Na'udzubillah, 6 Golongan Manusia yang Paling Cepat Masuk Neraka Tanpa Hisab Menurut Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghazali menerangkan kelompok manusia yang masuk neraka tanpa hisab. Na'udzubillah

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Des 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 04 Des 2023, 12:30 WIB
6 Golongan manusia yang masuk neraka tanpa hisab.
6 Golongan manusia yang masuk neraka tanpa hisab.

Liputan6.com, Cilacap - Salah satu nama lain hari kiamat ialah yaumul hisab. Artinya hari perhitungan seluruh amal perbuatan manusia semasa hidup. Ada segolongan manusia yang masuk neraka tanpa hisab.

Di hari perhitungan ini seluruh amal perbuatan manusia dipertanggungjawabkan tanpa kecuali. Sekecil atom pun, amal perbuatan manusia akan diperhitungkan di hadapan Allah SWT.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Imam Al-Ghazali sebagaimana dikutip dari Republika.co.id, menerangkan ada sekelompok manusia yang masuk neraka tanpa hisab.

Dalam salah satu karyanya yang cukup monumental yaitu Minhaj al-Abidin, Al-Ghazali menerangkan bahwa masuk neraka tanpa hisab ini berlaku bagi 6 kelompok manusia ini. Berikut ini ulasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

6 Golongan yang Masuk Neraka Tanpa Hisab

Salah satu adegan film Siksa Neraka. (Foto: Dok. YouTube Dee Company)
Salah satu adegan film Siksa Neraka. (Foto: Dok. YouTube Dee Company)

1. Pemimpin yang Dzalim

Mereka adalah pemimpin yang tidak amanah di saat memegang jabatan. Jabatan yang dimiliki digunakan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya bukan untuk kepentingan umat.

Padahal, dalam pandangan Islam, jabatan merupakan sebuah amanah yang besar. Pertanggungjawabannya bukan hanya kepada manusia melainkan juga kepada Allah SWT. Itulah mengapa para sahabat enggan untuk memegang jabatan sebagai pemimpin untuk menggantikan posisi Rasulullah SAW.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa jenazah Rasulullah baru dimakamkan tiga hari setelah beliau wafat. Ini disebabkan para sahabat menunggu siapa pemimpin sesudah Rasulullah.

2. Pengusaha yang Khianat

Segala bentuk usaha yang dilakukan bertentangan dengan apa yang sudah ditentukan dalam Islam. Usahanya menggunakan cara-cara tidak terpuji seperti menipu. Kalau ia seorang pedagang buah, di atas keranjang buah selalu ditempatkan buah-buah yang masih baru dan segar tetapi di bagian bawah, buahnya dalam keadaan jelek bahkan ada yang busuk.

Islam pun melarang setiap pedagang untuk mengurangi timbangan karena dengan berbuat itu akan merugikan konsumen. Kegiatan menimbun barang juga merupakan perbuatan yang ditentang dalam ajaran Islam. Alasannya, kegiatan itu biasanya digunakan untuk meresahkan masyarakat aibat mahalnya harga barang. Tindakan itu merugikan masyarakat.

3. Penguasa Kecil yang Mempunyai Kesombongan Besar

Terkadang kita jumpai di masyarakat bahwa pemimpin-pemimpin daerah justru ingin diperlakukan dengan istimewa bahkan terkadang melebihi pemimpin yang memiliki kekuasaan yang lebih besar. Mereka sombong dengan jabatan yang dikuasai. Padahal yang berhak sombong tidak lain adalah Allah SWT.

Golongan yang Masuk Neraka Tanpa Hisab (4-6)

Film Siksa Neraka
Siksa Neraka karya sineas Anggy Umraba menggambarkan sejumlah siksaan bagi pendosa termasuk adegan punggung disetrika yang bikin pembaca komik syok. (Foto: Dok. Dee Company)

4. Fanatisme Golongan

Mereka memiliki rasa fanatisme yang berlebihan terhadap sebuah kelompok atau golongan. Apa pun akan mereka lakukan asalkan demi golongannya. Mereka berjuang bukan untuk mencari ridha Allah SWT melainkan untuk kepentingan golongan. Ketika umat Islam dizalimi mereka tidak beraksi tapi kalau kelompok mereka diganggu dan dianiaya mereka berjuang habis-habisan untuk membela kelompoknya.

5. Orang Awam karena Kebodohannya

Mereka hanya ikut-ikutan dengan sekolompok orang yang mereka anggap benar. Akibatnya, mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Di dalam Alquran, Allah SWT menjelaskan, akan meninggikan derajat orang yang berilmu. Karena itu, mencari ilmu dalam Islam juga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.

6. Ulama yang Mempunyai Hati Dengki

Ulama menurut arti bahasa adalah orang yang berilmu. Setiap ilmu yang dimiliki harus digunakan untuk kepentingan umat, bukan untuk kepentingan individu ataupun kelompok. 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya