Liputan6.com, Jakarta Sholat Syuruq merupakan ibadah sholat sunnah yang dilaksanakan dua rakaat. Artinya adalah sholat yang apabila dikerjakan akan mendatangkan pahala, jika ditinggalkan tidak dosa. Lantas apa bacaan niat sholat Syuruq.
Sholat Syuruq juga dikenal dengan istilah sholat Isyraq. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa sholat Syuruq sama dengan sholat Dhuha. Namun, kedua ibadah sunnah tersebut memiliki perbedaan pada waktu pelaksanaan.
Baca Juga
Panduan Sholat Syuruq Pahalanya Setara Haji dan Umrah: Niat, Tata Cara Lengkap Doanya
Top 3 Islami: Baca Niat Sholat 'Ushalli' Wajib atau Tidak, Kapan Waktu Terbaik Sholat Syuruq? Simak Penjelasan Buya Yahya dan UAH
Kapan Sholat Syuruq Dilakukan? UAH Sarankan di Waktu Ini, Pahalanya Setara Haji dan Umrah
Hal ini sama seperti arti dari kata syuruq sendiri yakni waktu terbit matahari. Syuruq merujuk pada akhir waktu Subuh yang dimulai saat fajar pertama kali terlihat di horison timur dan berakhir ketika matahari mulai terbit (Syuruq). Sama seperti sholat sunnah pada umumnya, sholat Syuruq juga diawali dengan membaca niat.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas mengenai bacaan niat sholat Syuruq beserta waktu pelaksanaan, tata cara, dan doanya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (6/10/2023).
Bacaan Niat Sholat Syuruq
Bacaan niat sholat Syuruq merupakan salah satu tata cara mengerjakan sholat sunnah tersebut. Seperti pada sholat wajib dan sunnah yang lainnya, sebelum mengerjakan sholat Syuruq diwajibkan membaca niat sholat Syuruq dalam hati. Berikut ini bacaan niat sholat Syuruq sebagaimana diterangkan Syaikh Nawawi dalam Nihayatuz Zain,
أصلى سنة الإشراق ركعتين لله تعالى
Arab-latin: Ushalli sunnatal isyraq rak’ataini lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.”
Advertisement
Waktu Pelaksanaan Sholat Syuruq
Dikutip dari buku yang berjudul Raih Pahala Haji Umroh Setiap Hari (2020) karya Muhammad Andhyka Afrianto, menjelaskan bahwa sholat Syuruq adalah sholat sunnah dua rakaat yang dikerjakan setelah terbit matahari. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah waktu pelaksanaan sholat Syuruq. Meskipun namanya Syuruq artinya terbita, sholat ini dikerjakan hanya ketika matahari sudah meninggi, kurang lebih satu tombak dalam pandangan mata, kurang lebih 15 menit setelah matahari terbit. Sebab ketika matahari tepat di garis terbit, maka umat Muslim dilarang melakukan sholat Syuruq.
Perlu digaris bawahi bahwa pelaksanaan sholat Syuruq sebelum pelaksanaan sholat Dhuha. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa waktu Syuruq berbeda dengan waktu Dhuha. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis berikut:
“Ketika matahari terbit dan mulai naik (satu atau dua tombak) maka Rasulullah SAW berdiri dan sholat dua rakaat; dan ketika matahari mulai menjulang tinggi dari arah timur dalam seperempat siang maka beliau sholat empat rakaat.” (HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah)
Para ulama sendiri berbeda pendapat perihal waktu pelaksanaan sholat Syuruq. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa sholat Syuruq memiliki perbedaan waktu dengan sholat Dhuha. Tetapi ulama lain menyatakan bahwa sholat Syuruq tidak lain adalah sholat sunnah Dhuha.
Tata Cara Sholat Syuruq
Sebagai panduan dalam melaksanakan sholat Syuruq, berikut tata cara sholat Syuruq yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sholat pada umumnya.
- Membaca niat sholat Syuruq. Bacaan niat sholat Syuruq ini telah dijelaskan pada paragraf di atas.
- Takbiratul ihram
- Membaca surah al-Fatihah dilanjutkan salah satu surah dalam Al-Qur’an (Dianjurkan surah Ad-Dhuha)
- Rukuk
- Iktidal
- Sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Sujud kedua rakaat pertama
- Berdiri dan mengulang urutan di atas dari awal membaca Surah al-Fatihah, kemudian dilanjutkan membaca salah satu surah dalam Al-Qur’an (dianjurkan surah As-Syarh), hingga sujud kedua.
- Duduk tasyahud akhir.
- Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.
Advertisement
Bacaan Doa Setelah Sholat Syuruq
Berikut ini bacaan doa setelah sholat Syuruq dan artinya yang bisa anda amalkan, yakni:
اَللّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ، وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ.
Arab-latin: Allâhumma yâ nûrannûri bit thûr wa kitâbim masthûrin fî riqqim mansyûrin wal baitil ma’mur, as-aluka an tarzuqanî nûran astahdî bihi ilaika wa adullu bihi ‘alaika wa yashhabunî fi hayâtî wa ba’dal intiqâli min dhalâmi misykâtî, wa as-aluka bissyamsi wa dhuhâha wa nafsin wa mâ sawwâha, an taj’ala syamsa ma’rifatika musyriqatam bî lâ yahjubuhâ ghaimul auhâmi walâ ya’tarîhâ kusûful qamaril wâhidiyyati ‘indat tamâm, bal adim lahâl Isyraqa wad dhuhûra ‘alâ mamarril ayyâmi wad duhûr. Wa shallillâhumma ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin khâtamil anbiyâ-i wal mursalîn. Wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhummaghfir lanâ wa liwâlidîna wa li-ikhwâninâ fillâhi ahyâ-an wa amwâtan ajma’în.
Artinya: “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringi hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Aku meminta kepada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan dengan jiwa dan kesempurnaannya, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat kepada-Mu yang seperti matahari cerahnya bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Segala Puji hanya milik Allah Tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal." (Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain, halaman 103).