Liputan6.com, Jakarta Ada banyak jenis penyu yang hidup di bumi ini. Sebagian besar penyu termasuk ke dalam hewan langka dan sangat dilindungi di beberapa negara. Bahkan tak jarang banyak komunitas hingga pemerintah membuat penangkaran demi melindungi hewan ini.
Baca Juga
Advertisement
Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia. Penyu memang hewan yang sudah sangat biasa di lingkungan masyarakat, walau begitu bukan tak mustahil jika hewan ini terlahir dengan keunikan.
Seperti yang ditemukan di salah satu sarang penyu hijau ini. Baru menetas, penyu hijau ini memiliki bentuk fisik yang unik dan termasuk sangat langka. Namun sayang setelah diteliti oleh para ahli biota, penyu langka ini tak akan bisa hidup lama karena kondisinya tersebut.
Ditemukan di Pulau Mabul, Sabah
Seekor penyu berkepala dua terlihat muncul dari sarang penyu hijau di Pulau Mabul, sebuah pulau kecil di lepas pantai tenggara Sabah pada hari Senin, 15 Juli 2019 lalu. Penetasan langka ini berasal dari 93 tetasan yang muncul di Mabul Turtle Hatchery yang dikelola oleh Scuba Junkie SEAS, sebuah cabang pelestarian operator selam bernama Scuba Junkie, dilansir dari World of Buzz oleh Liputan6.com, Jumat (19/7/2019).
Bayi penyu itu keluar dari bawah pasir dengan kondisi memiliki dua kepala. Kabar ini kemudian diunggah di akun media sosial Facebook milik Scuba Junkie SEAS. Kondisi kepala dua ini disebut dengan dicephalism dan sangat langka. Semua penyu yang baru menetas akan dirawat dan kemudian dilepaskan kembali ke laut. Nmaun melihat kondisi bayi penyu satu ini, pihak Scuba Junkies SEAS mengatakan,
"Setelah berkonsultasi dengan Departemen Satwa Liar dan dokter hewan dari Unit Penyelamatan Satwa Sabah, diputuskan bahwa penetasan harus ditransfer ke Pusat Rehabilitasi Penyu Mabul kami untuk perawatan dan pengamatan sebelum keputusan lebih lanjut dibuat,” ucap pihak Scuba Junkie SEAS.
Advertisement
Tak Akan Bisa Lama Bertahan Hidup
Manajer konservasi SJ SEAS dan ahli biologi kelautan David McCann menjelaskan bahwa kedua kepala tetasan mampu bernapas secara mandiri dan bereaksi terhadap rangsangan secara terpisah.
“Ini sangat menarik. Kepala kanan tampaknya mengendalikan sirip kanan depan, dan kepala kiri sirip kiri depan. Namun mereka mampu mengkoordinasikan gerakan mereka untuk berjalan dan berenang," jelasnya.
Kepala Unit Satwa Satwa Liar Satwa Satwa Liar (SWD) Satwa Satwa Dr. Sen Nathan mengatakan bahwa kondisi dicephalisme sangat jarang. Ia juga menambahkan hal ini karena hewan yang menderita kondisi dicephalisme tak akan bertahan hidup lama maka jarang ditemukan hingga hidup dewasa.
“Penetasan dipelajari selama tiga bulan sebelum akhirnya mati karena pneumonia. Penyu ini tidak akan bertahan hidup di alam liar. Termasuk spesimen ini, yang plastronnya tidak sepenuhnya dikembangkan atau ditutup,” katanya.
Para pengamat lainnya juga menambahkan bahwa penyu dengan kepala satu akan sulit berenang ke laut yang dalam. Apalagi penyu berkepala dua yang baru menetas ini, mereka akan semakin sulit bernapas ketika dilepas ke laut dan berenang ke laut yang dalam.