Tradisi-Tradisi Kejawen Jelang Ramadan di Cilacap Lenyap Tahun Ini

Namun, Ramadan tahun ini tradisi saling berkunjung para penganut Kejawen dan pelestari adat itu mesti ditiadakan

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 23 Apr 2020, 22:40 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2020, 22:40 WIB
Muji Dzikir Sadran digelar di Pasemuan atau tempat ibadah penganut Islam Kejawen di Desa Kalikudi, Cilacap menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Muji Dzikir Sadran digelar di Pasemuan atau tempat ibadah penganut Islam Kejawen di Desa Kalikudi, Cilacap menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Menjelang puasa atau Ramadan, penganut Kejawen dan pelestari adat biasanya menggelar beragam tradisi. Tetapi, tradisi itu kini terpaksa tak digelar lantaran pandemi Covid-19.

Pasalnya, kebanyakan tradisi itu adalah ritual yang melibatkan banyak orang dan menimbulkan kerumunan. Di Kalikudi, Kecamatan Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, Anak Putu Kalikudi meniadakan tradisi kepungan nyadran yang biasanya digelar sebelum puasa.

Tetua Anak Putu Kalikudi, Kunthang Sunardi mengatakan, selain kepungan nyadran, anak putu juga meniadakan punggahan puasa dan bekten atau ziarah jelang puasa. Hal itu dilakukan demi menghindari menularnya Covid-19.

Dalam tradisi kepungan nyadran Kejawen, anak putu Kalikudi akan saling berkunjung dan berkeliling rumah per rumah di sebuah dusun. Mereka akan berdoa bersama atau tahlil di rumah masing-masing anak putu.

Tetapi, Ramadan tahun ini tradisi saling berkunjung para penganut Kejawen dan pelestari adat itu mesti ditiadakan. Sebagai gantinya, anak putu akan saling berkirim hidangan kepungan ke tetangganya. Adapun nyadran, dilakukan di rumah masing-masing.

“Jadi sekarang tidak ada Kepungan Nyadran, hanya perwakilan. Jadi anak putu perwakilan memberikan kepungan,” kata Kunthang.

Dia juga mengatakan, resik kubur dan bekten atau ziarah yang biasanya dilakukan bersama-sama oleh anak putu Kalikudi jelang Ramadan ditiadakan. Resik kubur hanya dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh juru kunci dan tetua adat. Adapun bekten dalam tradisi Kejawen, hanya digelar oleh kiai kunci, tetua adat dan kepala desa.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Update Corona Covid-19 Cilacap

Penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan di Desa Kalikudi menggelar ritual Sadran menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan di Desa Kalikudi menggelar ritual Sadran menjelang Ramadan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Jadi nanti, kalau zikir, nanti kiai kunci, bahu kanan, bahu kiri, kayim dan kiai lurah yang di Pedupan, dia menjelaskan.

Dia menjelaskan, dalam tradisi kepungan nyadran, anak putu Kalikudi akan saling berkunjung dan berkeliling rumah per rumah di sebuah kampung. Mereka akan melakukan doa bersama atau tahlil di rumah masing-masing anak putu.

Gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Cilacap, pada Rabu (22/4/2020) kembali menerima konfirmasi tiga pasien positif Covid-19. Pertama adalah laki-laki usia 28 tahun, alamat di Sindangsari, Majenang.

Kedua, laki-laki berumur 65 tahun yang beralamat di Tritih Kulon, cilacap Utara. Adapun kasus positif ketiga adalah perempuan berusia 67 tahun, Tritih Kulon, Cilacap Utara.

Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji mengatakan ketiga pasien dalam kondisi baik, dan sudah diisolasi dan akan dilakukan swab ulang.

Dengan tambahan jumlah kasus konfirmasi Covid-19 ini, kasus positif di Cilacap mencapai 17 orang. Dengan rincian satu orang sembuh, 15 dalam perawatan dan satu orang meninggal dunia. Sedangkan PDP berjumlah 31 orang dan ODP 164 orang.

“Kami akan melakukan contact tracing dan akan menerapkan karantina bagi yang pernah kontak dengan pasien,” ucap Tatto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya