni Yani Mulyani akhirnya bisa bertemu dengan buah hatinya tersebut, di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Yani yang ditemani suaminya, Aep Supriatna (36), menemui anak ketiganya Ginan yang berada di dalam inkubator.
Suasana haru langsung terjadi saat ibu tiga orang anak ini menatap anak bungsunya di dalam inkubator.
Yani yang meneteskan air mata, memasukkan tangannya ke dalam tabung inkubator untuk bisa menyentuh Ginan.
Sejak terlahir kedunia, pada 19 September 2013 lalu, Yani belum pernah melihat atau memegang Ginan.
"Kelainan yang disebut conjoined twin parasitic itu jarang terjadi. Rasio terjadinya jarang sekali, yakni 1 berbanding 35.000 hingga 200.000 kelahiran," kata Ketua Tim Dokter RSUP Dr Hasan Sadikin yang mengoperasi bayi kembar siam parasit Ginan, dr Abdurachman, di Kota Bandung, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (28/9/2013).
Menurutnya, parasit yang menempel di mulut Ginan disebut teratoma oral dan parasit jenis ini ditemukan jaringan normal seperti pada tubuh manusia pada umumnya namun tidak tumbuh dengan sempurna.
"Jadi pada benjolan tumor ini kita bisa temukan struktur yang menyerupai jaringan normal pada manusia," kata dokter ahli bedah anak RSUP Dr Hasan Sadokin Bandung Dicky Drajat, menambahkan.
Dicky menuturkan, parasit tersebut bisa berkembang menjadi berbagai struktur organ tubuh mulai dari rambut, gigi, usus dan lain-lain.
"Sementara yang sudah tumbuh, di antaranya dua kaki, satu tangan, dua alat kelamin, usus buntu, bahkan sudah memiliki tulang meski semuanya tidak sempurna," kata dia.
Dikatakannya, untuk bisa berkembang, parasit tersebut akan menyerap nutrisi dari tubuh Ginan sehingga parasit di tubuh Ginan harus dipisahkan agar pertumbuhan anak pasangan Aep Supriatna (36) dan Yani Mulyani (33) itu bisa normal.
Mengenai kemungkinan Ginan yang akan menjadi kembar tiga, Dicky membenarkannya hal tersebut.
"Jadi kalau berdasarkan teori bayi kembar, bisa jadi. Dan untuk penyebab pasti mengapa bisa sampai seperti ini hingga sekarang tidak diketahui," katanya.
Sementara itu, ibu kandung Ginan yakni Yani Mulyani akhirnya bisa bertemu dengan buah hatinya tersebut, di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.
Yani yang ditemani suaminya, Aep Supriatna (36), menemui anak ketiganya Ginan yang berada di dalam inkubator.
Suasana haru langsung terjadi saat ibu tiga orang anak ini menatap anak bungsunya di dalam inkubator.
Yani yang meneteskan air mata, memasukkan tangannya ke dalam tabung inkubator untuk bisa menyentuh Ginan.
Sejak terlahir kedunia, pada 19 September 2013 lalu, Yani belum pernah melihat atau memegang Ginan.