Pemira PKS Jual Anis Matta, Pengamat: Buktikan Keluar dari Krisis

Anis Matta perlu banyak pengalaman bagaimana dia membuktikan dan membawa PKS keluar dari krisis.

oleh Edward Panggabean diperbarui 30 Nov 2013, 20:29 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2013, 20:29 WIB
gedung-pks130512b.jpg
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berusaha menaikkan kembali citra menyusul terungkapnya dugaan korupsi impor daging sapi di Kementerian Pertanian yang menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq. PKS pun mengelar Pemilihan Raya (pemira) untuk menjaring calon presiden untuk menghadapi Pemilu 2014 mendatang.

Pengamat Politik Heri Budianto mengatakan langkah Pemira untuk menaikkan elektabilitas PKS berusaha mencuri perhatian publik, dan sebagai sebuah strategi politik yang menarik. Namun, Ia memandang hal itu sulit karena PKS tidak memiliki tokoh yang capable dan tak mampu bersaing dalam Pemilu 2014.

"Kalaulah kita katakan apakah nama-nama yang ditawarkan oleh PKS menjadi capres agak sulit bersaing menurut saya dengan tokoh-tokoh yang ada. Misalnya Anis Matta, menurut saya perlu banyak pengalaman bagaimana dia membuktikan dan membawa PKS keluar dari krisis," kata Heri usai menghadiri diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (30/11/2013).

Ia menambahkan meskipun PKS banyak menjual tokoh-tokoh lokal. Namun tokoh-tokoh itu pun belum tentu laku dijual di skala nasional.

"Ini kendala bagi PKS," ungkap dia.

Meski demikian ia menganggap upaya tersebut cukup menarik.

"Menurut saya menarik di tengah kepercayaan publik yang menurun terhadap PKS karena kasus impor daging sapi sekarang PKS berjuang keras untuk menaikkan elektabilitas dan popularitas partai," imbuh Heri

Sementara itu, Ketua DPP PKS Jazuli Juwaini menepis Pemira yang digelar adalah bagian dari jiplakan konvensi Partai Demokrat yang saat ini tengah mencari sosok capres yang akan dijagokan dalam Pilpres 2014 mendatang.

"Lebih kepada merespons arus bawah PKS. Kami tidak mempublikasi dan menjiplak. Kami gulirkan 22 tokoh, sekalian uji publik saja," tandas Jazuli. (Adi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya