Ramadhan Segera Tiba, Ketahui Tata Cara Qadha Puasa Bagi yang Masih Punya Hutang Puasa

Mereka yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan atau dengan Fidyah.

oleh Adelia Septi Viranti diperbarui 24 Mar 2023, 11:11 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2023, 16:04 WIB
Panduan Tata Cara Puasa Ganti (Qadha)
Ilustrasi Membaca Doa Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Utang puasa Ramadhan merupakan puasa yang tidak bisa dilakukan pada bulan Ramadhan karena suatu alasan dan harus dibayar di kemudian hari.

Biasanya, alasan seseorang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan bukan karena suatu hal yang disengaja, misalnya pada wanita yang mengalami haid, atau seseorang yang sedang dalam perjalanan jauh, atau alasan lainnya seperti jatuh sakit.

Seseorang yang meninggalkan puasa di bulan Ramadhan harus mengganti puasa wajib tersebut di luar bulan Ramadhan dengan cara mengqadha.

Mengutip dari laman NU Online, Rabu (15/03/2023), mereka yang mengqadha puasa Ramadhan harus membaca niat puasa qadhanya pada malam hari sebelum puasa menurut Mazhab Syafi’i.

Demikian diterangkan Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’-nya sebagai berikut. 

ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.

Artinya,

“Disyaratkan memasang niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadits Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, [Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H], juz II).

Niat Qadha Puasa Ramadhan

Qadha Puasa
Ilustrasi Membaca Doa Credit: freepik.com

Berikut niat puasa qadha yang dapat kamu baca:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.

Artinya,

“Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT".

Seseorang yang suka menunda-nunda qadha puasa Ramadhan, padahal ia memungkinkan untuk segara mengqadha sampai datang Ramadhan berikutnya, maka ia berdosa dan wajib membayar fidyah satu mud makanan pokok untuk per hari puasa yang ditinggalkan. Fidyah ini diwajibkan sebagai ganjaran atas keterlambatan mengqadha puasa Ramadhan.

Hukum Telat Qadha Puasa hingga Ramadhan Berikutnya Tiba

Amalan ramadhan
Ilustrasi Al-Qur’an Credit: freepik.com

Allah telah mewajibkan puasa bagi setiap orang yang memenuhi syarat untuk berpuasa. Mereka yang terlanjut membatalkan puasanya di bulan Ramadhan karena sakit dan lain hal, harus mengganti dan membayarnya di bulan yang lain.

Adapun orang yang membatalkan puasanya demi orang lain seperti ibu menyusui atau ibu hamil dan orang yang sengaja menunda qadha puasanya karena kelalaian atau lupa hingga Ramadhan selanjutnya telah tiba, maka akan mendapat beban tambahan, mereka diwajibkan untuk membayar fidyah di samping mengqadha puasa yang pernah ditinggalkannya.

Ketentuan dan Niat Fidyah

Ilustrasi puasa Ramadhan
Ilustrasi puasa Ramadhan (dok.unsplash/ Artur Aldyrkhanov)

Menurut pendapat al-ashah, orang yang menunda untuk mengqadha puasa Ramadhan padahal ia memungkinkan untuk membayarnya sebelum bulan Ramadhan berikutnya tiba, fidyah baginya berlipat ganda dengan berlalunya putaran tahun.

Misalnya, seseorang yang memiliki utang puasa satu hari di tahun 2022, namun ia tidak segera membayarnya sampai masuk bulan Ramadhan tahun 2023, maka dengan berlalunya dua tahun (dua kali putaran Ramadhan, wajib baginya untuk fidyah berlipat ganda menjadi dua mud.

Hal ini berbeda jika seseorang yang tidak memungkinkan untuk mengqadha puasa dikarenakan sakit, maka tidak perlu baginya untuk membayar dengan fidyah, hanya wajib membayar utang puasa dengan cara mengqadhanya.

Berikut adalah niat fidyah karena terlambat mengqadha puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هَذِهِ الْفِدْيَةَ عَنْ تَأْخِيْرِ قَضَاءِ صَوْمِ رَمَضَانَ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى 

Nawaitu an ukhrija hâdzihil fidyata ‘an ta’khîri qadhâ’i shaumi ramadhâna fardhan lillâhi ta’âlâ 

Artinya,

“Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan keterlambatan mengqadha puasa ramadhan, fardlu karena Allah”

Niat fidyah dapat dilakukan pada saat menyerahkannya kepada fakir/miskin, atau pada saat memberikannya kepada wakil fidyah, dapat juga diserahkan setelah memisahkan beras yang hendak ditunaikan sebagai fidyah. Hal ini sebagaimana ketentuan dalam zakat.

Waktu pelaksanaan fidyah minimal sudah memasuki malam hari untuk setiap hari puasa, atau boleh dilakukan setelah waktu di luar puasa.

infografis journal
infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya