Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri kata baku dan tidak baku adalah hal yang penting dalam pemahaman tata bahasa dalam Bahasa Indonesia. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan ejaan yang ditentukan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sedangkan kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang ditentukan oleh KBBI. Salah satu ciri-ciri kata baku adalah memiliki ejaan yang sesuai dan benar, sedangkan ciri-ciri kata tidak baku adalah memiliki ejaan yang tidak sesuai dengan aturan ejaan yang benar.
Fungsi mengetahui ciri-ciri kata baku dan tidak baku ini adalah untuk memudahkan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan mengetahui perbedaan antara kata baku dan tidak baku, kita dapat menghindari kesalahan dalam penulisan dan penggunaan kata-kata tersebut. Sebagai contoh, kata "terjerumus" adalah kata baku, sedangkan "terjebak" adalah kata tidak baku.
Menggunakan kata baku secara benar dalam penulisan adalah penting untuk menjaga kualitas tulisan dan memperkaya kosakata dalam Bahasa Indonesia. Dengan memahami ciri-ciri kata baku dan tidak baku, kita dapat menghasilkan tulisan yang lebih berkualitas dan mendapatkan apresiasi yang baik dalam penggunaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk terus memperhatikan dan mempelajari ciri-ciri kata baku dan tidak baku dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Advertisement
Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, pengertian, fungsi, contoh serta ciri kata baku dan kata tidak baku pada Selasa (9/1/2024).
Pengertian Kata Baku
Kata baku dalam bahasa Indonesia merujuk pada bentuk kata yang dianggap sebagai bentuk standar atau resmi yang diterima dan diakui oleh lembaga pengatur bahasa, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Bentuk kata ini dianggap sebagai bentuk yang benar dan sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku.
Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, kata "makan" merupakan bentuk baku, sedangkan bentuk tidak baku atau ragam tidak baku-nya adalah "nyate" atau "makanan". Oleh karena itu, penggunaan bentuk baku sangat dianjurkan dalam tulisan formal, percakapan resmi, dan media resmi lainnya.
Penting untuk diingat bahwa bahasa Indonesia mengalami perkembangan, dan beberapa kata mungkin mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa secara berkala melakukan pemutakhiran terhadap kaidah bahasa, termasuk kata-kata baku yang diakui.
Â
Fungsi Kata Baku
Kata baku dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi yang penting dalam menjaga kejelasan, keseragaman, dan keformalan komunikasi. Berikut adalah beberapa fungsi kata baku:
- Menghindari Ambiguitas: Penggunaan kata baku membantu menghindari ambiguitas atau kebingungan dalam komunikasi. Bentuk kata yang baku memiliki arti yang jelas dan diterima oleh masyarakat umum, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih mudah dipahami.
- Menjaga Keformalan: Kata baku umumnya digunakan dalam situasi-situasi yang memerlukan keformalan, seperti dalam surat resmi, dokumen-dokumen formal, atau pidato. Penggunaan kata baku menciptakan kesan profesional dan serius.
- Memberikan Keseragaman: Penggunaan kata baku membantu menjaga keseragaman dalam penggunaan bahasa. Ini penting agar komunikasi tetap konsisten, terutama dalam tulisan formal dan situasi resmi.
- Diterima dalam Media Resmi: Kata baku diakui oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan umumnya diterima dalam media resmi seperti berita, literatur, dan dokumen-dokumen resmi lainnya. Hal ini menjaga kredibilitas dan keberlanjutan penggunaan bahasa Indonesia.
- Mendukung Pendidikan: Penggunaan kata baku mendukung proses pendidikan dan pembelajaran bahasa. Guru dan lembaga pendidikan menggunakan kata baku untuk mengajarkan kaidah tata bahasa yang benar kepada siswa.
- Mempertahankan Kaidah Bahasa: Kata baku membantu mempertahankan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan oleh lembaga bahasa. Ini merupakan upaya untuk melestarikan kekayaan dan ketertiban bahasa sebagai identitas budaya bangsa.
- Memudahkan Komunikasi Formal: Dalam situasi-situasi formal seperti pertemuan bisnis, seminar, atau acara resmi lainnya, penggunaan kata baku dapat memudahkan komunikasi antara berbagai pihak yang mungkin memiliki latar belakang dan penggunaan bahasa yang berbeda.
