14 Makanan Khas Banten yang Bikin Sultan Ketagihan, Ada Menu Wajib Kerajaan

Temukan kelezatan 15 makanan khas Banten dengan cita rasa unik dan sejarah menarik. Dari Sate Bandeng hingga Rabeg, semua punya cerita yang menggoda!

oleh Anugerah Ayu SendariMabruri Pudyas Salim diperbarui 13 Des 2024, 15:28 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2023, 14:00 WIB
Tips Memasak Makanan Bersantan
Makanan (Sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Makanan khas Provinsi Banten tak boleh terlewat saat mengunjungi wilayah ini. Banten pernah menjadi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat sebelum mengalami pemekaran pada 2000. Makanan khas Provinsi Banten tak lepas dari pengaruh budaya Sunda. Suku yang mendiami wilayah ini didominasi oleh suku Sunda salah satunya adalah Suku Baduy.

Provinsi paling barat pulau Jawa ini menawarkan wisata kuliner dengan cita rasa unik. Makanan khas Provinsi Banten mudah ditemui di banyak tempat dan perayaan. Makanan khas Provinsi Banten ini bahkan sudah ada sejak jaman Kesultanan Banten. Beberapa daerah di Provinsi Banten memiliki masakan khasnya sendiri seperti Nasi Sumsum dan Sate Bandeng yang berasal dari Kota Serang.

Makanan khas Provinsi Banten juga terpengaruh dari budaya luar seperti Rabeg, yang berasal dari Arab. Jika Anda singgah di provinsi ini, jangan lupa untuk mencicipi makanan khas Provinsi Banten. Berikut Makanan khas Provinsi Banten yang berhasil Liputan6.com rangkum dari berbabagai sumber, Jumat (16/8/2019).

Sate Bandeng

Sate Bandeng
Sate Bandeng favorit Sultan Banten (Liputan6.com / Yandhie Deslatama)

Makanan khas Provinsi Banten yang paling terkenal adalah sate bandeng. Dahulu, sate bandeng merupakan makanan kegemaran sultan-sultan Banten dan hanya disajikan saat momen istimewa. Kini sate bandeng dapat dinikmati siapa saja. Sate bandeng tahan tiga sampai empat hari sehingga cocok sebagai oleh-oleh berat.

Masakan tradisional Banten ini dibuat dari ikan bandeng yang dagingnya dikeluarkan tanpa merusak kulit ikan, dibersihkan durinya kemudian haluskan bersama bumbu rempah. Campuran ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam kulit ikan. Bandeng kemudian dijepit dengan bilah bambu dan dibakar di atas bara api hingga matang.

Pecak Bandeng

Pecak bandeng merupakan hidangan ikan bandeng yang disajikan dengan sambal pecak khas yang menyegarkan. Proses pembuatannya dimulai dengan membersihkan ikan bandeng, kemudian digoreng hingga matang sempurna. Yang membedakan pecak bandeng dengan olahan bandeng lainnya adalah sambal pecaknya yang khas.

Sambal pecak dibuat dari campuran cabai, bawang merah, bawang putih, dan bumbu lainnya yang diulek kasar, kemudian diberi perasan jeruk nipis yang memberikan sensasi asam segar. Saat disantap, ikan bandeng yang gurih berpadu sempurna dengan sambal pecak yang pedas dan segar, menciptakan harmoni rasa yang khas Banten.

Gipang

Gipang adalah kudapan tradisional yang menjadi salah satu warisan kuliner Banten. Makanan ini terbuat dari beras ketan (bisa menggunakan ketan putih atau merah) yang dimasak hingga matang, kemudian dicampur dengan gula cair hingga membentuk adonan yang dapat dipadatkan. Proses pembuatannya cukup rumit karena membutuhkan ketelitian dalam mengatur suhu dan waktu pemasakan yang tepat.

Tekstur gipang sangat unik - renyah di bagian luar namun memiliki kelengketan yang pas di bagian dalam berkat penggunaan gula cair sebagai perekat. Seiring perkembangan zaman, gipang kini hadir dalam berbagai varian rasa seperti pandan, kacang, dan selai kacang untuk menyesuaikan dengan selera modern. Bentuknya yang persegi panjang dan kemasan yang praktis membuatnya populer sebagai oleh-oleh khas Banten.

Rabeg

Rabeg
Rabeg (sumber: dispar.bantenprov.go.id)

Rabeg merupakan hidangan yang terinspirasi dari kuliner Arab. Masakan ini menyebar ke Banten berkat Sultan Maulana Hasanuddin, seorang raja di Kesultanan Banten. Pada masa itu Sultan Maulana Hasanuddin menunaikan ibadah haji dan singgah ke sebuah kota bernama Rabigh. Di sana ia jatuh cinta pada olahan daging kambing khas kota tersebut.

Setelah kembali ke Banten, Sultan Maulana Hasanuddin memerintahkan juru masaknya untuk membuat olahan daging kambing khas timur tengah tersebut. Meski tak sama persis, Sultan sangat menyukai masakan tersebut dan menjadi menu wajib kerajaan.

Rabeg adalah olahan daging kambing dengan perpaduan rempah. Daging direbus bersama bumbu rempah dan kaldu hingga menyerupai semur. Rempah seperti pala, jahe, lengkuas, dan cabe rawit membuat masakan ini memiliki cita rasa pedas yang sempurna.

Leumeung

Leumeung merupakan hidangan istimewa yang menggabungkan teknik memasak tradisional dengan bahan-bahan berkualitas. Proses pembuatannya dimulai dengan memasak beras ketan bersama santan dan bumbu-bumbu hingga meresap. Keunikan leumeung terletak pada cara memasaknya yang menggunakan dua lapis pembungkus: daun pisang di bagian dalam dan bambu di bagian luar, kemudian dibakar hingga matang.

Penggunaan bambu dalam proses pembakaran tidak hanya memberikan aroma khas, tetapi juga menciptakan tekstur nasi ketan yang sempurna - pulen namun tidak lengket. Leumeung biasanya disajikan dengan pelengkap seperti telur asin atau serundeng kelapa yang menambah dimensi rasa. Di wilayah Pandeglang, leumeung bukan sekadar makanan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam berbagai acara adat dan perayaan tradisional.

Pasung Merah

Pasung merah adalah kue tradisional yang memiliki tampilan menarik dengan warna merah kecokelatan alami dari gula merah. Pembuatannya melibatkan pencampuran yang tepat antara tepung beras, tepung sagu, santan, dan gula merah untuk menciptakan dua lapisan berbeda. Teknik membungkus dengan daun pisang juga membutuhkan keahlian khusus agar bentuknya sempurna dan tidak bocor saat dikukus.

Yang membuat pasung merah istimewa adalah komposisi dua lapisannya yang berbeda namun saling melengkapi. Lapisan bawah yang terbuat dari gula merah memberikan rasa manis yang khas, sementara lapisan atas yang terbuat dari campuran tepung dan santan memberikan tekstur lembut dan rasa gurih. Aroma daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus menambah dimensi kenikmatan kue tradisional ini.

 

Ketan bintul

Kuliner Ramadan
Ketan Bintul, menu khas berbuka puasa asal Banten, yang berusia ratusan tahun. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Ketan bintul biasa hadir sebagai menu khas berbuka puasa. Makanan ini terbuat dari ketan putih yang ditanak dengan santan dan pandan. Ketan kemudian ditumbuk halus selagi hangat agar mudah dan tak mengeras. Ketan bintul disajikan dengan ditaburi srundeng serta bawang goreng. Ketan Bintul biasanya disantap bersama semur daging sapi atau kerbau.

Ketan bintul sudah menjadi makanan favorit para Sultan Banten sejak abad 15 Masehi. Terutama di masa kepemimpinan Sultan Maulana Hasanuddin. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat Banten, bila seseorang berbuka puasa saat bulan Ramadan dengan Ketan Bintul, seakan-akan menghargai dan menghormati para sultan.

Sayur Besan

Sayur besan bukan sekadar hidangan biasa dalam budaya Banten, melainkan simbol persatuan dua keluarga dalam prosesi pernikahan. Hidangan ini memiliki bahan utama yang unik yaitu terubuk, sejenis sayuran yang menyerupai tebu muda dan memberikan tekstur istimewa pada masakan. Kuah kuningnya yang berbumbu kunyit dimasak dengan berbagai rempah tradisional yang menciptakan cita rasa kompleks.

Kelengkapan sayur besan ditandai dengan hadirnya bihun, kentang, petai, dan daging sapi yang dimasak hingga empuk. Penggunaan bumbu aromatik seperti daun salam dan serai tidak hanya menambah cita rasa tetapi juga menghadirkan aroma yang menggugah selera. Dalam tradisi Banten, sayur besan menjadi simbol harapan akan harmonisnya hubungan antara dua keluarga, seperti harmonisnya perpaduan berbagai bahan dalam hidangan ini.

Balok Menes

Balok menes memiliki sejarah yang dalam, berakar dari masa penjajahan Belanda ketika masyarakat Pandeglang mengalami kesulitan beras akibat penghancuran lahan pertanian. Kreativitas masyarakat dalam mengolah singkong menjadi makanan yang nikmat melahirkan balok menes. Proses pembuatannya melibatkan penumbukan singkong hingga mencapai tekstur yang sangat halus dan pulen.

