Liputan6.com, Jakarta Satryo Soemantri Brodjonegoro, sosok Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) di Kabinet Merah Putih, tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Beliau dikenal sebagai akademisi unggul dengan rekam jejak panjang di dunia pendidikan tinggi Indonesia. Namun, langkahnya kini menuai kontroversi seiring aksi demonstrasi pegawai Kemendikti Saintek di Jakarta.
Aksi protes yang digelar pada Senin (20/1/2025) di depan Kantor Kemendikti Saintek menyoroti dugaan arogansi dan ketidaktransparan dalam pengelolaan kementerian. Massa yang mengenakan seragam hitam mengkritik keras keputusan dan gaya kepemimpinan Satryo yang dianggap tidak prosedural.
Baca Juga
Di balik kontroversi ini, perjalanan hidup Satryo patut disimak. Sebagai anak dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Soeharto, Soemantri Brodjonegoro, Satryo memiliki karier yang mentereng. Berikut selengkapnya.Â
Advertisement
1. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir pada 5 Januari 1956 di Delft, Belanda. Ia merupakan putra dari Soemantri Brodjonegoro, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (1967-1973) serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1973). Keluarga ini dikenal memiliki pengaruh besar di bidang pendidikan dan pemerintahan Indonesia.
Mengenyam pendidikan tinggi di bidang teknik mesin, Satryo meraih gelar Ph.D dari University of California, Berkeley pada tahun 1985. Sebelumnya, ia juga menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Tokyo, Jepang. Rekam jejak akademiknya mencerminkan dedikasi tinggi terhadap pendidikan dan riset.
Di dunia akademik, ia mulai dikenal sebagai dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kariernya kian menanjak saat terpilih menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada 1992. Posisi ini menjadi pijakan awal untuk kontribusi lebih besar dalam pendidikan tinggi.
Advertisement
2. Karier di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pada 1999, Satryo diamanahi jabatan sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Selama delapan tahun menjabat, ia membawa sejumlah pembaruan signifikan. Salah satunya adalah transformasi institusi pendidikan tinggi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang kini dikenal sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
Di bawah kepemimpinannya, konsep World Class University diluncurkan pada 2007. Program ini bertujuan meningkatkan daya saing universitas-universitas Indonesia di tingkat global melalui kolaborasi internasional, peningkatan publikasi ilmiah, dan partisipasi dalam QS World University Rankings.
Kontribusinya diakui oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah Jepang yang menganugerahkan penghargaan The Order of the Rising Sun pada 2016 atas peranannya dalam mempererat hubungan pendidikan kedua negara.
3. Keterlibatan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pasca menjabat sebagai Dirjen Dikti, Satryo melanjutkan kiprahnya sebagai Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) periode 2018-2023. Di posisi ini, ia berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Sebagai akademisi, Satryo juga dikenal produktif dengan lebih dari 99 publikasi ilmiah. Selain itu, ia juga berkontribusi dalam pengembangan fakultas teknik di berbagai universitas, termasuk menjadi anggota tim Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk Universitas Hasanuddin.
Advertisement
4. Kekayaan yang Jadi Sorotan
Saat menjabat sebagai Mendikti Saintek, Satryo melaporkan total kekayaannya mencapai Rp46,05 miliar pada Desember 2024. Harta ini terdiri dari tanah dan bangunan, alat transportasi, serta kas dan setara kas. Namun, sorotan terhadap kekayaannya menjadi isu tersendiri di tengah dugaan arogansi dan ketidakadilan prosedur di kementerian.
Â
Dari video yang diterima Liputan6.com, puluhan ASN berbaris di lobi depan gedung. Mereka membentangkan spanduk-spanduk bernada satir yang secara tak langsung ditujukan kepada Prof Ir Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Adapun, salah satu spanduk demo yang terlihat berkelir hitam bertuliskan "Institusi Negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri". Sementara spanduk lain berlatar putih bertuliskan "Kami dibayar oleh negara, bekerja untuk negara bukan babu keluarga".
5. Penghargaan dan Pengakuan
Berkat kontribusinya, Satryo menerima sejumlah penghargaan, termasuk Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB pada 2010 dan penghargaan internasional dari Jepang. Penghargaan ini mencerminkan dedikasi panjangnya dalam memajukan pendidikan dan teknologi.
Sebagai seorang menteri, Satryo dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun sistem pendidikan tinggi yang inklusif dan kompetitif. Namun, isu-isu terkini menguji integritas dan kebijakan kepemimpinannya.
Advertisement
Q: Apa kontribusi utama Satryo Soemantri Brodjonegoro di dunia pendidikan?
A: Satryo memimpin pembaruan pendidikan tinggi, termasuk program World Class University dan transformasi PTN menjadi PTN BH.
Q: Apa saja penghargaan yang diterima Satryo Soemantri Brodjonegoro?
A: Ia menerima Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB (2010) dan The Order of the Rising Sun dari Jepang (2016).
Advertisement
Q: Apa penyebab aksi demonstrasi terhadap Satryo?
A: Demonstrasi terkait dugaan pemecatan pegawai secara tidak prosedural dan ketidaktransparanan dalam pengelolaan kementerian.