Liputan6.com, Jakarta Kejahatan siber atau cybercrime menjadi ancaman di era digital saat ini. Survei Penetrasi Internet Indonesia 2024 yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan, kasus penipuan online menjadi ancaman cybercrime yang paling sering dialami oleh pengguna internet di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Temuan yang sama juga terlihat dalam data Patroli Siber oleh Kepolisian RI. Per 2024, dari jumlah laporan yang dibuat masyarakat, penipuan online menduduki peringkat teratas ancaman kejahatan siber dengan total 14495 aduan. Penipuan ini meliputi investasi, lotre, hadiah, pekerjaan/ketenagakerhaan, dukungan teknis, romansa, kartu kredit, hingga belanja online.
Selain penipuan online, peretasan menjadi salah satu modus kejahatan siber. Peretasan biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kelengahan korban dalam hal menjaga data pribadi. Penipuan hingga peretasan inilah yang kerap ditemui oleh Supri Suharsana (53), pemilik Agen BRILink di Dusun Kenteng, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DIY.
Menurut Supri, modus kejahatan siber cukup bervariasi, mulai dari pesan palsu yang mengatasnamakan bank, hingga manipulasi psikologis untuk mencuri data pribadi nasabah. Sebagai Agen BRILink yang dinisiasi Bank Rakyat Indonesia (BRI), Supri juga kerap menemui bahkan menjadi sasaran kejahatan siber tersebut.
"Modus-modus penipuan seperti itu, saya sudah hafal sekali, jadi kalau menemukan yang begitu, ya tidak akan terpengaruh," ujar Supri saat ditemui di warung sekaligus loket Agen BRILink-nya.
Kejahatan siber ancam dana nasabah
Â
Salah satu modus kejahatan yang kerap Supri temui adalah pencurian data melalui file Apk undangan pernikahan yang dikirim lewat pesan WhatsApp. Ada juga pesan yang berisi link pemenang hadiah yang jika diklik, data pribadi seperti rekening bank atau akses OTP bisa diakses oleh penipun.
Modus lainnya adalah melalui manipulasi psikologis korbannya. Supri kerap mendapati nasabah dengan sikap panik, datang untuk mentransfer sejumlah uang lewat loket BRILink-nya. Setelah ia konfirmasi berulang, ternyata nasabah tersebut dituntun via telepon oleh orang tak dikenal untuk mengirimkan uang dengan tujuan menyelamatkan saudara yang kecelakaan atau ditangkap polisi. Ada juga cara serupa dengan modus mendapat hadiah undian. Jika nasabah tak memiliki pengetahuan akan modus kejahatan tersebut, uang mereka bisa melayang.Â
Dari pengalaman inilah, Supri akhirnya ikut mengedukasi nasabahnya untuk mencegah kejahatan siber. Supri menyebut, salah satu kelemahan utama nasabah adalah kurangnya kesadaran menjaga kerahasiaan data pribadi. Banyak nasabah yang menjadi korban karena kurang memahami cara kerja penipuan berbasis teknologi.
Di sinilah peran Supri mengenalkan modus-modus penipuan dan mengajak nasabahnya untuk kritis ketika menerima informasi. Supri kerap mewanti-wanti nasabahnya untuk tidak sembarang membuka link atau file yang tidak dikenal. Jika mendapat informasi entah itu berita kemalangan atau hadiah dari bank, penting juga untuk mencari tahu kebenarannya.
"Kalau ada apapun yang berurusan dengan bank, pasti dari bank sendiri yang menghubungi. Minimal, kami sebagai agen akan membantu memberikan informasi," tambah Supri.
Advertisement
Agen BRILink jadi garda terdepan keamanan digital nasabah
Hingga September 2024, jumlah Agen BRILink tembus hingga 1,02 juta, yang tersebar di 62.227 desa di seluruh Indonesia. Tak hanya menyediakan layanan perbankan, Agen BRILink juga aktif meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keamanan digital.
