Nabi Ibrahim Dilahirkan di Kota Babilonia, Begini Kisah Hidup dan Dakwahnya

Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Babilonia yang kini dikenal sebagai Irak.

oleh Laudia Tysara diperbarui 06 Sep 2023, 15:45 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2023, 15:45 WIB
Pasar Hewan Kurban Jelang Idul Adha di New Delhi
Kambing diberi makan di pasar ternak menjelang Idul Adha di New Delhi, India, Selasa, 5 Juli 2022. Umat Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha, atau "Hari Raya Kurban," yang memperingati kisah Al Quran tentang kesediaan Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. (AP Photo/Altaf Qadri)

Liputan6.com, Jakarta - Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Babilonia yang kini dikenal sebagai Irak. Kisah kelahiran Nabi Ibrahim adalah awal perjalanan spiritual dan kenabiannya. Babilonia pada masa itu, merupakan sebuah pusat kebudayaan dan kekuasaan di wilayah Mesopotamia yang kini menjadi bagian dari Irak.

Kelahiran Nabi Ibrahim di tengah-tengah peradaban yang maju ini menjadi landasan bagi peran pentingnya dalam menyebarkan ajaran tauhid (kepercayaan kepada satu Tuhan). Kelahirannya di Babilonia, membuat Nabi Ibrahim harus berdakwah di dunia yang penuh dengan penyembahan berhala dan menghadapi pemimpin yang zalim.

Pengalaman hidupnya melakukan perlawanan dengan penguasa zalim Raja Namrud, mencerminkan keberanian dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpercayaan dan penindasan. Kisah Nabi Ibrahim juga memperlihatkan betapa Allah melindungi dan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang setia, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kisah Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Babilonia, Rabu (6/9/2023).

Lahir di Kota Babilonia, Sekarang Bernama Irak

Gua Hira
Gua Hira terletak sekira 6 kilometer sebelah utara Masjidil Haram. Gua ini menjadi tempat Nabi Muhammad SAW menyendiri dari masyarakat yang pada saat itu masih belum menyembah kepada Allah SWT. (Sajjad HUSSAIN/AFP)

Nabi Ibrahim dikenal dengan nama Ibrahim bin Tarikh bin Nuhur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin ‘Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh alaihissalam. Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Babilonia. Ini merupakan bagian selatan dari Mesopotamia atau Irak saat ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bidayah wa al-Nihayah oleh Ibnu Katsir.

Babilonia pada masa itu adalah sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh Raja Namrud. Raja Namrud telah memerintah Babilonia selama 400 tahun, dan masa pemerintahannya yang panjang ini membuatnya menjadi sosok yang penuh kesombongan.

Meski begitu, ada pula yang berpendapat Nabi Ibrahim dilahirkan di kota Damaskus, ada yang mengatakan di Harran, dan ada juga yang berpendapat bahwa kelahirannya terjadi di Ahwaz. Meskipun terdapat berbagai pendapat ini, sebagian besar sumber menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim lahir di kota Ur, yang terletak di wilayah Mesopotamia yang sekarang dikenal sebagai Irak, sekitar tahun 2295 SM.

Pada masa itu, masyarakat Mesopotamia hidup dalam masa jahiliyah, mereka banyak menciptakan patung-patung untuk disembah. Raja Namrud adalah seorang penguasa yang sangat sombong, bahkan sampai-sampai ia mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Dia bahkan pernah bermimpi tentang adanya seorang anak yang akan menggulingkannya dari tahtanya, sehingga dia memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir pada saat itu.

Namun, orang tua Nabi Ibrahim menyembunyikan putranya dalam sebuah gua untuk melindunginya dari ancaman tersebut.

Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud yang zalim ini banyak disebutkan dalam Al Quran, terutama dalam beberapa surat seperti Al-Baqarah, Al-An'am, Al-Anbiya, Asy-Syura, Ibrahim, dan Hud. Raja Namrud adalah salah satu penguasa yang sangat menyombongkan diri dan bahkan mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Masyarakat Babilonia saat itu memiliki berbagai berhala yang mereka sembah, termasuk berhala terbesar yang dimiliki oleh Raja Namrud.

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ

Artinya:

Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (QS. Al-Baqarah Ayat 258)

 

Dakwah Nabi Ibrahim, Dibakar Hidup-Hidup

Semarak Ramadan di Masjid Agung Sanaa
Sejumlah pria membaca Al-Quran selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sanaa, Yaman, Minggu (26/4/2020). Masjid Agung Sanaa merupakan salah satu masjid pertama yang dibangun atas perintah Nabi Muhammad SAW. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, salah satu peran utama Nabi Ibrahim dalam berdakwah adalah menghancurkan berhala-berhala tersebut. Ini termasuk berhala yang dimiliki oleh Raja Namrud. Tindakan ini membuat Raja Namrud sangat marah, dan dia memerintahkan agar Nabi Ibrahim dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup.

Namun, dengan perlindungan Allah, Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh api yang dinyalakan untuk membakarnya.

قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ

Artinya:

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS. Al-Anbiyaa ayat 69)

Dalam buku berjudul Nabiku Teladanku karya Lutfiya Cahyani, meskipun Nabi Ibrahim mengalami pembakaran selama 40 hari, keajaiban terjadi saat ia sama sekali tidak mengalami luka bakar. Ini adalah bukti nyata atas pertolongan Allah yang luar biasa, yang memperlihatkan kuasa-Nya yang tak terbatas. Bahkan, dalam momen tersebut, banyak hewan juga turut membantu memadamkan api yang mengelilingi Nabi Ibrahim.

Setelah api berhasil dipadamkan, kaum Kaldan yang sebelumnya sombong dan menganggap diri mereka kuat, akhirnya tertunduk malu. Mereka harus menerima kekalahan yang begitu telak. Meskipun mereka telah mencoba membakar Nabi Ibrahim selama puluhan hari, nyatanya mereka tidak mampu menyakiti atau mengalahkannya.

Meskipun telah menyaksikan mukjizat ini secara langsung, hanya sedikit orang yang mengakui kebenaran dan kebesaran Tuhan yang diyakini oleh Nabi Ibrahim. Raja Namrud dan para pengikut setianya tetap sombong dan menolak untuk menerima ajaran yang benar.

Perdebatan antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrud terjadi ketika Nabi Ibrahim dan rakyat Babilonia datang ke istana untuk meminta makanan dari Raja Namrud. Meskipun dalam perdebatan itu Raja Namrud kalah, Nabi Ibrahim pulang dengan tangan hampa. Namun, Allah memberinya rezeki yang lebih baik dan berlimpah.

Raja Namrud akhirnya mendapatkan azab dari Allah, termasuk serangan pasukan lalat atau nyamuk yang menyebabkan penderitaan bagi dirinya dan pengikutnya. Ini adalah contoh yang sangat kuat tentang bagaimana Allah SWT melindungi para nabi-Nya dan menghukum orang-orang yang zalim.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya