Kisah Kecerdasan Tabiin Iyas bin Muawiyah Al-Muzanni Luruskan Anggapan Guru Yahudi

Iyas bin Muawiyah Al-Muzanni merupakan salah satu tabiin yang terkenal akan kecerdasannya. Ia lahir pada 46 H di Yamamah, Najd. Iyas kemudian berpindah ke Bashrah bersama keluarganya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 08 Sep 2022, 03:30 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2022, 03:30 WIB
Ilustrasi orang cerdas
Ilustrasi orang cerdas (iStockphoto)​

Liputan6.com, Bogor - Iyas bin Muawiyah Al-Muzanni merupakan salah satu tabiin yang terkenal akan kecerdasannya. Ia lahir pada 46 H di Yamamah, Najd. Iyas kemudian berpindah ke Bashrah bersama keluarganya.

Tabiin cerdas ini sejak kecil bolak-balik ke Damaskus untuk menuntut ilmu ke para sahabat dan pemuka tabiin pada masanya. Kesungguhannya dalam menimba ilmu patut menjadi contoh bagi pemuda masa kini.

Mengutip berbagai sumber, kecerdasan Iyas sudah terlihat sejak kecil. Dalam suatu riwayat disebutkan jika Iyas pernah belajar ilmu hisab di sekolahan milik Yahudi golongan dzimmi.

Suatu ketika, orang-orang Yahudi yang berkumpul dengan seorang guru tengah berbincang membahas soal agama. Tak disadari oleh mereka, Iyas si pemuda cerdas mendengarkan perbincangan itu dengan saksama.

“Apakah kalian tidak merasa heran terhadap orang-orang Islam yang mengklaim mereka bisa makan di surga tanpa membuang hajat (kotoran)?” tanya guru itu.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Meluruskan Anggapan Guru Yahudi

Mendengar pertanyaan tersebut, Iyas langsung masuk ke perbincangan mereka. Ia berkata, “Apakah Anda mengizinkanku, wahai guru, untuk berbicara tentang apa yang kalian perbincangkan barusan?”

Guru tersebut mempersilakan pemuda cerdas itu untuk berbicara. Lantas Iyas memulai pembicaraannya dengan memberi pertanyaan kepada guru itu, “Apakah setiap apa yang dimakan di dunia keluar menjadi kotoran?” 

“Tidak,” jawab sang guru.

“Lalu ke mana perginya makanan yang tidak ke luar itu?” tanya Iyas. 

“Pergi (hilang) dan menjadi makanan badan (gizi),” ujar sang guru.

Kemudian anak muda cerdas itu bertanya kembali kepada mereka.

“Lalu apa alasan pengingkaran kalian terhadap sebagian apa yang kita makan di dunia pergi (hilang) dan menjadi makanan badan (gizi) bahwa kelak di surga semuanya menjadi makanan badan?”

Mendengar jawaban tersebut, guru itu sangat takjub dengan pemuda cerdas seperti Iyas.

“Sungguh engkau ini anak yang luar biasa!” ucap sang guru sembari mengangkat tangannya.

Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya