Liputan6.com, Jakarta Dalam pelaksanaan ibadah zakat, ijab qabul zakat menjadi salah satu aspek penting yang perlu dipahami oleh setiap muslim. Meskipun tidak termasuk dalam syarat wajib, ijab qabul zakat memberikan kesempurnaan dalam pelaksanaan ibadah zakat, baik zakat fitrah maupun zakat mal.
Pemahaman tentang ijab qabul zakat menjadi semakin penting mengingat praktik ini melibatkan interaksi antara pemberi zakat (muzakki), penerima zakat (mustahik), dan amil zakat sebagai perantara. Proses ijab qabul zakat ini mencerminkan kesungguhan niat dan keikhlasan dalam menunaikan kewajiban kepada Allah SWT.
Para ulama menekankan bahwa kesempurnaan ibadah zakat dapat dicapai melalui pelaksanaan ijab qabul zakat yang benar, meskipun dapat dilakukan secara tersirat maupun tersurat. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang tata cara, bacaan, dan hikmah dari pelaksanaan ijab qabul dalam zakat.
Advertisement
Mari simak informasi lengkapnya berikut ini, dalam rangkum yang telah Liputan6.com susun pada Rabu (19/2).
Dasar Hukum dan Keutamaan Zakat
Dalam ajaran Islam, zakat menempati posisi yang sangat fundamental sebagai salah satu rukun Islam. Perintah menunaikan zakat seringkali disebutkan beriringan dengan perintah mendirikan shalat dalam Al-Quran, menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini dalam kehidupan seorang muslim. Pemahaman tentang dasar hukum dan keutamaan zakat menjadi landasan penting dalam pelaksanaan ijab qabul yang sempurna.
Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk menunaikan zakat, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 43:
وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
"Wa aqimus shalata wa atuz zakata warka'u ma'ar raki'in"
Artinya: "Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."
Ayat ini menegaskan bahwa zakat merupakan kewajiban yang sejajar dengan shalat dalam rukun Islam. Pelaksanaannya harus dilakukan dengan kesungguhan dan kepatuhan kepada syariat yang telah ditetapkan.
Meskipun beberapa sumber menyebutkan doa atau niat saat memberikan zakat, para ulama sepakat bahwa ijab qabul bukanlah rukun atau syarat sahnya zakat. Oleh karena itu, menyalurkan zakat tanpa adanya akad hukum tetap sah. Pembayaran zakat melalui transfer bank atau ATM juga dianggap sah, selama niat dan penyerahan harta kepada yang berhak menerima (mustahik) atau amil zakat sudah terpenuhi.
Niat dan penyerahan harta kepada mustahik atau amil zakat sudah cukup untuk memenuhi kewajiban zakat. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar zakat yang menekankan pada niat ikhlas dan penyaluran harta kepada yang berhak menerimanya. Dengan demikian, ijab kabul zakat lebih tepat dianggap sebagai ibadah tambahan, bukan sebagai syarat sahnya zakat.
Meskipun tidak diwajibkan, beberapa orang mungkin memilih untuk melakukan ijab kabul sebagai bentuk ibadah tambahan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat rasa syukur dan meningkatkan kualitas ibadah zakat. Namun, kewajiban utama tetap pada niat yang ikhlas dan penyaluran harta kepada yang berhak menerimanya.
Dengan demikian, kehadiran atau ketidakhadiran ijab kabul tidak mempengaruhi sah atau tidaknya zakat yang telah dikeluarkan. Yang terpenting adalah niat yang tulus dan kepatuhan terhadap ketentuan syariat Islam dalam menunaikan zakat.
Advertisement
Pengertian dan Kedudukan Ijab Qabul dalam Zakat
Sebelum memahami lebih jauh tentang praktik ijab qabul dalam zakat, penting untuk mengetahui definisi dan kedudukannya dalam syariat Islam. Ijab qabul merupakan bentuk komunikasi spiritual dan sosial yang terjadi antara pemberi dan penerima zakat, yang memiliki nilai-nilai mendalam dalam pelaksanaan ibadah ini.
Ijab qabul dalam konteks zakat terdiri dari dua komponen utama:
- Ijab: Pernyataan penyerahan zakat dari muzakki (pemberi zakat)
- Qabul: Pernyataan penerimaan dari mustahik (penerima zakat)
Para ulama, termasuk Prof. Quraish Shihab, menekankan bahwa setiap transaksi zakat sebaiknya disertai dengan ijab qabul, baik secara tersurat maupun tersirat. Hal ini bertujuan untuk:
- Menegaskan niat dan tujuan ibadah
- Membedakan antara zakat dengan sedekah biasa
- Memantapkan hati dalam beribadah
- Menghindari keraguan dalam pelaksanaan
Tata Cara dan Bacaan Ijab Qabul Zakat
Dalam menunaikan zakat, terdapat beberapa tata cara dan bacaan yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Pemahaman yang baik tentang aspek ini akan membantu muzakki dan mustahik dalam melaksanakan proses ijab qabul dengan benar dan khusyuk.
1. Bacaan Ijab (Pemberi Zakat)
Ketika memberikan zakat, muzakki dapat membaca doa ijab sebagai berikut:
نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاة الفِطْر فَرْضًا لله تَعَالى
"Nawaitu an akhrija zakata al fithri fardhan lillahi ta'ala"
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat harta atau zakat fitrah fardhu karena Allah Ta'ala."
Niat ini bisa diucapkan dalam hati atau dilafazkan, tergantung pada kebiasaan dan kenyamanan muzakki. Yang terpenting adalah kesungguhan niat dalam menunaikan kewajiban.
2. Bacaan Qabul (Penerima Zakat)
Setelah menerima zakat, mustahik dianjurkan untuk membaca doa:
آجَرَكَ اللَّهُ فِيْمَا أعْطَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُورًا وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ
"Ajarakallahu fima a'thaita wa ja'alahu laka thahuran wa baraka laka fima abqaita"
Artinya: "Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan menjadikannya pembersih bagimu, dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan."
Ijab kabul zakat bukanlah syarat sahnya pembayaran zakat. Niat yang ikhlas dan penyerahan harta kepada mustahik atau amil zakat sudah cukup untuk memenuhi kewajiban zakat. Doa ijab kabul dapat dilakukan sebagai ibadah tambahan untuk meningkatkan kualitas ibadah zakat, namun bukan merupakan kewajiban.
Advertisement
