Liputan6.com, Jakarta Preeklampsia adalah komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan, setelah memasuki usia 20 minggu. Pada beberapa kasus preeklampsia adalah bisa terjadi di masa awal kehamilan. Komplikasi ini terjadi karena tekanan darah ibu hamil cukup tinggi (hipertensi), mencapai 140/90 mmHg. Tanda preeklamsia adalah dapat diamati dari tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine.
Preeklampsia adalah dianggap sebagai kondisi yang paling sering mendahului eklampsia, bisa disebut dampak buruk akibat preeklampsia. Eklampsia merupakan kondisi kehamilan yang disertai kejang akibat tekanan darah tinggi. Jika tidak segera ditangani, bisa berakibat fatal baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Seperti perkembangan janin yang tidak sempurna, kelahiran premature, hingga kematian.
Advertisement
Baca Juga
Penyebab preeklampsia adalah sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Diduga preeklampsia adalah disebabkan karena plasenta, kumpulan pembuluh darah yang menghubungkan antara janin dan ibu. Pada wanita dengan preeklampsia adalah pembuluh darah ini tidak berkembang secara normal. Pembuluh tersebut lebih sempit dari pembuluh darah yang normal dan berekasi secara berbeda terhadap sinyal hormon.
Berikut Liputan6.com ulas tentang preeklampsia lebih dalam dari berbagai sumber, Kamis (30/9/2021).
Mengenal Risiko Preeklamsia
Preeklampsia adalah biasanya muncul pada usia kandungan lebih dari 20 minggu. Kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya, seperti ginjal dan hati. Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menjadi eklamsia.Â
Eklamsia adalah kondisi preeklamsia yang disertai kejang dan dapat menyebabkan kematian. Pada bayi, preeklamsia adalah dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat.
Faktor risiko yang dicurigai bisa menjadi penyebab preeklamsia adalah:
1. Kehamilan pertama
2. Pernah mengalami preeclampsia pada kehamilan sebelumnya
3. Memiliki gangguan medis –seperti tekanan darah tinggi dan diabetes
4. Kehamilan di atas usia 40 tahun
5. Obesitas
Advertisement
Pemeriksaan Preeklamsia
Diagnosis preeklampsia adalah dapat dilakukan dengan melihat adanya gejala pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Hal utama yang perlu diperhatikan pemeriksaan preeklamsia adalah kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg - ≤160 mmHg dan diastole yang mencapai 90 - ≤110 mm.
Selain melakukan pemeriksaan kenaikan tekanan darah, preeklamsia adalah perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium preeklamsia adalah dapat dilakukan hitung darah lengkap atau CBC untuk mencari jumlah sel darah yang abnormal.
Misalnya jumlah trombosit kurang dari 100.000. Sementara pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui kondisi janin akibat terjadinya preeclampsia.
Preeklmapsia adalah terbagi menjadi dua kategori berdasarkan tingkat keparahannya. Kedua kategori preeklamsia adalah preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Tanda dan gejala yang ditimbulkan tidak sama.
Gejala Preeklamsia Ringan dan Berat
Pada gejala ringan preeklampsia adalah berupa kenaikan tekanan darah mencapai 140/90 mmHg – 160/110 mmHg. Adanya protein di dalam urine. Adanya penimbunan cairan pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
Sementara gejala berat preeklampsia adalah berupa tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg, meningkatnya kadar enzim hati, oliguria mencapai 400 ml/24 jam, dan adanya protein di dalam urine.
Gejala lain preeklamsia adalah berupa nyeri ulu hati, gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang terasa berat, perdarahan di retina, dan adanya penimbunan cairan pada paru.
Advertisement
Dampak Buruk Preeklamsia
1. Eklampsia
Preeklampsia adalah meningkatkan kemungkinan seorang ibu mengalami eklampsia. Kondisi ini adalah kejadian kejang pada wanita hamil.Â
Ibu yang mengalami eklampsia dapat mengalami penurunan kesadaran, bahkan kematian. Evakuasi janin merupakan terapi untuk ibu yang mengalami eklampsia.
2. Gangguan Ginjal
Gangguan ginjal merupakan salah satu komplikasi preeklampsia. Penderita preeklamsia adalah dapat mengalami penurunan fungsi ginjal, yang bisa menyebabkan penumpukan racun dan cairan pada tubuh.
3. Edema Paru
Penderita preeklampsia adalah berisiko mengalami serangan sesak napas berat akibat penumpukan cairan di paru (edema paru).
4. Solusio Plasenta
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta merupakan kondisi gawat darurat dalam kehamilan. Pasalnya, kondisi ini merupakan lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum persalinan. Akibatnya, terjadi perdarahan hebat pada ibu serta janin tidak lagi mendapatkan pasokan gizi.
Penyebab solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Namun, wanita hamil dengan kondisi tertentu punya risiko lebih tinggi, yakni mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat solusio plasenta di kehamilan sebelumnya, mengalami preeklampsia atau eklampsia.
5. Stroke
Ibu hamil yang mengalami preeklampsia adalah bisa saja terkena stroke. Pasalnya, kondisi preeklampsia adalahh berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.Â
Apabila aliran darah di otak mengalami gangguan, misalnya pembuluh darah pecah sewaktu-waktu, maka terjadilah stroke perdarahan.Â
6. Sindrom Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelet Count (HELLP)
Sindrom hemolisis, peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang rendah merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan khusus.Â
Pasien dengan sindrom HELLP membutuhkan penanganan yang cepat, karena dapat menyebabkan gangguan yang mengancam nyawa ibu dan janin.
Â