Liputan6.com, Jakarta - Sembari menangis, seorang perempuan pekerja migran Indonesia perempuan (TKW) di China sowan ke KH Ahmad Bahauddin Nursalim dan menceritakan betapa berat pekerjaannya sebagai TKW di China.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai muslimah misalnya dia harus memasak daging babi untuk majikan. Hal lain yang juga sangat membebani pikirannya adalah mesti mengantar anak majikan ke gereja tiap akhir pekan.
"Goreng babi biasa, paling masalah di najisnya saja. Tapi kalau sudah masuk ke gereja, saya pasti nangis," kata perempuan itu seperti ditirukan Gus Baha dalam sebuah cuplikan video di media sosial.
Si perempuan curhat demikian ke ulama yang akrab disapa Gus Baha itu tentu untuk meminta fatwa hukum tentang pekerjaannya.
Apalagi, sebagian gaji yang didapat untuk membiayai anaknya yang tengah nyantri di pesantren.
"Tetap lakukan saja, sambil berdoa semoga mendapatkan jalan keluar. Kalau hukumnya tidak ada, namanya juga darurat," demikian jawaban pengasuh Pondok Pesantren LP3IA Narukan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini.
Gus Baha sengaja menjawab demikian semata berusaha meringankan beban di hatinya. Sebab, menurutnya sebuah situasi darurat tak baik difatwakan secara hukum.
Simak Video Pilihan Ini:
Sholat Sembunyi-sembunyi
Situasi dilematis yang dialami perempuan itu, juga dialami ribuan TKI lain yang bekerja dan mencari nafkah di negara-negara minoritas Islam.
Mereka umumnya harus mencuri-curi waktu agar bisa sholat yaitu berpura-pura izin ke toilet, sehingga mereka pun terpaksa sholat di dalamnya karena tidak disediakan tempat khusus ibadah.
Maka, menyembunyikan keislaman di negara-negara minoritas Islam, menurut Gus Baha termasuk perkara yang tidak baik difatwakan secara hukum.
"Ada peneliti pernah tanya saya, apakah menyembunyikan keislaman itu boleh? Saya jawab bahwa saya tidak punya hukum soal itu, tapi saya punya kisah sejarah Islam yang membolehkan itu," kata Gus Baha.
Gus Baha lalu menceritakan tentang Abu Dzar yang diperintah Nabi Muhammad agar sholat sembunyi-sembunyi karena di masa itu Islam masih minoritas di jazirah Arab.
Nabi khawatir, jika Abu Dzar menampakkan keislamannya dia akan dibunuh oleh kaumnya.
"Nabi yang kekasih Allah saja, pernah mengalami sholat sembunyi-sembunyi," kata dia.
Gus Baha juga menceritakan sejarah Laksamana Cheng Hoo, seorang Jenderal Islam dalam kekaisairan Chin. Selama masih tinggal di China, Cheng Hoo menyembunyikan keislamannya sehingga bisa punya karier dalam militer.
"Setelah punya karier tinggi, lalu mendapatkan tugas memimpin ekspedisi pasukan ke Asia Tenggara. Barulah dia menampakkan keislamannya. Dia memimpin pasukannya dengan cara Islam kemudian membangun banyak masjid," jelas Gus Baha.
Advertisement