Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) saat hamil memiliki kekhawatiran nantinya anaknya akan menderita HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus Infection/Acquired Immunodeficiency Syndrome) juga seperti ibunya. Namun ternyata hal ini ada upaya pencegahannya.
"Kemungkinan anak tertular HIV/AIDS memang ada tapi ada pencegahannya. Ssalkan hal ini disadari sejak awal trimester pertama. Sehingga dapat dengan mudah ditangani dan diobati," kata Perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, dr. Puji Lestari, ditulis Kamis (5/12/2013).
Upaya pencegahan tersebut yaitu ibu mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dan menjalani proses persalinan dengan cara operasi caesar. Tidak hanya Puji, Perwakilan dari Dinas Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara, Octoviana Carolina mengatakan pengobatan dapat dilakukan sejak dini kehamilan asalkan berani untuk memeriksakan statusnya.
"Kalau memang sudah pasti HIV/AIDS, ya katakan dengan dokter atau bidannya jadi dapat ditangani dan diobati sebagai pencegahan penularan HIV/AIDS. Kalau yang belum tahu, ayo berani memeriksakan statusnya positif ataukah negatif," kata Octo.
Puji mengatakan pemberian obat tidak akan memengaruhi perkembangan janin atau menimbulkan efek samping pada bayi. "Obat ARV itu udah sesuai standar WHO, dan itu tidak ada efek sampingnya apa-apa ke anak. Obat tersebut untuk menekan pertumbuhan virus HIV/AIDS sampai nol atau tidak terdeteksi lagi," kata Puji.
Selain Puji, CMO Healths Medical Chevron Jakarta, dr. Achmad Benyamin mengatakan tidak ada kata terlambat untuk pengobatan dan penanganan virus HIV/AIDS.
"Paling bagus memang di trimester awal kehamilan, jadi dokter dapat mengetahui dengan cepat dan tahu apa yang harus dilakukan agar virus HIV/AIDS tidak berdampak negatif ke bayi. Tidak ada kata terlambat kalau baru menyadari di usia kandungan tua tetap bisa dibantu, berisiko mungkin iyah tapi pertumbuhannya bisa ditekan dengan obat ARV dan program lainnya. Konsultasikan dengan dokter," kata Achmad.
Pengonsumsian obat ARV dapat menekan dan meminimalkan jumlah virus melalui kelahiran dan air susu ibu. "Ada sudah buktinya, ibu yang positif HIV yang mengonsumsi obat ARV secara teratur dan sesuai anjuran dokter dalam kurun waktu enam bulan maka jumlah virusnya akan menurun bahkan tidak terdeteksi," kata Puji.
(Mia/Mel/*)
Baca Juga:
Jangan Takut Tes HIV!
Semua Ibu Wajib Pahami HIV/AIDS
Dari Mana Ibu Rumah Tangga Kena HIV? Dari Suami yang Suka `Jajan`
"Kemungkinan anak tertular HIV/AIDS memang ada tapi ada pencegahannya. Ssalkan hal ini disadari sejak awal trimester pertama. Sehingga dapat dengan mudah ditangani dan diobati," kata Perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, dr. Puji Lestari, ditulis Kamis (5/12/2013).
Upaya pencegahan tersebut yaitu ibu mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dan menjalani proses persalinan dengan cara operasi caesar. Tidak hanya Puji, Perwakilan dari Dinas Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Utara, Octoviana Carolina mengatakan pengobatan dapat dilakukan sejak dini kehamilan asalkan berani untuk memeriksakan statusnya.
"Kalau memang sudah pasti HIV/AIDS, ya katakan dengan dokter atau bidannya jadi dapat ditangani dan diobati sebagai pencegahan penularan HIV/AIDS. Kalau yang belum tahu, ayo berani memeriksakan statusnya positif ataukah negatif," kata Octo.
Puji mengatakan pemberian obat tidak akan memengaruhi perkembangan janin atau menimbulkan efek samping pada bayi. "Obat ARV itu udah sesuai standar WHO, dan itu tidak ada efek sampingnya apa-apa ke anak. Obat tersebut untuk menekan pertumbuhan virus HIV/AIDS sampai nol atau tidak terdeteksi lagi," kata Puji.
Selain Puji, CMO Healths Medical Chevron Jakarta, dr. Achmad Benyamin mengatakan tidak ada kata terlambat untuk pengobatan dan penanganan virus HIV/AIDS.
"Paling bagus memang di trimester awal kehamilan, jadi dokter dapat mengetahui dengan cepat dan tahu apa yang harus dilakukan agar virus HIV/AIDS tidak berdampak negatif ke bayi. Tidak ada kata terlambat kalau baru menyadari di usia kandungan tua tetap bisa dibantu, berisiko mungkin iyah tapi pertumbuhannya bisa ditekan dengan obat ARV dan program lainnya. Konsultasikan dengan dokter," kata Achmad.
Pengonsumsian obat ARV dapat menekan dan meminimalkan jumlah virus melalui kelahiran dan air susu ibu. "Ada sudah buktinya, ibu yang positif HIV yang mengonsumsi obat ARV secara teratur dan sesuai anjuran dokter dalam kurun waktu enam bulan maka jumlah virusnya akan menurun bahkan tidak terdeteksi," kata Puji.
(Mia/Mel/*)
Baca Juga:
Jangan Takut Tes HIV!
Semua Ibu Wajib Pahami HIV/AIDS
Dari Mana Ibu Rumah Tangga Kena HIV? Dari Suami yang Suka `Jajan`