Pengamat: Kasus HAM Terbukti Jadi Titik Lemah Prabowo

Debat perdana capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan Joko Widodo-Jusuf Kalla berlangsung menarik.

oleh Widji Ananta diperbarui 10 Jun 2014, 17:08 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2014, 17:08 WIB
Jokowi Dinilai Lebih Paham Demokrasi Ketimbang Prabowo
Debat Kandidat Capres 2014. (Faisal R Syam/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Debat perdana capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan Joko Widodo-Jusuf Kalla berlangsung menarik. Dalam debat yang digelar di Balai Sarbini, Jakarta tersebut, Prabowo sempat mendapat pertanyaan terkait pelanggaran HAM oleh JK.

Direktur Eksekutif IndoStrategi Andar Nubowo mengatakan, dalam perdebatan itu Jokowi-JK lebih menguasai materi, namun Prabowo sedikit di bawah performa.

"Prabowo terutama amat berhati-hati dalam debat, sehingga tampak tidak cair, kaku, dan tidak keluar otentisitasnya sebagai seorang Prabowo yang dikenal selama ini. Hal ini karena dia harus hati-hati menjaga sikap dan emosinya," ujar Andar kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa (10/6/2014).

"Ia selama ini dikenal publik sebagai sosok yang tempramental dan reaktif."

Namun, sambungnya, dengan kondisi tertekan Prabowo dapat menahan emosi ketika diserang dengan pertanyaan terkait soal dugaan pelanggaran HAM.

"Yang kedua, Prabowo diserang pada titik terlemah yang ada padanya, yakni kasus HAM 1998 yang memungkasi karir militernya. Ini jadi goncangan hidup dia yang sarat emosi. Untung, dia tidak kebablasan emosinya. Jika tidak, hancur dia," lanjutnya.

Memancing Emosi

Dalam debat capres-cawapres yang digelar di Balai Sarbini, seluruh penonton yang berada di dalam maupun luar ruangan dibuat bertepuk tangan ketika cawapres Jusuf Kalla menanyakan perihal pelanggaran HAM 1998 kepada mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto.

Menurut Andar, Jusuf Kalla selaku politisi gaek bermain sangat cantik. Mantan Wapres itu sangat mengetahui titik lemah dari Prabowo Subianto yakni soal pelanggaran HAM.

"JK tahu titik paling lemah ini, dan dia ingin mengambil keuntungan darinya, yakni memancing emosi Prabowo," kata Andar.

Tapi, kendati sempat terprovokasi, namun menurut Andar strategi yang digunakan JK tidak cukup berhasil. Prabowo bisa menahan diri, meski jawabannya tidak memuaskan dan tidak menjelaskan.

"Seharusnya, Prabowo bisa mengambil kesempatan itu untuk menjelaskan kasus yang dituduhkan dengan baik. Dia punya peluang emas untuk membalikkan keadaan itu, bukan malah mencoba menghindarinya," paparnya.

"Sayang, ia tidak gunakan peluang emas itu dengan cerdik dan strategik," tukas Andar.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya