Tradisi Tumbilotohe, Saat Cahaya Pelita Jadi Obat Melepas Rindu Kampung Halaman

Warga Gorontalo di Kota Palu menyalakan puluhan pelita di halaman rumah sebagai tradisi menyambut Idul Fitri.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2021, 12:00 WIB
Puluhan pelita dinyalakan di halaman rumah warga Gorontalo di Kota Palu. Tradisi itu dilakukan di malam ke-27 Ramadan. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).
Puluhan pelita dinyalakan di halaman rumah warga Gorontalo di Kota Palu. Tradisi itu dilakukan di malam ke-27 Ramadan. (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Palu - Warga Gorontalo di Kota Palu menyalakan puluhan pelita di halaman rumah sebagai tradisi menyambut Idul Fitri. Bukan tanpa sebab, menyalakan pelita di halaman rumah telah menjadi tradisi untuk mengobati kerinduan berlebaran di kampung halaman yang urung mereka lakukan lantaran larangan mudik.

Tradisi itu yakni Tumbilotohe atau menyalakan pelita di halaman rumah pada malam ke-27. Di Kota Palu tradisi berasal dari Gorontalo itu tetap dilakukan warga dari provinsi yang bertetangga dengan Sulawesi Tengah tersebut.

Tumbilotohe salah satunya dilakukan Abdul Salam Adam, warga Gorontalo yang tinggal di jalan Rajawali, Kota Palu. Minggu malam (9/5/2021) dia bersama anggota keluarganya menerangi halaman rumahnya dengan 50 pelita yang terbuat dari botol bekas kemasan minuman penambah stamina.

"Dahulu di Gorontalo pelita dinyalakan untuk menerangi warga yang akan ke masjid. Kalau di sana jelang lebaran selalu ada festival Tumbilotohe seperti ini," kenang Salam, Minggu (9/5/2021).

Pria yang sudah 10 tahun menjadi perantau di Kota Palu itu bilang, tradisi tersebut mereka buat karena kerinduan terhadap suasana jelang lebaran di kampung halaman mereka, yang dipastikan tidak bisa mereka sambangi lantaran larangan mudik saat pandemi oleh pemerintah.

Pelita-pelita dalam tradisi Tumbilotohe itu sendiri sesuai tradisi di daerah asalnya, akan tetap dinyalakan hingga lebaran nanti. Dengan cara itu Salam mengaku kerinduan terhadap kampung halaman bisa sedikit terobati.

"Apalagi saya dan keluarga sudah dua kali batal mudik sejak tahun lalu. Ini bentuk kerinduan perantau seperti kami," terang Salam.

 

Reporter: Heri Susanto

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya