Liputan6.com, Jakarta Contoh jumlah fi’liyah dalam bahasa Arab perlu dipelajari oleh umat Muslim. Jumlah fi’liyah adalah salah satu cabang materi dalam ilmu nahwu yang membahas tentang struktur atau susunan kata dalam suatu kalimat bahasa Arab.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dalam buku Panduan Praktis Membaca Kitab Kuning Navasi oleh Abdul Muhaimin, menjelaskan bahwa jumlah fi’liyah adalah susunan kalimat yang diawali dengan Fi’il. Sedangkan kalimat Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Secara sederhana, pengertian jumlah fi’liyah adalah kalimat dalam bahasa Arab yang diawali dengan kata kerja. Agar anda lebih memahaminya, perlu mengetahui contoh jumlah fi’liyah dalam bahasa Arab.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai contoh jumlah fi’liyah beserta pengertian dan unsur-unsurnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (2/11/2023).
Pengertian Jumlah Fi’liyah
Sebelum mengetahui contoh jumlah fi’liyah, anda perlu mengenal definisinya. Dalam buku Panduan Praktis Membaca Kitab Kuning Navasi oleh Abdul Muhaimin, menjelaskan bahwa jumlah fi’liyah adalah susunan kalimat yang diawali dengan Fi’il.
Sedangkan kalimat Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Secara sederhana, pengertian jumlah fi’liyah adalah kalimat dalam bahasa Arab yang diawali dengan kata kerja.
Jumlah fi’liyah sendiri terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (subjek) serta maf’ul bih (objek penderita) dan fi’il ini bisa menggunakan fi’il madhi (kata kerja lampau) atau bisa juga dengan fi’il mudhor (kata kerja yang sedang dilakukan).
Subyek (fa’il) dalam jumlah fi’liyah ini bisa terlihat biasanya ditandai dengan nama orang atau suatu benda, bisa juga tak terlihat biasanya jumlah fi’liyah seperti ini terletak pada tengah paragraf. Fi’il adalah suatu kata yang menunjukkan suatu perbuatan atau pekerjaan ditandai dengan masa lampau, sekarang atau yang akan datang, dan kata perintah.
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il atau fa’il adalah yang mengerjakan perbuatan sesuai fi’il (pelaku perbuatan). Maf’ul bih adalah isim manshub atau yang terkena akibat perbuatan si pelaku perbuatan.
Untuk lebih jelasnya, simak contoh berikut:
1. Hadir
Laki-laki: حَضَرَ (Hadhara)
Perempuan: حَضَرَتْ (Hadharot)
2. Pulang
Laki-laki: رَجَعَ (Roja’a)
Perempuan: رَجَعَتْ (Roja’at)
Advertisement
Unsur-Unsur Jumlah Fi’liyah
Mengutip dari buku Ilmu Nahwu Praktis dan Terjemah Imrithi (2023) karya A. Fath Syuhud, menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur-unsur jumlah fi’liyah yang bisa anda kenali, yakni:
1. Jumlah fi’liyah lazim
Jumlah fi’liyah lazim atau kalimat verbal intransitif dianggap sempurna apabila minimal terdiri dari dua unsur yaitu fi’il atau kata kerja sebagai predikat dan fa’il atau subjek di mana fi’il harus selalu berada di awal kalimat.
2. Jumlah fi’liyah muta’addi
Jumlah fi’liyah muta’addi atau kalimat verbal transitif dianggap sempurna apabila minimal terdiri dari tiga unsur yaitu fi’il atau kata kerja sebagai predikat, fa’il atau subjek, dan maf’ul atau objek di mana fi’il harus selalu berada di awal kalimat.
3. Jumlah fi’liyah majhulah
Jumlah fi’liyah majhulah atau kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai perbuatan atau tindakan. Ciri khas kalimat pasif dalam bahasa Indonesia adalah kata kerjanya selalu diawali dengan di- seperti ditolong.
Sedangkan dalam bahasa Arab ditandai dengan perubahan bentuk fi’il di mana fi’il madhinya dhammah awalnya dan kasrah sebelum akhir serta fi’il mudariknya dhammah awalnya dan fathah sebelum akhir. Subjeknya disebut naibul fa’il. Jumlah majhulah umumnya hanya terjadi pada fi’il transitif atau muta’addi.
4. Jumlah fi’liyah syartiyah
Jumlah fi’liyah syartiyah atau kalimat kondisional adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan sebab akibat. Jumlah fi’liyah syartiyah harus terdiri dari dua unsur kalimat yaitu kalimat syarat dan kalimat jawab. Masing-masing harus berupa kalimat sempurna.
Ciri-Ciri Jumlah Fi’liyah
Berikut adalah ciri-ciri Jumlah Fi’liyah dalam Bahasa Arab yang bisa anda kenali, yakni:
- Berawalan kata kerja, baik fi’il madhi (kata kerja lampau), fi’il mudhori (kata kerja sekarang atau yang akan datang), dan fi’il amr (kata perintah).
- Mengandung makna perbuatan, pekerjaan, atau apa yang dilakukan.
- Mengandung keterangan waktu seperti yang dijelaskan pada poin a baik masa lampau, sekarang ataupun yang akan datang.
- Terdiri atas susunan fi'il (kata kerja), fa'il (pelaku yang mengerjakan atau subjek) ataupun, dan maf’ul bih (akibat dari yang dikerjakan).
Advertisement
Contoh Jumlah Fi’liyah dalam Bahasa Arab
Agar lebih memahami definisi dan unsur-unsur dari jumlah fi’liyah, anda perlu mengetahui contohnya dalam bahasa Arab. Untuk memahami kalimat jumlah fi'liyah, penting untuk melihat langsung bentuk kalimatnya dengan berbagai macam subjek, antara lain sebagai berikut:
1. Contoh Jumlah Fi'liyah untuk Isim Mudzakkar (laki-laki) tanpa penambahan ta' sukun di akhir fi'il (kata kerja)
- الأُستَاذُ حَضَرَ إِلَى الْمَدْرَسَةِ = Guru (laki-laki) telah datang/hadir ke sekolah.
- الأُستَاذُ رَجَعَ مِنَ الْمَدْرَسَةِ = Guru (laki-laki) telah pulang dari sekolah.
- الأُستَاذُ دَخَلَ إِلَى الْفَصْلِ = Guru (laki-laki) telah masuk ke dalam kelas.
- الأُستَاذُ عَلَّمَ فِي الْفَصْلِ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ = Guru (laki-laki) mengajar di kelas hingga waktu dzuhur.
2. Contoh Jumlah Fi'liyah untuk Isim Muannats (perempuan) dengan penambahan ta' sukun di akhir fi'il (kata kerja)
- الأُستَاذَةُ حَضَرَتْ إِلَى الْمَدْرَسَةِ = Guru (perempuan) telah datang/hadir ke sekolah.
- الأُستَاذَةُ رَجَعَتْ مِنَ الْمَدْرَسَةِ = Guru (perempuan) telah pulang dari sekolah.
- الأُستَاذَةُ دَخَلَتْ إِلَى الْفَصْلِ = Guru (perempuan) telah masuk ke dalam kelas.
- الأُستَاذَةُ عَلَّمَتْ فِي الْفَصْلِ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ = Guru (perempuan) mengajar di kelas hingga waktu dzuhur.
Dalam kalimat Jumlah Fi'liyah, fi'il (kata kerja) dan fa'il (subjek) digunakan untuk menyampaikan tindakan yang dilakukan oleh subjek laki-laki atau perempuan. Penambahan ta' sukun di akhir fi'il digunakan ketika subjeknya adalah perempuan. Hal inilah yang membedakan kalimat jumlah fi’liyah yang menggunakan subjek laki-laki.