Hidangan ini disajikan dengan taburan serundeng kelapa dan bawang goreng yang menambah dimensi rasa dan tekstur. Meskipun sederhana, balok menes menyimpan cerita perjuangan dan ketahanan pangan masyarakat Banten. Hingga kini, makanan ini tetap dilestarikan sebagai bagian dari warisan kuliner yang mengingatkan akan sejarah dan identitas masyarakat Pandeglang.

 

Angeun Lada

Ilustrasi Makanan Pedas, Masakan Pedas, Makanan, Masakan (iStockphoto)
Makanan Pedas (Ilustrasi/iStockphoto)

Angeun Lada menjadi masakan turun temurun masyarakat Banten. Masakan ini selalu hadir di tengah perayaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Angeun Lada bahkan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016.

Angeun berarti sayur dan lada berarti pedas. Angeun Lada biasanya terdiri dari jeroan sapi atau kerbau yang dibumbui oleh rempah yang kuat. Angeun Ladasekilas mirip dengan soto Betawi dan gulai, yang membedakan adalah penggunakan rempah didalamnya.

Salah satu ciri khas dari masakan ini adalah penggunaan daun walang. Daun walang memiliki aroma kuat yang disebut mirip dengan walang sangit. Penggunaan daun walang ini membuat Angeun Lada memiliki rasa khas yang kuat.

Cucuer

Cucuer merupakan jajanan tradisional yang memiliki nilai historis tinggi dalam budaya Banten. Pembuatannya melibatkan tepung beras yang diolah dengan teliti, diberi warna hijau alami dari daun suji yang juga menambahkan aroma harum. Proses pembuatan cucuer membutuhkan keahlian khusus, terutama dalam mencampurkan bahan dan mengatur suhu penggorengan agar menghasilkan tekstur yang ideal.

Dalam tradisi Banten, cucuer memiliki makna khusus sebagai bentuk penghormatan kepada Raja-Raja Banten, terutama saat bulan Ramadan. Penyajiannya dengan kelapa parut yang diberi garam menciptakan perpaduan rasa manis dan gurih yang seimbang. Menjelang Ramadan, cucuer menjadi salah satu jajanan yang paling dicari, menandakan kuatnya tradisi dan nilai budaya yang masih terjaga dalam masyarakat Banten.

Laksa Banten

Laksa Banten mencerminkan kekayaan kuliner nusantara dengan pengaruh berbagai budaya. Kuah santan kentalnya yang berwarna kuning oranye mengandung berbagai rempah yang diracik dengan cermat, menciptakan cita rasa yang kompleks namun seimbang. Bahan-bahan seperti bihun atau mie soun menjadi landasan hidangan ini, dilengkapi dengan protein berupa daging ayam atau udang yang menambah nilai gizi.

Keistimewaan Laksa Banten juga terletak pada pelengkapnya yang beragam, mulai dari telur rebus, tauge, hingga potongan tahu yang memberikan variasi tekstur dalam satu mangkuk. Penyajian akhir dengan taburan bawang goreng dan daun kucai tidak hanya menambah tampilan, tetapi juga memberikan aroma yang menggugah selera. Laksa Banten menjadi bukti bagaimana sebuah hidangan bisa menjadi cerminan akulturasi budaya yang harmonis.

Nasi Sumsum

Nasi Bakar Palekko, Si Pedas dari Bugis
Meski kerap disajikan pada hari-hari biasa, nasi bakar ini tetap diburu sebagai santapan untuk berbuka puasa. (Eka Hakim/Liputan6.com)

Makanan khas Banten ini merupakan nasi yang dicampur dengan sumsum tulang kerbau kemudian dibakar di atas bara api. Sebelum dibakar nasi dibumbui dulu dengan daun salam, sereh, cabe, dan bawang, serta sumsum kerbau. Masakan ini biasa disantap bersama sambel kacang dan otak-otak ikan.

Nasi dan bumbu sum-sum tulang kerbau dimasak secara terpisah, lalu dicampurkan dengan cara menggorengnya. Setelah digoreng, campuran nasi dan sum-sum lalu dibungkus daun pisang untuk kemudian dibakar. Nasi sumsum mempunyai citarasa yang lezat, gurih dan nikmat.

Kue Jojorong

Kue jojorong berbahan dasar tepung beras dan santan kelapa yang bagian dalamnya diberi gula aren. Jojorong biasa hadir saat hajatan dan acara-acara di Banten. Jojorong menjadi sajian untuk menjamu tamu acara besama makanan lainnya.

Jojorong memiliki konsistensi mirip puding. Karena terbuat dari santan, kue ini harus segera dimakan agar tak segera basi. Jojorong berbentuk bulat dibungkus dengan daun pisang. Jojorong diolah dengan cara dikukus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya