Berhenti Jadi Buruh Demi Buka BRILink, Pasangan di Nglipar Ini Kini Bisa Punya Dua Toko

Kisah Narwi yang kini meraup pendapatan utama dari BRILink

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 14 Mar 2024, 19:17 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2024, 19:15 WIB
Narwi di depan tokonya yang ia bangun sejak 2014 silam.
Narwi di depan tokonya yang ia bangun sejak 2014 silam d Ngipar, Gunungkidul. (Foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Liputan6.com, Gunungkidul Rumah bercat ungu milik Narwi nampak mencolok dari rumah lainnya di Dusun Natah, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, DIY. Di bahu jalan, terdapat umbul-umbul dan papan nama bernuansa putih dan biru laut dengan tulisan Agen BRILink dan BRI. Spanduk MMT dengan tulisan dan nuansa serupa juga terpasang di kanopi rumahnya.

Dari kejauhan, rumah Narwi sudah bisa dikenali sebagai penyedia layanan BRILink. Saban hari aktivitas Narwi memang mengelola toko kelontong sekaligus menjadi Agen BRILink di rumahnya. Toko yang dinamai Sido Laris menjadi tujuan utama warga setempat ketika membutuhkan layanan transaksi keuangan.

Siang itu Rabu (5/3/2024) Narwi sedang memeriksa stok barang di toko kelontongnya. Meskipun kebanyakan waktu dihabiskannya di tengah-tengah deretan rak barang dagangannya, Narwi selalu menyambut setiap pelanggan dengan senyum hangat dan keramahan yang tulus.

Di awal bulan, transaksi di BRILink miliknya biasanya cukup tinggi. Banyak warga yang menuju toko milik Narwi untuk membayar tagihan listrik, cicilan, hingga mencairkan bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH).

“Biasanya di awal bulan bisa melayani 60-70 transaksi karena banyak yang membayar tagihan” ujar Narwi.

Dengan layanan BRILink yang ditawarkan, Narwi membawa layanan keuangan yang sangat dibutuhkan ke dalam desanya. Narwi secara langsung membantu warga di desanya melakukan pembayaran tagihan, transfer uang, atau mengakses layanan perbankan lainnya dengan mudah.

Berawal dari kelontong kecil

Ilustrasi harga beras di pasaran yang terus naik (Istimewa)
Ilustrasi toko kelontong

Sudah 10 tahun Narwi dan suaminya Suradi, membuka Toko Sido Laris. Awalnya, pada 2014 Narwi memanfaatkan ruang tamu rumahnya untuk berjualan sembako. Toko rintisannya hanya berisi rak barang kebutuhan sehari-hari dan sedikit ruang untuk pelanggan berinteraksi. 

“Sebelumnya suami buka angkringan, lalu coba ganti toko sembako kecil-kecilan di dalam rumah ini” ujar Narwi saat ditemui di rumahnya  Rabu (5/3/2024).

Beberapa bulan membuka toko, sang suami ditawari seorang Mantri Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk menjadi Agen BRILink. Narwi dan Suradi pun dibimbing untuk menjadi agen BRILink mulai dari mengenalkan layanan hingga cara bertransaksi.

Tinggalkan pekerjaan buruh

Apa yang didapat Narwi dan Suradi saat ini bukan tanpa pengorbanan. Sebelum membuka toko, pasangan ini merupakan buruh pabrik. Keduanya nekat meninggalkan pekerjaan mereka untuk mengembangkan usaha toko kelontongnya.

“Awalnya bapak (Suradi) dulu yang berhenti bekerja. Niatnya memang ingin buka usaha. Dulu baru bapak yang mengelola” ujar Narwi. 

Seiring berjalannya waktu, toko kelontong tersebut berkembang. Narwi dan Suradi akhirnya bisa membangun satu petak bangunan di sebelah rumahnya khusus untuk tokonya. Barang yang dijual pun lebih beragam.

Melihat tokonya makin laris manis, Narwi memutuskan untuk mengikuti jejak sang suami untuk keluar dari pekerjaannya sebagai buruh pabrik. Kini keduanya fokus mengembangkan toko kelontong dan layanan BRILinknya.

Di awal merintis, pendapatan utama Narwi berasal dari menjual sembako dibantu dengan layanan BRILink. Namun sekarang kondisi tersebut berbalik. Pendapatan utama kini justru berasal dari layanan BRILink di tokonya.

Kini bisa punya dua toko

Toko Sido Laris kini makin laris berkat BRILink
Toko Sido Laris kini makin laris berkat BRILink (foto: Liputan6.com/Anugerah Ayu).

Salah satu faktor utama dalam perkembangan Toko Sido Laris adalah layanan BRILink yang ditawarkan. Layanan ini tidak hanya memberikan kemudahan bagi warga desa dalam melakukan transaksi keuangan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertumbuhan bisnis Narwi. Dengan semakin banyaknya pelanggan yang menggunakan layanan BRILink, toko kelontong Narwi menjadi tujuan utama bagi warga desa untuk melakukan transaksi sehari-hari. 

Narwi mengaku, pendapatannya selama menjadi Agen BRILink bisa lebih besar dibanding upahnya saat menjadi buruh pabrik bersama suaminya. Pendapatan inilah yang digunakan untuk mengembangkan tokonya.

“Rata-rata sebulan bersih bisa dapat Rp 8 juta dari kelontong dan agen BRILIink” ujar Narwi.

Dengan bijak, Narwi dan suaminya menggunakan pendapatan tambahan dari BRILink untuk memperluas dan memperbarui inventaris toko, menyediakan lebih banyak pilihan barang, dan meningkatkan kualitas layanan. Ini semua menghasilkan lingkungan yang lebih dinamis di sekitar toko, dengan pelanggan yang datang tidak hanya untuk berbelanja, tetapi juga untuk bertransaksi.

Tak cuma memperbesar tokonya di rumah, kini Narwi juga sudah membuka cabang toko yang masih berada di daerah Nglipar. Toko kedua Narwi juga menyediakan layanan BRILink.

BRILink permudah transaksi dan bantu desa berkembang

Agen BRILink.
Agen BRILink.

Narwi bercerita, perlu waktu untuk memperkenalkan BRILink ke warga desanya. Sebagian besar warga di desa tempat Narwi tinggal memang sudah menjadi nasabah BRI. Namun, untuk bertransaksi, warga biasanya memilih untuk langsung ke Kantor Unit BRI Nglipar yang berjarak 5 sampai 6 kilometer. 

Saat menjadi Agen BRILink di desanya, Narwi mengedukasi warga untuk tak perlu jauh-jauh jika ingin melakukan transaksi keuangan. Di BRILink, warga bisa melakukan setor dan tarik tunai, transfer, membayar tagihan, beli pulsa, top up Brizzi, membuka rekening hingga mengajukan kredit dengan skala kecil.

“Tadinya warung kecil-kecilan jadi ngenalinnya dari warga yang belanja juga. Awalnya ya enggak percaya, sampai enggak uangnya. Dicek sendiri sampai. Akhirnya mereka pilih transaksi di sini seterusnya” ujar Narwi.

Dengan kehadiran Narwi sebagai agen BRILink, warga desa jadi lebih mudah mengakses layanan keuangan. BRILink menurut Narwi memudahkan akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang mungkin tinggal di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh bank konvensional.

Ari Wibowo, Kepala BRI Unit Nglipar menyebutkan, kehadiran BRILink menjadi salah satu pelengkap ekosistem layanan keuangan yang dihadirkan BRI di suatu daerah. Agen BRILink merupakan perpanjangan tangan dari layanan BRI.

“Agen BRILink berfungsi sebagai miniatur dari BRI. Di sini masyarakat bisa melakukan transaksi keuangan, nabung, bahkan mendapat pinjaman” ujar Ari saat ditemui di Kantor BRI Unit Nglipar Rabu (5/3/2024). 

Ari juga menambahkan, selain manfaat langsung dalam hal aksesibilitas dan inklusi keuangan, layanan BRILink juga membawa manfaat ekonomi bagi desa. Dengan lebih mudahnya transaksi keuangan, bisnis lokal dapat berkembang dan beroperasi lebih efisien.

Menurut data dari BRI, pada akhir 2022, jumlah agen BRILink mencapai 627 ribu. Tidak butuh waktu lama, pada kuartal pertama tahun 2023, jumlah agen BRILink meningkat sampai 654.677 agen.   

Pada akhirnya layanan BRILink juga memberikan rasa aman dan kepercayaan bagi masyarakat. Mereka tahu bahwa mereka memiliki akses ke layanan keuangan yang dapat diandalkan, bahkan di daerah terpencil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya