Kisah Pejabat Taiwan yang Beragama Islam dan Fasih Berbahasa Arab

Ismail, begitu ia dipanggil, juga fasih mengaji. Pejabat Taiwan itu pernah 9 tahun tinggal di Libya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Jul 2016, 09:45 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2016, 09:45 WIB
20160604-Direktur Divisi Informasi TETO Ismail Mae-Jakarta
Direktur Divisi Informasi Pers Taipei Economic & Trade Office (TETO) Ismail Mae. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Muslim merupakan kaum minoritas di Taiwan. Jumlahnya kurang hanya sekitar 50 ribu orang dari total 23 juta penduduk Formosa.

Kendati demikian, para pemeluk agama Islam di Taiwan dapat dengan mudah berbaur dengan pemeluk keyakinan lain.

"Muslim menikmati hidup yang bahagia, kebebasan beragama, dan perlahan demi perlahan jumlah orang Islam yang masuk ke Taiwan bertambah," demikian gambaran yang diberikan Direktur Divisi Informasi Pers Taipei Economic & Trade Office (TETO), Ismail Mae dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Menjadi minoritas di Taiwan, tentu saja membuat kaum muslim di sana menghadapi tantangan tersendiri. Meski demikian, pria yang pernah tinggal 9 tahun di Libya itu mengaku, tak ada perbedaan perlakuan terhadap komunitas pemeluk agama Islam di sana.

"Kami tetap menjalankan ibadah, namun sebagai kaum minoritas, apalagi generasi kedua dan ketiga pemeluk agama Islam, sangat susah untuk kami menyesuaikan diri. Apalagi jam kerja dari Senin hingga Jumat yang sangat padat," jelasnya.

Direktur Divisi Informasi Pers Taipei Economic & Trade Office (TETO) Ismail Mae. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ismail Mae mencontohkan, tak ada waktu khusus yang disediakan untuk salat Jumat di Taiwan.

"Karena dilakukan tengah hari, kerap kali kita harus mengorbankan jam makan siang. Buat saya, tantangan terbesar sebagai kaum minoritas muslim di Taiwan adalah hidup berdampingan dengan non-muslim," tuturnya.

Bukan kali pertama Ismail Mae tinggal di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Pria yang lancar berbahasa Arab itu pernah tinggal 9 tahun di Libya.

"Saya bersekolah di sana, lanjut universitas dan bekerja di kedutaan di Libya. Sekitar 9 tahun," paparnya.

Di mana pun ia berada, saat Ramadan tiba, ia tak lupa berpuasa. Ada kebiasaan yang selalu dilakukan Ismail Mae untuk berbuka puasa.

Ia biasanya mengawali iftar dengan makanan atau minuman manis, kemudian disusul makanan ringan. Pria ramah itu menghindari hidangan yang berat. "Saya suka bubur, sup ayam," kata dia.

Direktur Divisi Informasi Pers Taipei Economic & Trade Office (TETO) Ismail Mae. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain mengisahkan tentang pengalamannya puasa di Tanah Air, Ismail Mae juga menceritakan tentang kehidupan muslim Taiwan.

Selengkapnya dalam wawancara berikut ini:

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya