Liputan6.com, Jakarta Anhedonia adalah kondisi psikologis yang menggambarkan kesulitan seseorang dalam menikmati hidup dan merasakan kesenangan. Penderita anhedonia kehilangan minat terhadap segala hal atau aktivitas yang sebelumnya dianggap menarik. Ini bukan hanya tentang merasa bosan, tetapi lebih tentang kehilangan kemampuan untuk merasakan kesenangan secara keseluruhan.
Baca Juga
Advertisement
Anhedonia adalah adalah kondisi yang membuat seseorang merasa hidupnya membosankan dan tanpa arti, bahkan sampai membuatnya merasa tertekan. Aktivitas yang sebelumnya memberikan kegembiraan dan kepuasan tidak lagi memberikan rasa senang yang sama. Ini bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan sosial, pekerjaan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Anhedonia bukan hanya rasa bosan biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Kebosanan umumnya teratasi dengan melakukan aktivitas baru atau menyenangkan, sedangkan anhedonia terjadi berlarut-larut dan tidak akan hilang jika tidak ditangani secara tepat. Berikut ulasan lebih lanjut tentang anhedonia adalah kondisi mental yang dapat memicu berbagai gangguan mental, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (13/2/2024).
Anhedonia Sosial dan Anhedonia Fisik
Anhedonia adalah kondisi psikologis yang mengakibatkan seseorang tidak mampu menikmati atau merasakan kesenangan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang mengalami anhedonia seringkali menganggap hidupnya membosankan dan bahkan bisa mengalami tekanan psikologis yang signifikan.
Anhedonia dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu anhedonia sosial dan anhedonia fisik. Anhedonia sosial adalah jenis anhedonia yang ditandai oleh ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kesenangan atau menikmati interaksi sosial dan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Penderita anhedonia sosial mungkin merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang lain dan merasa sulit untuk terlibat dalam kegiatan sosial.
Sementara itu, anhedonia fisik adalah kondisi yang menyebabkan seseorang tidak mampu merasakan kesenangan terhadap rangsangan fisik, seperti sentuhan, rasa makanan, atau suara musik yang sebelumnya dianggap menyenangkan. Contohnya, penderita anhedonia fisik mungkin tidak merasa puas atau terhibur saat melakukan hubungan intim atau tidak bisa menikmati makanan yang sebelumnya disukainya.
Kedua jenis anhedonia ini dapat memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang dan dapat menjadi gejala dari berbagai gangguan mental, seperti depresi, gangguan kepribadian, atau skizofrenia. Pengobatan yang tepat, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi obat-obatan, mungkin diperlukan untuk mengatasi anhedonia dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Advertisement
Penyebab Anhedonia
Anhedonia adalah kondisi kompleks yang memiliki berbagai kemungkinan penyebab. Belum diketahui dengan pasti penyebab tunggal dari kondisi ini. Ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam timbulnya anhedonia, berikut diantaranya.
1. Perubahan Aktivitas Saraf dan Gangguan Produksi Senyawa Kimia di Otak
Terdapat dugaan bahwa anhedonia berkaitan dengan perubahan aktivitas sel-sel saraf di dalam otak serta gangguan produksi senyawa kimia seperti dopamin dan serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berperan penting dalam mengendalikan suasana hati dan pengalaman kesenangan.
2. Gangguan Kesehatan Mental
Anhedonia seringkali menjadi gejala dari berbagai gangguan kesehatan mental, termasuk depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan kepribadian, dan PTSD. Meskipun demikian, anhedonia juga dapat dialami oleh seseorang yang sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan mental.
3. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami anhedonia meliputi pengalaman kejadian traumatis seperti bullying atau pelecehan seksual, cedera otak traumatik, penyakit kronis seperti diabetes, penyakit Parkinson, atau demensia, efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu, dan konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Gejala Anhedonia
Anhedonia adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kesenangan dan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut gejala-gejala yang sering dialami oleh penderita anhedonia.
1. Pandangan Negatif dan Kurang Peka terhadap Hal-hal yang Dulu Menyenangkan
Penderita anhedonia cenderung memiliki pandangan negatif terhadap berbagai aspek kehidupan dan kehilangan kemampuan untuk merasakan kesenangan terhadap aktivitas atau hal yang sebelumnya dianggap menyenangkan.
2. Keluhan Fisik yang Berulang
Mereka sering mengeluhkan gejala fisik yang tidak jelas, seperti sakit atau ketidaknyamanan, meskipun tidak ada penyebab medis yang jelas.
