Liputan6.com, Jakarta Biarawati adalah seorang perempuan yang memutuskan untuk hidupnya untuk agama dalam ajaran Katolik. Biarawati mendedikasikan kehidupan mereka untuk kepentingan agama. Biarawati secara sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Gereja dan Tuhan.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Menjadi biarawati bukanlah kewajiban bagi semua perempuan yang memeluk kepercayaan Katolik. Keputusan menjadi seorang biarawati adalah sebuah panggilan spiritual yang membutuhkan komitmen kuat. Hidup di dalam biara para biarawati saudara perempuan yang hidup bersama sepanjang hayatnya.
Dalam hidup mereka, biarawati mengikuti sumpah kaul yang meliputi tiga hal inti:, kemiskinan, kesucian, dan ketaatan. Mereka harus hidup sederhana dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Berikut ulasan tentang biarawati adalah perempuan yang mendedikasikan diri untuk agama, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (26/10/2023).
Apa Itu Biarawati?
Biarawati adalah perempuan yang memilih untuk hidup sebagai pelayan agama di dalam biara. Istilah ini sebenarnya ada di beberapa agama seperti Katolik, Kristen Ortodoks, dan Kristen Timur. Namun, di Indonesia hanya ada biarawati dari agama Katolik. Biarawati biasanya bergantung kepada tarekat atau ordo tertentu, yang memiliki aturan dan gaya hidup yang berbeda-beda.
Seorang biarawati adalah sosok yang dipercaya memiliki keimanan yang lebih sempurna hingga dengan sukarela meninggalkan kehidupan duniawi untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada Gereja dan Tuhan. Keputusan untuk menjadi biarawati bukanlah suatu kewajiban, tetapi merupakan sebuah panggilan spiritual yang kuat yang dirasakan oleh individu itu sendiri.
Hidup di dalam sebuah biara berarti hidup secara komunal dengan sesama biarawati lainnya. Mereka tinggal bersama sepanjang hayatnya sebagai saudara perempuan. Mereka mengikuti aturan dan tata tertib tarekat atau ordo yang mereka ikuti, yang biasanya mencakup doa, kerja keras, dan hidup sederhana.
Sebagai seorang biarawati, mereka mengabdikan hidup mereka untuk melaksanakan suatu kaul yang berarti bahwa mereka harus hidup dalam kebersamaan dengan Tuhan dan melayani Gereja. Kehidupan mereka didasarkan pada prinsip-prinsip iman dan nilai-nilai agama yang mereka yakini.
Keberadaan biarawati dalam agama Katolik, Kristen Ortodoks, dan Kristen Timur penting dalam menjaga tradisi dan praktik-praktik keagamaan. Mereka menjadi penjaga adorasi abadi dan berperan dalam melayani umat dan gereja secara umum.
Meskipun hidup sebagai seorang biarawati bukanlah hal yang mudah, banyak yang memilih untuk mengabdikan hidup mereka untuk melaksanakan panggilan ini. Mereka mengabdikan diri sepenuhnya kepada agama dan mendedikasikan hidup mereka untuk melayani Allah dan sesama dengan setia dan penuh kasih.
Advertisement
Syarat Menjadi Biarawati
Jika seseorang ingin menjadi biarawati, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum dapat memasuki kehidupan biara. Tahapan ini melibatkan proses penetapan panggilan, persiapan spiritual dan praktis, serta penetapan tarekat atau ordo yang ingin diikuti. Berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang calon biarawati.
Persiapan Pribadi
- Berdoa dan Bergumul: Calon biarawati perlu memiliki kehidupan doa yang kuat dan merenungkan panggilan mereka.
- Penuhi Panggilan Pelayanan: Mereka harus merasa bahwa mereka telah dipanggil untuk mendedikasikan hidup mereka untuk pelayanan agama.
- Melajang: Calon biarawati biasanya tidak boleh menikah, mereka harus lajang atau belum pernah menikah.
- Bergabung dalam Komunitas Katolik: Mereka harus aktif dalam komunitas Katolik.
- Perempuan Minimal Berusia 18 Tahun: Biasanya, calon biarawati harus minimal berusia 18 tahun.
Syarat dari Keuskupan
- Melakukan Proses Inisiasi (1-3 Tahun): Calon biarawati akan mengikuti tahap inisiasi selama 1-3 tahun, di mana mereka akan mempelajari lebih lanjut tentang kehidupan biarawati dan persiapan kehidupan religius.
- Memulai Proses Pencalonan (6-24 Bulan): Setelah tahap inisiasi, mereka akan memulai proses pencalonan yang berlangsung selama 6-24 bulan.
- Memasuki Masa Percobaan (1 Tahun): Setelah proses pencalonan, mereka akan memasuki masa percobaan selama 1 tahun di biara.
- Menjalani Pelayanan: Selama masa percobaan, calon biarawati akan menjalani pelayanan dalam komunitas biara.
Syarat Lainnya
- Harus Katolik, Perempuan, Belum Menikah, dan Sehat Jasmani dan Rohani: Syarat ini mencakup agama, status pernikahan, dan kondisi kesehatan calon biarawati.
- Tidak Pernah Menikah atau Telah Menerima Perceraian atau Pembatalan dari Gereja Katolik: Calon biarawati tidak boleh bercerai atau menikah lagi tanpa persetujuan Gereja Katolik.
- Perempuan Janda Harus Telah Membesarkan Anak di Bawah 18 Tahun: Jika seorang perempuan janda ingin menjadi biarawati, dia biasanya harus sudah membesarkan anak-anaknya sendiri hingga usia di bawah 18 tahun karena sumpah biarawati menggantikan pengasuhan anak-anak.
- Beberapa Ordo Membutuhkan Pendidikan Tinggi: Beberapa ordo biarawati mungkin memerlukan calon anggota untuk memiliki pendidikan tinggi sebelum mereka dapat bergabung.
- Evaluasi Berbagai Ordo dan Menghabiskan Waktu di Biara: Sebelum mengambil keputusan, calon biarawati disarankan untuk melakukan evaluasi berbagai ordo dan menghabiskan waktu di biara selama beberapa waktu sambil bekerja di dunia luar untuk memastikan panggilan mereka.
Tahap Menjadi Biarawati
Proses untuk menjadi biarawati atau suster Katolik melibatkan beberapa tahap panjang yang membutuhkan dedikasi dan disiplin, berikut diantaranya.
1. Masa Aspiran
Tahap pertama adalah masa aspiran, di mana calon biarawati atau suster mulai mempersiapkan diri secara jasmani dan rohani. Mereka belajar bagaimana menjaga kesehatan fisik dan merawat kesehatan spiritual mereka. Selama masa ini, mereka juga dapat mempelajari berbagai keterampilan yang akan berguna dalam kehidupan religius mereka.
2. Masa Postulan
Ini adalah masa peralihan di mana calon biarawati atau suster mulai beradaptasi dengan kehidupan biara. Biasanya, masa postulan berlangsung selama dua tahun. Selama periode ini, calon biarawati memperkenalkan diri dengan tata tertib, aturan, dan rutinitas biara, serta mengenal komunitas biara tempat mereka tinggal.
3. Masa Novisiat
ada tahap ini, calon biarawati memasuki masa novisiat, yang bertujuan untuk lebih mendalamkan pemahaman mereka tentang kehidupan gereja, mendalami aspek-aspek kehidupan rohani, dan memurnikan motivasi panggilan mereka. Ini adalah tahap yang mempersiapkan mereka untuk mengambil sumpah kekal.
4. Masa Yuniorat
Setelah melewati masa novisiat, calon biarawati atau suster melanjutkan ke masa yuniorat, yang berlangsung selama sembilan tahun. Selama masa ini, mereka dapat mempelajari ilmu-ilmu khusus dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk pelayanan atau karya sesuai dengan ordo atau kongregasi mereka.
5. Kaul Kekal dan Pembinaan Lanjutan
Tahap ini menandai penyelesaian perjalanan menuju kehidupan religius yang tetap. Calon biarawati atau suster yang telah melewati tahap-tahap sebelumnya dan telah siap untuk mengabdikan diri secara permanen mengucapkan kaul kekal publik, yang merupakan janji kekal untuk hidup seutuhnya sebagai suster atau biarawati.Â
Setelah mengucapkan kaul kekal, mereka menjadi anggota resmi dari komunitas religius mereka dan terus menerima pembinaan lanjutan untuk mendalami dan memperkuat panggilan mereka.
Advertisement
Tugas Biarawati dalam Ajaran katolik
Biarawati adalah mereka yang memilih untuk mengabdikan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu tarekat atau ordo. Dalam memilih untuk menjadi biarawati, mereka berkewajiban untuk melaksanakan suatu kaul atau perjanjian yang melibatkan hidup mereka sepenuhnya menurut aturan dan tata tertib tarekat atau ordo yang mereka pilih. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab seorang biarawati dalam ajaran Katolik.
1. Memberitakan Firman Tuhan
Tugas utama seorang biarawati adalah memberitakan ajaran Tuhan, terutama kepada mereka yang belum mengenal Yesus Kristus. Mereka dapat dikirim oleh gereja Katolik untuk menyebarkan ajaran agama dan melakukan kegiatan sosial di daerah-daerah yang belum memiliki agama atau pengetahuan tentang Tuhan.
2. Berdoa dan Berpuasa
Selain menjadi pelayan, seorang biarawati juga memiliki tanggung jawab untuk menjalani kehidupan rohani. Ini mencakup berdoa dan berpuasa. Berdoa tidak hanya terbatas pada diri sendiri, tetapi juga mencakup doa untuk kesejahteraan umat dan masyarakat secara umum.
3. Melayani Sesama
Salah satu tugas yang penting adalah melayani sesama. Ini bisa mencakup memberikan bantuan kepada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan, memberikan bantuan kepada korban bencana, dan menyediakan bantuan seperti makanan pokok dengan harga terjangkau. Pelayanan ini adalah bentuk konkret pengabdian kepada masyarakat dan pekerjaan Tuhan.
4. Melayani Liturgi Gereja
Biarawati juga terlibat dalam liturgi gereja. Mereka membantu dalam pelaksanaan ibadah gereja, bekerja sama dengan romo, dan menjalankan berbagai aspek liturgi selama ibadah.
5. Pelayanan di Rumah Jemaat
Biarawati juga dapat memberikan pelayanan kepada anggota jemaat, terutama kepada mereka yang memiliki keterbatasan atau tidak dapat menghadiri ibadah langsung di gereja. Mereka dapat membantu dalam hal ini, sehingga orang-orang yang membutuhkan dapat menerima pelayanan spiritual.
6. Membantu yang Kurang Mampu
Sebagai bagian dari pengabdian mereka, biarawati dapat membantu komunitas atau individu yang kurang mampu dengan memberikan makanan, pakaian, obat-obatan, dan bantuan lainnya. Ini merupakan wujud nyata dari ajaran Tuhan tentang kasih dan pelayanan kepada sesama.
7. Pelayanan Pendidikan
Banyak biarawati yang juga berperan sebagai guru di sekolah Katolik, memberikan pendidikan agama, moral, dan akademik kepada generasi muda.
Â