Sebagai perpanjangan tangan dari BRI, Supri merasa memiliki tanggung jawab untuk meliterasi nasabahnya terkait keamanan digital. Dari upaya ini, ia bisa turut menjaga keamanan keuangan nasabah dan warga di lingkungannya.
Melalui interaksi langsung dengan nasabah, Agen BRILink bisa memberi edukasi yang efektif tentang cara menjaga data pribadi, terutama saat bertransaksi keuangan. Supri juga kerap mendapat pelatihan dan sosialisasi terkait keamanan digital dari BRI.
"Di awal jadi Agen BRILink sampai sekarang, saya sering dapat pelatihan keamanan keuangan dari BRI," ujar Supri.
Dari bekal lersebut, Agen BRILink seperti Supri bisa siap menghadapi tantangan keamanan dan membantu nasabah. Agen BRILink akhirnya menjadi garda terdepan literasi keamanan digital di komunitasnya.
Upaya BRI cegah kejahatan siber untuk lindungi nasabah
Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M. Nugraha menegaskan bahwa keamanan data sekaligus keamanan dana nasabah, menjadi fokus utama BRI. Arga mengungkapkan, mengamankan data dan dana nasabah merupakan upaya yang dilakukan dengan serius.
"Tentu saja kami memiliki acuan framework yang umum untuk cyber security. Jika memang ada hal buruk yang terjadi, kami telah siapkan serangkaian alat dan prosedur baku, kami bisa menjamin seluruh data nasabah kami tetap aman," ujar Arga dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/11/2024).
Pengamanan secara internal oleh BRI juga dilakukan berulang. Misalnya, BRI melakukan freight monitoring dan memiliki Security Operation Center (SOC) yang beroperasi 24/7 untuk memonitor berbagai ancaman siber. BRI juga melakukan audit dan asesmen yang rutin dengan pihak ketiga dan partner.
Selain itu, BRImo sebagai super app dengan lebih dari 37,4 juta pengguna nasabah aktif, kerap menjadi sasaran kejahatan siber. Meski demikian, Arga menyebutkan BRImo memiliki sistem keamanan yang kuat untuk menjaga data dan dana nasabahnya.
"Hal inilah yang terus kami perkuat untuk menjaga data dan dana nasabah. Ada banyak hal yang kami lakukan untuk mengamankan aplikasi ini. Dengan aplikasi yang ditanamkan di HP, ada serangkaian pengamanan bagaimana kami menggunakan enkripsi untuk menjamin aplikasi ini lebih aman digunakan nasabah," kata Arga.
Â
Advertisement
Bangun kesadaran nasabah
Arga juga menjelaskan, selain sistem keamanan internal, BRI terus berupaya membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga data pribadinya. Edukasi inilah yang salah satunya dilakukan oleh para Agen BRILink.
Dia menjelaskan bahwa pihaknya juga memastikan keamanan dari sisi sumber daya manusia. Untuk itu, BRI meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian para Insan BRILiaN seperti Agen BRILink, serta memberikan edukasi serupa kepada nasabah agar lebih waspada.
Menurut Arga, penting bagi nasabah juga memiliki kesadaran tentang keamanan digitalnya sendiri. Ini karena perlindungan data pribadi juga perlu dibangun dari kedua belah pihak.
"Jadi prinsip kehati-hatian nasabah dan praktik keamanan wajib dilakukan, seperti jangan install APK sembarangan, install game gratisan. Kami coba mengamankan sejauh yang kami bisa, tapi device nasabah itu kan sifatnya personal. Jadi kerahasiaan itu menjadi komitmen dua belah pihak, kami nggak bisa menjaga keamanan ini tanpa awareness dari nasabah, dinamika ini yang harus dijaga bersama," ujar Arga.
Melalui edukasi keamanan digital serta melakukan penguatan sistem perlindungan data nasabah yang didukung teknologi keamanan canggih, BRI berkomitmen melindungi data pribadi dan dana nasabah, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih waspada terhadap berbagai modus kejahatan siber.