3. Perasaan Putus Asa
Penderita anhedonia seringkali merasa putus asa dan kehilangan harapan akan kehidupan.
4. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial
Mereka cenderung menghindari interaksi sosial dan menarik diri dari lingkungan sosial mereka.
5. Penurunan Kemampuan Fungsi Sosial dan Emosional
Penderita anhedonia sulit mengekspresikan emosi secara verbal maupun nonverbal. Mereka mungkin tampak kurang tertarik atau kurang responsif terhadap interaksi sosial.
6. Penurunan Hasrat Seksual
Anhedonia juga dapat menyebabkan penurunan hasrat seksual atau kepuasan dalam hubungan intim.
7. Kecenderungan Menunjukkan Emosi Palsu
Mereka mungkin cenderung untuk menunjukkan emosi palsu, seperti berpura-pura bahagia atau tertawa saat sebenarnya mereka tidak merasakannya.
Komplikasi Anhedonia
Anhedonia yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang serius bagi penderitanya. Berikut beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat anhedonia.
1. Gangguan Kecemasan
Anhedonia dapat menjadi faktor risiko untuk mengembangkan gangguan kecemasan, di mana penderitanya mengalami kegelisahan yang berlebihan dan seringkali merasa cemas tanpa alasan yang jelas.
2. Gangguan Depresi Mayor
Anhedonia seringkali menjadi salah satu gejala utama dari depresi mayor. Tanpa penanganan yang tepat, anhedonia dapat memperburuk depresi dan menyebabkan gangguan emosi yang lebih serius.
3. Terisolasi dari Dunia Luar
Penderita anhedonia cenderung menarik diri dari lingkungan sosial mereka karena kesulitan dalam merasakan kesenangan dan menikmati interaksi sosial, yang dapat mengakibatkan isolasi sosial yang lebih dalam.
4. Kesulitan dalam Mempertahankan Hubungan
Anhedonia dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan hubungan interpersonal, baik itu dalam hubungan romantis, persahabatan, atau hubungan kerja.
5. Gangguan Suasana Hati
Penderita anhedonia cenderung mengalami fluktuasi suasana hati yang signifikan, dengan periode kehampaan dan keputusasaan yang mendalam.
6. Malnutrisi
Karena kurangnya minat terhadap makanan atau kesulitan merasakan kesenangan saat makan, penderita anhedonia berisiko mengalami malnutrisi atau gangguan gizi lainnya.
7. Keinginan untuk Menyakiti Diri Sendiri atau Bunuh Diri
Anhedonia dapat meningkatkan risiko penderita untuk melakukan tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan percobaan bunuh diri sebagai upaya untuk mengatasi rasa putus asa dan kehampaan yang mereka rasakan.
Diagnosa dan Pengobatan Anhedonia
Diagnosis Anhedonia dimulai dengan wawancara medis dan evaluasi kondisi psikis pasien oleh dokter. Anamnesis dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang keluhan, riwayat kesehatan, dan faktor-faktor yang mungkin memicu anhedonia. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya masalah kesehatan fisik yang dapat menyebabkan gejala anhedonia.
Karena anhedonia seringkali terkait dengan depresi, tes darah dapat direkomendasikan untuk menilai kondisi yang dapat berkontribusi pada depresi, seperti kekurangan vitamin D atau gangguan tiroid.
Setelah diagnosis ditegakkan, pengobatan anhedonia dilakukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Berikut beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan.
1. Pemberian Obat-obatan
Jika anhedonia disebabkan oleh depresi atau gangguan kecemasan, dokter dapat meresepkan obat antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) atau obat penenang untuk membantu mengendalikan gejala. Obat-obatan ini juga dapat membantu mengatasi gejala lain yang sering menyertai anhedonia, seperti gangguan tidur atau sakit kepala.
2. Psikoterapi
Terapi psikologis seperti cognitive behavioral therapy (CBT) sering direkomendasikan sebagai bagian dari penanganan anhedonia. Terapi ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif yang mungkin menjadi faktor pemicu atau memperburuk anhedonia. Konseling dengan psikolog atau psikiater juga dapat membantu penderita mengatasi masalah emosional yang mendasari anhedonia.
Pengobatan anhedonia seringkali melibatkan pendekatan gabungan antara pengobatan medis dan psikoterapi untuk memaksimalkan efektivitas penanganan. Penting bagi penderita anhedonia untuk mencari bantuan medis profesional dan mendapatkan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
Advertisement