Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman suku dan budaya yang kaya. Setiap suku memiliki tradisi unik yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perayaan hari-hari besar keagamaan seperti Lebaran. Perbedaan ini menjadi keindahan yang memperkaya budaya bangsa.
Salah satu suku yang memiliki tradisi Lebaran khas adalah Suku Betawi, yang merupakan penduduk asli Jakarta. Tradisi Lebaran Betawi bukan hanya soal menyajikan makanan khas, tetapi juga melibatkan berbagai ritual dan kegiatan yang penuh makna. Tradisi ini menjadi warisan budaya yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Betawi.
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih dalam tentang tradisi Lebaran Betawi, ada banyak hal menarik untuk dieksplorasi. Mulai dari sajian khas opor ayam dan dodol Betawi hingga tradisi ziarah dan silaturahmi, setiap aspek mencerminkan nilai-nilai luhur dan semangat kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Betawi.
Advertisement
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai tradisi lebaran Betawi yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (27/1/2025).
1. Nyorog atau Tukar Rantang
Nyorog atau tukar rantang adalah tradisi Betawi yang sangat kental dalam kehidupan masyarakat pada bulan Ramadan. Tradisi ini melibatkan pembagian makanan dengan cara menggunakan rantang, yaitu wadah makanan bertingkat yang terbuat dari aluminium atau logam. Biasanya, tradisi ini dilakukan oleh tetangga atau keluarga untuk berbagi makanan, baik pada awal maupun akhir bulan puasa. Makanan yang sering dibagikan dalam rantang adalah hidangan khas Betawi seperti opor ayam, kari ayam, ketupat ketan, dodol, semur jengkol, hingga kue cubir. Makanan ini tidak hanya sekadar berbagi, namun juga sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang antar sesama.
Setelah menerima rantang dengan makanan, penerima akan mengembalikan rantang tersebut dengan hidangan yang mereka buat sendiri. Tujuan utama dari tradisi ini adalah untuk mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan antar tetangga dan keluarga. Selain itu, tradisi ini juga mencerminkan rasa saling membantu dan berbagi rezeki di bulan yang penuh berkah.
2. Kebo Andilan
Kebo Andilan merupakan tradisi unik yang ada di Betawi, di mana masyarakatnya melakukan arisan atau patungan untuk membeli seekor kerbau yang akan digembalakan menjelang bulan Ramadan. Biasanya, kerbau tersebut akan dipelihara dan diberi makan oleh beberapa orang yang turut berpartisipasi dalam arisan tersebut. Di akhir Ramadan, tepatnya menjelang Lebaran, kerbau yang sudah digembalakan ini akan disembelih dan dagingnya akan dibagikan secara bersama kepada seluruh anggota yang ikut serta dalam patungan.
Tradisi ini semakin langka seiring dengan perkembangan zaman, terutama di kawasan perkotaan yang sudah padat dan sempit. Dulu, lahan yang luas memungkinkan masyarakat untuk menggembalakan kerbau, tetapi kini dengan semakin terbatasnya lahan, tradisi ini mulai dilupakan, meskipun masih ada beberapa komunitas Betawi yang berusaha mempertahankannya.
3. Silaturahmi Sepekan
Silaturahmi Sepekan adalah tradisi khas masyarakat Betawi, terutama yang tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat. Tradisi ini melibatkan kunjungan rumah ke rumah selama tujuh hari setelah Lebaran untuk saling bersilaturahmi dengan kerabat dan teman-teman dekat. Biasanya, setiap hari akan ada keluarga yang mengunjungi rumah lainnya untuk bersilahturahmi, berkumpul, berbincang, dan menikmati hidangan khas Lebaran bersama.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menjaga hubungan kekeluargaan dan mempererat tali silaturahmi, terutama setelah berpuasa sebulan penuh yang terkadang membuat interaksi antar keluarga menjadi kurang intens. Meski dengan kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang padat, tradisi ini menjadi ajang untuk memperbaharui hubungan dan mempererat rasa persaudaraan. Di Cengkareng, tradisi ini sangat dijaga karena memiliki nilai sosial yang tinggi dalam membangun kedekatan antar masyarakat.
Advertisement
4. Takbiran Keliling
Takbiran Keliling adalah tradisi yang dilakukan masyarakat pada malam menjelang Lebaran. Pada malam takbiran, kelompok pemuda biasanya akan berkeliling kota atau kampung sambil mengumandangkan takbir, yang mengungkapkan kegembiraan menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Mereka membawa kentongan dan bedug, serta memukulnya dengan riang. Dalam beberapa daerah, tradisi ini juga dilengkapi dengan alat musik lainnya yang menambah semarak suasana.
Selain takbiran, biasanya para pemuda juga memainkan permainan bleduran atau bledukan. Permainan ini melibatkan bambu panjang yang dibuat seperti meriam dan diisi dengan karbit atau minyak tanah, lalu diledakkan dengan cara meniupnya. Permainan ini menciptakan suara yang sangat keras, mirip dengan ledakan, yang menambah kegembiraan suasana malam takbiran. Meskipun kini bleduran lebih banyak digantikan oleh petasan karena keterbatasan ruang dan keselamatan, semangat kebersamaan dan keceriaan tetap terjaga dalam tradisi takbiran keliling ini.
5. Tradisi Makan Ketupat
Makan ketupat adalah tradisi yang identik dengan Lebaran di Indonesia, namun bagi masyarakat Betawi, makan ketupat memiliki makna khusus. Meskipun ketupat sudah menjadi makanan yang sangat populer selama Lebaran, masyarakat Betawi memiliki kebiasaan makan ketupat pada hari keenam setelah Lebaran. Pada hari tersebut, mereka biasanya berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk menyantap ketupat yang dimakan dengan opor ayam, sambal, atau hidangan lainnya.
Tradisi ini juga menjadi simbol berakhirnya puasa sunnah setelah Idul Fitri. Pada hari keenam ini, banyak keluarga Betawi yang membuat acara makan bersama dengan ketupat sebagai hidangan utama. Di sinilah mereka juga saling berbagi dan menjaga kebersamaan dalam keluarga setelah merayakan hari kemenangan.
6. Bermain Bledugan
Bledugan adalah permainan khas yang sering dimainkan oleh anak laki-laki dan remaja Betawi, terutama pada malam takbiran. Nama bledugan atau bledukan mengacu pada suara ledakan keras yang ditimbulkan dari bambu yang dipasangi karbit atau minyak tanah, yang kemudian dibakar dan diledakkan. Alat yang digunakan adalah bambu berdiameter sedang yang dipotong dan dilubangi, kemudian diisi dengan bahan peledak dari karbit atau minyak tanah. Biasanya permainan ini dilakukan di lapangan terbuka, karena suara ledakan yang keras sangat menggembirakan dan menambah semarak suasana.
Bledugan adalah salah satu bentuk ekspresi kegembiraan dalam menyambut Lebaran, dan pada masa lalu, kegiatan ini sangat populer di kalangan pemuda. Namun, dengan perkembangan zaman dan semakin terbatasnya lahan, permainan ini pun mulai jarang dimainkan, digantikan oleh petasan yang lebih mudah dan praktis. Namun demikian, semangat permainan ini tetap hidup dalam bentuk tradisi lain yang menambah keceriaan menyambut hari kemenangan.