7 Jenis Kepribadian Ini Bikin Kamu Tetap Bahagia Meski Hidup Makin Sulit

Ada deretan jenis kepribadian yang membuat orang tetap merasa bahagia meski diterpa kesulitan.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 22 Jul 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2023, 07:00 WIB
Jenis Kepribadian
Jenis Kepribadian Ini Bikin Kamu Tetap Bahagia Meski Hidup Makin Sulit (Sumber: Ilustrasi Pexels/ Yulia Rozanova)

Liputan6.com, Jakarta Menebak kepribadian orang lain memang bukan perkara mudah. Ada banyak cara dan metode menentukan seseorang dengan ciri khasnya tersendiri. Namun dalam hal menanggapi kehidupan, ada banyak jenis kepribadian. Jenis kepribadian tersebut terbentuk berkat kebiasaan hidup seseorang. 

Terkadang menjadi sebuah pertanyaan seperti apa kepribadian seseorang dalam menanggapi kehidupan yang semakin sulit. Mengingat, tantangan dan cobaan hidup semakin beragam. Meski ditempa kehidupan sulit, ada deretan jenis kepribadian yang membuat orang tetap merasa bahagia. 

Melansir dari Fastcompany, kepribadian baru bisa dibangun berkat kebiasaan baru. Hal ini menjadikan siapa saja yang merasa kesusahan menghadapi kerasnya hidup, sebenarnya bisa mengubahnya jadi perasaan untuk tetap bahagia. Tentu saja hal ini butuh percobaan yang mungkin butuh perjuangan tersendiri.

Hack Spirit mengungkapkan, kepribadian yang bikin hidup tetap bahagia meski makin sulit terletak pada memupuk kebiasaan tertentu yang akan membantu kita menjaga ketenangan pikiran kita, bahkan di saat-saat yang paling sulit sekalipun. Berikut Liputan6.com merangkum jenis kepribadian orang tetap bahagia meski hidup semakin sulit, Jumat (21/7/2023).


1. Kepribadian yang menerima sisi negatif diri sendiri

Jenis Kepribadian
Ilustrasi/copyright unsplash.com/Anthony Tran

Tetap optimis dalam menghadapi kesulitan bukan berarti hanya berfokus pada "getaran positif" semata. Pendekatan tersebut tidak realistis. Ketika menghadapi situasi buruk, perasaan sakit pasti akan terjadi. Mengedepankan kepositifan secara berlebihan bisa menjadi sikap beracun ketika kita mencoba mengabaikan emosi manusia yang wajar.

Suka atau tidak suka, hidup adalah kombinasi dari pasang surut. Setiap orang akan mengalami kesedihan, rasa sakit, kemarahan, dan berbagai perasaan tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Mengesampingkan pasang surut hanyalah bentuk penyangkalan. Bagi mereka yang selalu terlihat bahagia, lebih sehat untuk mengakui perasaan-perasaan tersebut daripada menekannya jauh-jauh.


2. Bergantung pada kebiasaan positif daripada beralih kepada sifat merusak

Jenis Kepribadian
(Liputan6.com/IG/@yukikt)

3. Mengontrol diri untuk mendapatkan kembali kekuatan

Jenis Kepribadian
Ilustrasi Fokus Pada Pekerjaan Credit: pexels.com/pixabay

Seringkali, kita merasa mudah merasa tertimpa belas kasihan oleh kehidupan. Peristiwa acak terlihat seperti berkolusi untuk menyebabkan kebingungan. Atau tindakan orang lain dapat dengan cepat mengubah jalannya hidup kita tanpa perlu kita katakan. Namun, orang-orang yang bahagia merasa mengemudikan kehidupan mereka sendiri.

Mereka tidak berubah menjadi korban ketika menghadapi kesulitan. Prosesnya dimulai dengan menerima kenyataan apa adanya. Menerima bukan berarti bersahabat dengan masa-masa sulit, tetapi lebih tentang menolak menciptakan lebih banyak penderitaan untuk diri kita sendiri dengan menolak kenyataan yang tidak dapat kita ubah.

Daripada menghabiskan energi dan membuat diri kita menderita dengan terus-menerus memainkan kenangan masa lalu dalam pikiran kita, kita sebaiknya fokus pada saat ini dan keadaan di mana kita berada sekarang.