- Menjaga Keharmonisan Bahasa: Penggunaan kata baku membantu menjaga keharmonisan dan kekonsistenan bahasa dalam masyarakat. Ini meminimalkan potensi perubahan yang tidak terkendali dan mendukung pemahaman bersama.
Dengan memahami dan mengikuti fungsi kata baku, masyarakat dapat menjaga kualitas dan kestabilan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai konteks komunikasi.
Â
Â
Advertisement
Ciri-ciri Kata Baku dan Contohnya
Kata baku dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dari bentuk tidak baku. Berikut adalah beberapa ciri-ciri kata baku:
- Sesuai dengan Kaidah Tata Bahasa: Kata baku sesuai dengan aturan tata bahasa yang berlaku. Bentuk kata ini mengikuti norma dan kaidah bahasa Indonesia yang ditetapkan oleh lembaga bahasa.
- Diterima oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kata baku diakui dan diterima oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa). Badan ini bertanggung jawab menetapkan kaidah bahasa dan mengakui bentuk kata yang dianggap baku.
- Digunakan dalam Tulisan Resmi: Bentuk kata baku umumnya digunakan dalam tulisan resmi seperti surat-menyurat, dokumen formal, atau karya sastra. Penggunaan kata baku dianggap lebih sesuai untuk menjaga keformalan dan kejelasan komunikasi.
- Mengalami Perkembangan Secara Stabil: Kata baku cenderung mengalami perubahan secara stabil dan lebih lambat dibandingkan dengan bentuk tidak baku. Perubahan terhadap kata baku biasanya melalui proses yang lebih terkontrol dan resmi.
- Dikenal secara Luas oleh Masyarakat: Kata baku dikenal oleh masyarakat luas dan umumnya lebih diterima dalam percakapan formal maupun informal. Penggunaan kata baku membantu menjaga keseragaman dan kejelasan komunikasi.
- Umumnya Terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia: Kata baku umumnya tercantum dalam kamus-kamus bahasa Indonesia sebagai bentuk yang diakui dan diterima secara resmi.
Contoh kata baku dan tidak baku:
1. Baku: Makan
Tidak Baku: Nyate (dalam konteks makannya)
2. Baku: Buku
Tidak Baku: Bok (dalam konteks bukunya)
3. Baku: Berbicara
Tidak Baku: Ngomong (dalam konteks berbicaranya)
Penting untuk diingat bahwa bahasa merupakan entitas yang dinamis, dan beberapa kata baku dapat mengalami perubahan atau pembaruan sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, perlu selalu mengikuti panduan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk menjaga keakuratan penggunaan kata baku.
Pengertian Kata Tidak Baku
Kata tidak baku dalam bahasa Indonesia merujuk pada bentuk kata yang tidak dianggap sebagai bentuk standar atau resmi oleh lembaga pengatur bahasa, yaitu Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Bentuk kata ini mungkin lebih umum digunakan dalam situasi informal, tetapi tidak dianjurkan dalam konteks formal atau resmi.Â
Penggunaan kata tidak baku dapat mencakup variasi kata, ungkapan, atau istilah yang mungkin populer di kalangan masyarakat tetapi belum secara resmi diakui sebagai bagian dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam beberapa kasus, kata tidak baku dapat muncul sebagai hasil dari perkembangan bahasa yang dinamis atau pengaruh dari ragam bahasa daerah atau asing.
Â
Fungsi Kata Tidak Baku
Kata tidak baku dalam bahasa Indonesia juga memiliki beberapa fungsi yang dapat menjadi bagian penting dari komunikasi dalam konteks tertentu. Meskipun tidak diakui secara resmi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, bentuk kata ini seringkali digunakan dalam situasi informal dan dapat memenuhi beberapa keperluan komunikasi. Berikut adalah beberapa fungsi kata tidak baku:
- Ekspresi Informal: Kata tidak baku seringkali digunakan sebagai ekspresi informal gaya percakapan sehari-hari. Bentuk kata ini menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab dalam berkomunikasi.
- Penunjuk Identitas atau Kelompok: Beberapa kata tidak baku dapat mencerminkan identitas atau keanggotaan dalam kelompok tertentu, seperti komunitas remaja, pecinta musik tertentu, atau kelompok-kelompok sosial lainnya.
- Penggunaan dalam Bahasa Gaya: Dalam menulis kreatif atau sastra, penulis sering menggunakan kata tidak baku untuk memberikan warna atau nuansa tertentu dalam bahasa gaya mereka. Hal ini dapat menciptakan karakterisasi yang lebih hidup dan alami.
- Pemanfaatan dalam Seni dan Hiburan: Kata tidak baku dapat digunakan dalam seni dan hiburan, seperti dalam lirik lagu, skrip film, atau pertunjukan seni lainnya. Penggunaannya bisa memperkaya ekspresi dan memberikan keunikan pada karya tersebut.
- Penggunaan dalam Komunitas Spesifik: Beberapa kata tidak baku mungkin populer di dalam komunitas tertentu dan digunakan untuk menciptakan identitas atau keintiman di antara anggotanya.
- Fleksibilitas dalam Bahasa Lisan: Bentuk kata tidak baku dapat memberikan fleksibilitas dalam komunikasi lisan, terutama di lingkungan yang lebih santai dan akrab. Penggunaannya bisa membuat percakapan terasa lebih alami dan tidak kaku.
- Menangkap Perkembangan Bahasa: Penggunaan kata tidak baku dapat mencerminkan perkembangan bahasa yang dinamis dan respons terhadap tren dan perubahan sosial. Ini mencerminkan cara bahasa berkembang seiring waktu.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan kata tidak baku sebaiknya disesuaikan dengan konteks dan situasi komunikasi. Meskipun kata ini dapat memberikan keleluasaan dalam ekspresi, tetap menjaga etika berkomunikasi dan memahami kapan sebaiknya menggunakan bentuk kata yang lebih baku sesuai dengan kebutuhan dan norma yang berlaku.
Â
Â
Advertisement
Ciri-ciri Kata Tidak Baku
Kata tidak baku dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dari bentuk kata baku. Berikut adalah beberapa ciri-ciri kata tidak baku:
- Tidak Sesuai dengan Kaidah Tata Bahasa: Kata tidak baku cenderung tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan tata bahasa yang berlaku. Bentuk kata ini mungkin mencerminkan variasi regional atau gaya percakapan informal.
- Tidak Diterima oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kata tidak baku belum diakui atau resmi diterima oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Oleh karena itu, bentuk kata ini tidak dianggap sebagai bentuk standar yang dianjurkan.
- Cenderung Digunakan dalam Situasi Informal: Kata tidak baku umumnya lebih sering digunakan dalam situasi-situasi informal, seperti percakapan sehari-hari, obrolan antar teman, atau media sosial.
- Mungkin Bersifat Slang atau Kolokial: Beberapa kata tidak baku dapat bersifat slang atau kolokial, mencerminkan gaya bahasa yang populer di kalangan tertentu, tetapi belum secara resmi diakui oleh lembaga bahasa.
- Lebih Rentan terhadap Perubahan: Bentuk kata tidak baku cenderung lebih rentan terhadap perubahan seiring waktu. Penggunaannya bisa dipengaruhi oleh tren sosial, perkembangan budaya, atau perubahan dalam bahasa sehari-hari.
- Tidak Selalu Terdapat dalam Kamus Resmi: Kata tidak baku mungkin tidak selalu tercantum dalam kamus-kamus resmi bahasa Indonesia. Ini karena bentuk kata ini belum diakui secara formal oleh lembaga bahasa.
Contoh kata tidak baku:
1. Tidak Baku: Ngebut (dalam konteks berkendara dengan kecepatan tinggi)
Baku: Berkendara cepat
2. Tidak Baku: Gue (sebagai pengganti kata "saya" atau "aku")
Baku: Saya atau aku
3. Tidak Baku: Bokap (sebagai panggilan kepada ayah)
Baku: Ayah
Perlu diingat bahwa beberapa kata tidak baku mungkin menjadi lebih umum dan diterima dalam situasi informal, tetapi tetap dianjurkan untuk memahami dan menghormati konteks penggunaannya agar komunikasi tetap efektif dan sesuai dengan norma bahasa yang berlaku.