Liputan6.com, Jakarta - Umat Islam di berbagai belahan dunia merayakan tahun baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah. Begitu pula di Indonesia, masyarakat menggelar berbagai acara untuk memeriahkan malam 1 Muharram.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Di lain sisi, ada sebagian masyarakat yang juga memiliki tradisi di waktu yang sama, yakni ritual malam 1 Suro. Perlu diketahui, Muharram dalam kalender Jawa disebut sebagai Suro atau Sura.
Penyebutan Muharram sebagai Sura itu tak lepas dari peristiwa Asyura, 10 Muharram. Pertama adalah terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa AS dan kedua, syahidnya cucu Nabi Muhammad SAW dan kerabatnya, Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Dalam pandangan sebagian cendekia muslim, kekeramatan bulan Suro boleh jadi terhubung dengan peristiwa memilukan terbunuhnya Husein bin Ali RA, yang disebut dengan tragedi Karbala.
Dalam sejarah Islam, kisah terbelahnya Laut Merah juga menjadi salah satu peristiwa dahsyat yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. Dalam peristiiwa itu, Firaun dan balatentaranya tenggelam ditelan Laut Merah.
Peristiwa epik ini menjadi pengingat bahwa sekuat apapun kekuasaan seorang raja, tak ada apa-apanya di depan Allah SWT.
Terbelahnya Laut Merah juga menjadi salah satu mukjizat Nabi Musa AS dan menjadi bukti kebesaran Allah SWT.
Simak Video Pilihan Ini:
Nabi Musa Diutus untuk Bani Israel
Mengutip kanal Jateng Liputan6.com, Nabi Musa AS diutus untuk membebaskan Bangsa Israel yang ditindas bangsa Mesir. Bangsa Mesir kala itu di bawah pimpinan Fir’aun terjebak dalam kekufurannya.
Kala itu, Mesir adalah negara yang besar dengan kekayaan berlimpah. Pasukan perangnya juga terkuat di muka bumi.
Karenanya, mereka enggan mendengar seruan Nabi Musa untuk beriman kepada Allah, justru mereka semakin gencar memusuhi Nabi Musa.
Puncaknya adalah ketika Fir’aun mengaku bahwa ia adalah Tuhan yang harus disembah, tanpa kecuali. Sejak saat itu, Nabi Musa dan kaumnya menghadapi siksaan dan ancaman bertubi-tubi lantaran tak mau menyembah Firaun.
Nabi Musa dan kaumnya lantas berdoa kepada Allah SWT. Mendengar doa-doa hamba-Nya, Allah segera memberi pertolongan kepada mereka. Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa beserta saudaranya, Harun AS agar segera membangun beberapa rumah di Mesir yang berbeda dengan rumah-rumah lainnya untuk tempat tinggalnya beserta kaumnya.
Tujuannya ialah agar ketika wahyu untuk meninggalkan Mesir telah datang, mereka mudah untuk memberitahu sesamanya. Rumah-rumah tersebut juga dijadikan dijadikan tempat ibadah dan perintah untuk melaksanakan salat serta menggembirakan orang-orang yang mukmin.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kejadian ini terekam dalam QS. Asy-Syu’ara mulai dari ayat 52. Ketika itu Allah memberi wahyu kepada Nabi Musa, 'Pergilah kamu beserta hamba-hamba-Ku (yaitu Bani Israil) di malam hari, keluarlah menuju lautan, jadi tidak menuju ke Syam ataupun daratan yang lain. Kalian semua pasti akan dikejar Fir’aun beserta pengikutnya'.
Advertisement
Tenggelamnya Firaun di Laut Merah
Nabi Musa beserta kaumnya pun segera bergegas mengikuti perintah Allah SWT. Mendengar Nabi Musa dan Bani Israil keluar meninggalkan kota Mesir,
Fir’aun kemudian mengutus orang-orang di daerah kekuasaannya yang bertugas untuk mengumpulkan prajurit-prajuritnya.
Saat itu, rombongan Nabi Musa sangat kecil dibandingkan dengan balatentara Firaun. Setelah pengejaran, Fir’aun dan bala tentaranya akhirnya dapat menyusul rombongan Musa pada waktu matahari terbit.
Peristiwa ini diyakini terjadi pada bulan Muharram, tepatnya 10 Muharram, atau Asyura. Ketika kedua rombongan itu saling melihat satu sama lain.
Pengikut-pengikut Nabi Musa mulai takut dan gusar, “Kita semua pasti akan benar-benar tersusul” Nabi Musa lantas menjawab, “Mereka tidak akan bisa menyusul kita. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
Allah SWT lantas memberi wahyu kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu” Nabi Musa pun segera memukulkan tongkat yang dibawanya ke lautan.
Seketika laut pecah terbelah menjadi 12 bagian. Tiap bagiannya seperti gunung yang besar, kanan-kirinya menjadi jalan yang bisa dilewati serta tidak basah. Kemudian Allah menyelamatkan Nabi Musa beserta kaumnya keluar melintasi laut.
Setelah pengikut Nabi Musa paling akhir melintas keluar dari laut, barulah barisan awal pasukan Firaun memasuki laut. Fir’aun dan pasukannya segera memasuki belahan laut Merah itu, ketika seluruh pasukannya telah masuk dan berada di tengah-tengah lautan, Allah segera memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya kembali ke laut sehingga laut yang terbelah segera kembali seperti sedia kala.
Dengan demikian, tak ada seorang pun dari rombongan Fir’aun dapat menyelamatkan diri. Mereka hancur binasa ditelan lautan beserta kesombongan dan kekafiran mereka.
Allah berfirman, “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS Asy-Syu’ara: 65-67).
Tim Rembulan