4. Melihat sisi baiknya dan menikmati hal-hal baik meski kecil

Jenis Kepribadian
(Sumber: Ilustrasi Pexels/ Lina Kivaka)

Disarankan untuk melihat sisi positif ketika menghadapi masa-masa sulit bisa sangat menyulitkan. Namun, kenyataannya adalah pola pikir kita yang membuat perbedaan besar dalam perasaan kita. Lebih dari sekadar situasi eksternal.

Seorang jutawan bisa saja merasa sengsara, sementara seorang orang miskin bisa merasa bahagia. Karena dalam banyak hal, seluruh dunia kita dimulai dan berakhir di dalam pikiran kita sendiri. Kerangka tempat kita melihat dan mengevaluasi segala sesuatu pada akhirnya adalah kerangka internal.

Ketika kita menyadari hal ini, kita menjadi sadar bahwa kebahagiaan pada akhirnya adalah pilihan kita. Meskipun bukanlah hal yang mudah, mengatakan pada diri sendiri untuk "berbahagialah" bukanlah sekadar penyederhanaan berlebihan. Namun, dengan usaha yang konsisten, kita bisa melatih diri kita (dan otak kita) untuk mengadopsi pendekatan yang lebih positif.

Ketika segalanya terasa salah, ada manfaatnya mencari apa yang benar. Praktik syukur dapat menghasilkan keajaiban karena alasan ini. Ini mengajarkan pikiran kita untuk fokus pada hal-hal yang baik. Telah terbukti meningkatkan harga diri, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi depresi, dan bahkan membantu mengatasi rasa sakit kronis.

Memulai praktik mudah bersyukur memberikan suntikan emosi positif bagi diri kita sendiri dan membantu kita mengatasi perasaan negatif.


5. Berdialog dengan diri sendiri

Ilustrasi Introspeksi
Ilustrasi perempuan yang sedang galau/copyright shutterstock.com/Blue Titan

Ketika seorang teman mengalami masa-masa sulit, kebanyakan dari kita memberikan dukungan dengan kata-kata yang penuh kasih dan semangat. Namun, kita juga perlu membiasakan diri untuk melakukan hal yang sama pada diri kita sendiri.

Banyak dari kita hidup dengan aliran komentar yang terus-menerus mengalir di dalam pikiran kita. Jika komentar tersebut bersifat negatif, itu dapat membuat kita merasa kecewa dan terpuruk. Ketika kita menyadari bahwa kita terjerumus dalam self-talk negatif, kita memiliki pilihan untuk mengubah jalur pikiran tersebut.

Orang yang bahagia cenderung mendengarkan kata-kata yang memotivasi. Katakanlah hal-hal penuh kasih dan optimis pada diri sendiri. Mungkin awalnya terasa dipaksakan, tetapi seiring berjalannya waktu, hal itu akan menjadi kebiasaan karena kita secara aktif mengubah cara kerja otak kita.

Otak kita dapat terperangkap dalam lingkaran sirkuit negatif dan menciptakan narasi negatif tanpa kita sadari. Namun, jika kita terus-menerus memberi diri kita pesan tentang perasaan yang lebih positif, akhirnya otak kita akan menerima dan merespons pesan tersebut.


6. Yakin pada diri sendiri bahwa bisa bangkit dari keterpurukan

Jenis Kepribadian
Ilustrasi Pekerja Teladan Credit: shutterstock.com

Renungkan kembali tentang patah hati pertama yang pernah kamu alami. Kemungkinan itu menyakitkan seperti tidak ada yang lain sejak saat itu. Terdapat ungkapan bahwa luka pertama adalah yang terdalam, dan hal itu punya alasan kuat. Rasa sakit yang menyengat itu tak bisa dihindari. Tapi dari situ juga kita menjadi lebih kuat. Patah hati menguatkan kita.

Jika kita jujur pada diri sendiri, kita menyadari bahwa pelajaran-pelajaran sulit seringkali memberikan dampak yang besar dalam hidup kita. Orang-orang yang paling tangguh dalam hidup tidak memiliki kulit yang tebal secara alami. Mereka telah mendapatkan baju zirah mereka melalui banyak pertempuran sengit.

Seperti kata pepatah Jepang, “Nana korobi, ya oki":

"Jatuh tujuh kali, bangun delapan kali."

Orang yang bahagia tidak pernah menyerah, dan sikap itu memberi mereka kekuatan untuk bangkit kembali.


7. Selalu ingat badai pasti berlalu

Jenis Kepribadian
(Sumber: Ilustrasi Pexels/Vjaprata)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya