Fakta No Other Land: Film Palestina Raih Oscar 2025, Kritik Keras Kebijakan AS

Film dokumenter 'No Other Land' menang Oscar 2025, soroti konflik Israel-Palestina dan kecam kebijakan AS. Kolaborasi unik sineas Palestina dan Israel.

oleh Septika Shidqiyyah Diperbarui 03 Mar 2025, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 21:00 WIB
Gencatan Senjata Dimulai, Begini Potret Kawasan Jabalia Gaza Utara
Foto udara menunjukkan para pengungsi Palestina yang kembali ke kamp pengungsi Jabalia yang hancur akibat perang di Jalur Gaza utara pada 19 Januari 2025. (Omar AL-QATTAA/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Film dokumenter "No Other Land" berhasil meraih penghargaan bergengsi Oscar 2025 untuk kategori Film Dokumenter Terbaik. Prestasi ini menandai sejarah baru bagi perfilman Palestina, sekaligus menyoroti konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Film garapan sutradara Yuval Abraham, Basel Adra, Rachel Szor dan Hamdan Ballal ini merupakan hasil kolaborasi unik antara sineas, aktivis, dan jurnalis dari kedua belah pihak yang tinggal berdampingan di Yerusalem dan beberapa kota di Tepi Barat. "No Other Land" mendokumentasikan perjuangan warga Palestina di Masafer Yatta, Tepi Barat, yang menghadapi penggusuran paksa oleh militer Israel selama lebih dari dua dekade.

Proses pembuatan film yang memakan waktu empat tahun (2019-2023) ini selesai beberapa hari sebelum konflik terbaru pecah pada Oktober 2023. Kemenangan di Oscar 2025 pun menjadi momen penting, di mana para sutradara memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyampaikan kritik pedas terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap menghambat perdamaian di kawasan tersebut.

Kolaborasi Tak Terduga di Tengah Konflik

Dilansir dari Arab News, kolaborasi antara pembuat film Israel dan Palestina ini mengikuti aktivis Basel Adra yang menghadapi risiko penangkapan untuk mendokumentasikan penghancuran kampung halamannya, yang dirobohkan oleh tentara Israel untuk digunakan sebagai zona pelatihan militer, di tepi selatan Tepi Barat.

Dalam film tersebut, jurnalis Israel Yuval Abraham bergabung dalam komunitas yang memerangi pengungsian. Namun, ia menghadapi penolakan dari warga Palestina karena hak istimewanya sebagai warga negara Israel.  Adra mengatakan dia tidak bisa meninggalkan Tepi Barat dan diperlakukan seperti penjahat, sementara Abraham bisa datang dan pergi dengan bebas.

Film ini sangat bergantung pada rekaman kamera dari arsip pribadi Adra. Dia merekam tentara Israel yang membuldoser sekolah desa dan mengisi sumur air dengan semen untuk mencegah orang membangun kembali sekolah tersebut.

Kolaborasi antara Basel Adra dan Yuval Abraham, yang berasal dari latar belakang berbeda dan memiliki pengalaman hidup yang sangat kontras, menjadi inti kekuatan film ini. Mereka berhasil menyatukan perspektif yang berbeda dalam satu narasi yang kuat dan menyentuh.

Film ini tidak hanya menampilkan penderitaan warga Palestina, tetapi juga menggambarkan persahabatan yang terjalin di tengah konflik. Persahabatan ini menjadi bukti bahwa dialog dan pemahaman antar manusia tetap mungkin terjadi, meskipun perbedaan politik dan ideologi yang mendalam.

Dengan pendekatan yang humanis, "No Other Land" berhasil menyajikan gambaran konflik yang lebih kompleks dan menyeluruh. Alih-alih hanya menampilkan kekerasan dan pertentangan, film ini juga menunjukkan sisi kemanusiaan dari para tokohnya.

Oscar 2025: Panggung Kritik Kebijakan AS

Pidato kemenangan Yuval Abraham di ajang Oscar 2025 menjadi sorotan media internasional. Ia secara lantang mengkritik kebijakan pemerintah Israel di Gaza dan mendesak pembebasan para sandera.

"Kami minta pada dunia untuk mengambil langkah serius untuk menghentikan menghentikan ketidakadilan dan menghentikan pembersihan etnis terhadap orang-orang Palestina," imbuh Basel Adra, yang merupakan seorang jurnalis dan aktivis Palestina.

Lebih mengejutkan lagi, Abraham juga turut mengecam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggapnya justru menghambat upaya perdamaian. Kritik ini tentu saja memicu perdebatan dan diskusi luas di kalangan publik internasional.

Tantangan Distribusi dan Pengakuan Internasional

Meskipun meraih penghargaan bergengsi, "No Other Land" menghadapi tantangan distribusi di Amerika Serikat. Para sutradara menyatakan bahwa kendala distribusi tersebut dipicu oleh alasan politik.

Namun, hal ini tidak mengurangi pengakuan internasional yang telah diraih film ini. "No Other Land" telah dipuji oleh banyak kritikus film dan pemerhati isu Palestina-Israel atas penggambaran mendalamnya tentang ketidakadilan dan seruan untuk solusi politik yang adil.

Kemenangan di Festival Film Internasional Berlin (Berlinale) 2024 juga semakin memperkuat posisi film ini di kancah internasional. Penghargaan ini membuktikan kualitas film tersebut dan pesan penting yang ingin disampaikan.

Film dokumenter ini berhasil menyoroti konflik Israel-Palestina dari sudut pandang yang unik dan kolaboratif. Dengan menggabungkan perspektif Palestina dan Israel, "No Other Land" menawarkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kompleksitas konflik tersebut. Film ini juga menjadi bukti bahwa seni film dapat menjadi alat yang ampuh untuk menyuarakan kebenaran dan mendorong dialog.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya