Liputan6.com, Jakarta Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) memperpanjang masa penutupan jalur pendakian ke kawasan Gunung Semeru di Jawa Timur. Penutupan jalur pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut diperpanjang sampai waktu yang tak ditentukan.
Hal ini diketahui lewat unggahan akun Instagram resmi TNBTS pada Rabu, 5 Februari 2025. "Ternyata kondisi alam belum membaik nih #sahabatmentaritengger. Dan lagi-lagi rindu dengan Ranu Kumbolo masih harus tertunda," keterangan di akun @bbtnbromotenggersemeru.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya TNBTS sempat memberlakukan penutupan sementara jalur pendakian Gunung Semeru sampai 8 Februari 2025. Tetapi berdasarkan surat pengumuman yang dikeluarkan di Malang pada 4 Februari 2025 lalu, penutupan jalur pendakian Semeru kembali diperpanjang.
Advertisement
Dalam surat yang ditandatangani oleh Kepala TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha disebutkan bahwa perpanjangan penutupan jalur pendakian Semeru dikeluarkan mengingat kondisi cuaca selama Februari 2025 dan evaluasi pengelolaan pendakian. Selain itu juga dengan mempertimbangkan himbauan dari BMKG akan cuaca ekstrem.
"Kebijakan ini diambil sebagai langkah antisipatif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan serta memastikan keselamatan dan kenyamanan pengunjung dari ancaman bencana alam yang dipicu oleh cuaca ekstrem berupa tingginya intensitas hujan dan angin kencang," isi keterangan surat tersebut.
Atas keluarnya kebijakan terbaru ini, Balai Besar TNBTS juga mengimbau kepada seluruh calon pengunjung untuk mematuhi keputusan ini. Selain itu masuarakat dilarang untuk melakukan aktivitas pendakian secara ilegal.Â
Â
Wisata di Ranu Regulo
"Segala macam bentuk aktivitas ilegal di kawasan konservasi akan mendapatkan peringatan dan tindakan tegas sesuai perarturan yang berlaku," tambahan di keterangan surat edaran.Â
Tak hanya pendakian Semeru, Balai Besar TNBTS juga menutup kunjungan wisata di Ranu Regulo, dengan alasan yang sama yaitu kondisi cuaca ekstrem selama beberapa pekan terakhir. Penutupan sementara kunjungan wisata ini berlaku pada 6--21 Februari 2025.
Disebutkan bahwa pengumuman ini disampaikan kepada masyarakat, pengunjung, pelaku jasa wisata dan pihak-pihak terkait untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Sebelumnya diberitakan bahwa Gunung Semeru meletus pada Selasa, 28 Januari 2025, letusan gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut mencapai 800 meter hingga 1000 meter di atas puncak.
Mengutip dari kanal Regional Liputan6.com, erupsi pertama Gunung Semeru terjadi pada pukul 06.21 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1.000 meter atau 1 kilometer di atas puncak atau 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Advertisement
Letusan Gunung Semeru
"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 21 mm dan durasi 181 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Sigit Rian Alfian Selasa, 28 Januari 2025.
Erupsi kedua terjadi pada pukul 07.11 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas cukup tebal ke arah timur laut. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 21 mm serta durasi 124 detik.
Selang beberapa menit atau tepatnya pukul 07.35 WIB, gunung yang mempunyai ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu kembali erupsi dengan tinggi letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut dan timur. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 119 detik," tambahnya.Â
Status Gunung Semeru
Lalu pada pukul 08.48 WIB terjadi erupsi kembali dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke aarah timur laut dan timur, serta erupsi terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 110 detik.
"Gunung Semeru erupsi lagi pukul 10.28 WIB dan visual letusan tidak teramati, namun erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 22 mm dan durasi 123 detik," jelasnya.
Sigit memaparkan Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak itu, lanjutnya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," ungkapnya lagi.
Â
Advertisement