Doa-doa Singkat yang Dianjurkan Dibaca pada Bulan Syafar

Anggapan dan keyakinan sebagian masyarakat perihal mitos kesialan yang diyakini akan terjadi pada bulan Safar. Anggapan demikian tidak layak dijadikan pedoman oleh orang beriman.

oleh Putry Damayanty diperbarui 21 Agu 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi berdoa
Ilustrasi berdoa. (Photo created by 8photo on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriah setelah bulan Muharram. Di balik penamaan bulan Safar tidak lepas dari keadaan orang Arab tempo dulu pada bulan ini.  

Safar yang memiliki arti “sepi” atau “sunyi” sesuai keadaan masyarakat Arab yang selalu sepi pada bulan Safar. Sepi dalam arti senyapnya rumah-rumah mereka karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian.  

Selain itu, hal yang melekat saat memasuki bulan Safar adalah antara lain bahwa bulan ini identik dengan bulan sial.

Padahal, terdapat sejumlah hadis sekaligus doa singkat yang bisa dibaca selama bulan Safar. Dengan demikian, umat Islam harus yakin bahwa Safar bukanlah waktu turunnya malapetaka atau kesialan. 

Karena pada hakikatnya kemudharatan dan kesialan dapat menimpa kapan saja, tidak mesti pada bulan tertentu. Dari sinilah kaum muslimin diharapkan untuk selalu menjaga diri, melakukan usaha pencegahan, termasuk dengan doa memohon perlindungan kepada Allah setiap hari. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Doa Bulan Safar

Doa yang bisa dibaca adalah:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 

Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak akan ada sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup mendatangkan mudarat. Dialah Maha-mendengar lagi Maha Mengetahui." 

Dalam sebuah keterangan dijelaskan,"Barangsiapa yang membaca doa tersebut pagi dan sore, maka tidak akan menerima akibat buruk apalagi malapetaka". Keterangan tentang doa ini bisa ditemukan dalam hadis riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.  

Syekh Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathâif al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, berpesan melalui syair berikut:

كَمْ ذَا التَّمَادِي فَهَا قَدْ جَاءَنَا صَفَرُ ... شَهْرٌ بِهِ الْفَوْزُ وَالتَّوْفِيْقُ وَالظَّفَرُ 

Artinya: "Betapa banyak orang yang memiliki tuntutan, maka ini telah datang bulan Safar kepada kita. Bulan yang disertai dengan kemenangan, taufik, dan keberhasilan."  

فَابْدَأْ بِمَا شِئْتَ مِنْ فِعْلٍ تَسُرُّ بِهِ ... يَوْمَ الْمَعَادِ فَفِيْهِ الْخَيْرُ يَنْتَظِرُ 

Maka mulailah berbuat sesuatu yang akan membuatmu senang di hari kembali (hari kiamat), maka disana engkau akan melihat kebaikan. 

تُوْبُوا إِلَى اللهِ فِيْهِ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ ... مِنْ قَبْلُ يَبْلُغُ فِيْكُمْ حَدُّهُ الْعُمْرُ  

Bertobatlah kepada Allah di bulan Safar dari dosa-dosa, sebelum batas akhir usia menghampiri pada kalian.   

Dengan demikian, tidak ada hubungan bahwa Safar adalah waktu sial dan sumber malapetaka sebagaimana dipersepsikan banyak kalangan. Umat Islam juga harus yakin bahwa Allah SWT akan bersama dengan persepsi hamba. Kalau kemudian menganggap bahwa Safar adalah bulan sial, maka bisa jadi aneka malapetaka akan menimpa. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya