Kisah Karomah Abah Anom Suryalaya, Bikin Tobat Pemuda Pezina dengan Bayangannya

Abah Anom Suryalaya terkenal kezuhudan dan kealimannya. Diyakini, beliau adalah seorang wali Allah atau waliyullah. Lazimnya wali, Abah Anom juga terkenal dengan karomah-nya

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 13 Des 2023, 07:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2023, 07:30 WIB
Abah Anom
Abah Anom. (Dok Pesantren Suryalaya)

Liputan6.com, Tasikmalaya - Abah Anom merupakan salah satu ulama kharismatik tanah Sunda. Nama lengkapnya adalah Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin.

Abah Anom lahir 1 Januari 1915 di Suryalaya, Tasikmalaya. Karenanya, di belakang hari, ada sematan Suryalaya sehingga beliau dikenal pula dengan nama Abah Anom Suryalaya.

Beliau merupakan anak kelima dari Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, atau Abah Sepuh, pendiri Pesantren Suryalaya. Sebuah pesantren tasawuf yang khusus mengajarkan Thariqoh Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah (TQN).

Abah Anom Suryalaya meneruskan tampuk kepemimpinan sang ayah setelah melanglang mencari ilmu hingga Makkah Al-Mukaromah.

Abah Anom terkenal kezuhudan dan kealimannya. Diyakini, beliau adalah seorang wali Allah atau waliyullah.

Lazimnya wali, Abah Anom juga terkenal dengan karomah-nya. Banyak keistimewaan yang dikisahkan oleh masyarakat hingga hari ini.

Berikut ini adalah dua karomah Abah Anom di antaranya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Karomah Abah Anom, Membaca Pikiran Santri

Abah Anom
Abah Anom. (Dok Pesantren Suryalaya)

Mengutip Laduni.id, Alkisah ada seorang kiai bernama KH Tohir yang sedang menimba ilmu di salah satu pesantren di kotanya. Konon Sang Guru yang mengajarkan ilmu di pesantrennya tersebut melarang Kiai Tohir untuk tidak menemui seorang kiai besar yang tinggal di Suryalaya bernama Abah Anom, apalagi berguru kepadanya.

Namun, setelah melalui penelusuran dan pembelajaran ilmu tasawuf yang diajarkan di Pesantren "Suryalaya", akhirnya Kiai Tohir meminta kepada Abah Anom agar dibaiat atau ditalqin dzikir (diajarkan dzikir Thoriqoh).

Namun, tentu saja dalam benak Kiai Tohir, kunjungannya ke Abah Anom yang tanpa sepengatahuan gurunya itu akan membuat murka di pesantren di kotanya.

Apalagi, setelah ditalqin dzikir (pengajaran dzikir thariqoh) ada suatu amanat dari Abah Anom yakni ucapan salam yang harus disampaikan kepada guru di pesantrennya.

Ketika Kiai Tohir sedang duduk menunggu shalat berjamaah di Masjid Nurul Asror di Kompleks Pesantren Suryalaya, sebelum kembali bertolak ke kampung halamannya, pikirannya terus berkecamuk tidak bisa tenang.

Ketika dalam benaknya terbersit bagaimana wajah murka gurunya yang sedang memarahinya habis-habisan karena ketidaktaatannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dengan sorban dan berkata, “Tong sok goreng sangka kabatur, komo ka guru soranganmah, boa teuing teu kitu!".

Bila diterjemah dalam Bahasa Indonesia artinya adalah, "Jangan selalu berburuk sangka terhadap orang lain, apalagi terhadap guru sendiri, belum tentu seperti itu."

 

Santri Jadi Wakil Talqin

Kiai Thohir begitu kaget ternyata yang menepuk pundak dan membaca pikirannya itu adalah guru ruhaninya yang baru, yaitu Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin r.a. (Abah Anom).

Dari kejadian itu Kiai Thohir mendapatkan pelajaran yang berharga bahwa seorang guru ruhani Mursyid Thariqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah bisa mengetahui hati murid-muridnya di manapun mereka berada. Mursyid akan terus mengawasi dan membimbing hati murid-muridnya agar hati selalu menuju Allah.

Sepulang dari Pesantren Suryalaya dan kembali ke pesantren di kampungnya, Kiai Thohir menyampaikan amanat salam dari Mursyid TQN, Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin r.a. kepada gurunya.

Dan ternyata, di luar dugaan, kiainya yang di pesantren itu malah memuji Abah Anom bahkan Kiai Thohir sebagai salah satu murid kesayangannya itu dianjurkan untuk menjalankan ajaran yang dibawa oleh Abah Anom sebagai pewaris para Nabi.

Selanjutnya, Kiai Thohir mengabdikan diri sepenuhnya kepada Abah Anom dan mengamalkan ajaran yang telah diajarkannya. Dan akhirnya, Kiai Thohir dipercaya menjadi salah satu wakil talqin, yaitu orang yang diizinkan untuk mengajarkan atau mengijazahkan dzikir Thariqoh kepada orang yang membutuhkannya.

Cerita ini diambil dari ceramahnya KH M Abdul Gaous Saefulloh Al-Maslul atau Ajengan Gaos salah satu wakil talqin Thariqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia.

 

Bikin Pemuda Pezina Tobat dengan Bayangannya

Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berziarah ke Makam Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh dan KH Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin alias Abah Anom (Istimewa)
Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berziarah ke Makam Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh dan KH Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin alias Abah Anom (Istimewa)

Diceritakan ada seorang pemuda yang hobinya melacur, pemuda tersebut berniat untuk berhenti dari pebuatannya yang tercela. Sudah berbagai cara dilakukan untuk menghentikannya itu tidak membuat minat lacurnya berhenti.

Padahal, pelaksanaan amalan ibadah yang “super ketat” atas petunjuk dari para kiyai yang pernah dikunjungi dari berbagai daerah manapun belum berhasil. Jadi, Sudah tidak asing lagi baginya riyadhoh (latihan) seperti puasa, dzikir dan shalat, baik yang sifatnya wajib maupun sunnah dan amalan lainnya.

Dalam keadaan kondisi jiwa yang begitu kritis, datanglah pemuda itu ke Pondok Pesantren Suryalaya untuk menemui seorang Waliyullah yaitu Abah Anom dan menceritakan maksud kedatangannya. Abah Anom berkata, “Tidak apa-apa, asal jangan dilakukan di depan Abah.” 

Setelah itu, pemuda yang hobi “jajan” perempuan ditalqin dzikir TQN untuk diamalkan. Seperti biasa pemuda tersebut datang ke hotel yang telah dipesan untuk melaksanakan hasrat nafsunya “meniduri” wanita pelacur.

Setelah siap-siap semuanya, terbersit dalam jiwanya akan bayangan wajah Abah Anom, “Asal jangan dihadapan Abah!” pemuda itu terkejut dan gelisah, dengan segera meninggalkan hotel.

Gagallah keinginan nafsunya. Dihari yang lain, pemuda itu datang lagi ke hotel untuk melaksanakan hasrat nafsunya yang tidak terbendung. Namun, di saat detik-detik akan melaksanakan maksiat, muncullah kembali wajah Abah Anom, “Tidak apa-apa, asal jangan dihadapan Abah.”

Pemuda itu kembali mengurungkan niatnya dan kembali pulang. Kejadian itu terus terulang selalu melihat bayangan wajah Abah Anom disaat-saat akan melakukan maksiat dengan pelacur.

Pemuda Tobat

Akhirnya, dengan kejadian itu pemuda tersebut menghentikan dari hobinya melacur untuk selamanya dan menjadi pengamal Thariqoh Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Sesungguhnya kejadian itu suatu anugerah dari Allah untuk hamba yang dicintai dengan perantara seorang Mursyid sebagai pilihan-Nya.

Subhanallah! Bayangan wajah Mursyid itu adalah sebagai burhana robbihi (cahaya/ tanda dari Allah) yang membawa berkah terhadap pemuda tersebut. Kita teringat akan kisah salah satu utusan Allah yaitu Nabi Yusuf a.s. yang ditolong Allah ketika akan terjadi maksiat dengan Siti Zulaikha.

Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 24 dijelaskan, yang artinya, “Sesungguhnya wanita itu telah bemaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu (Zulaikha) andaikata tidak melihat burhana robbihi yaitu tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS: Yusuf 24) Dalam ayat ini terdapat perkataan Allah, “Burhana Rabbihi”. Menurut perkataan Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz II / 474 dijelaskan bahwa maksud “Burhaana Rabbihi” yang terlihat oleh Yusuf, terdapat beberapa pendapat sebagaimana berikut;

Menurut sahabat Abdullah bin Abbas, Said, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhamad bin Sirin, Hasan, Qatadah, Ibnu Sholeh, Dlohah, Muhammad bin Ishaq dan lain-lain, menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah ketika Yusuf melihat bayangan ayahnya (Ya’qub), rupanya, bentuknya seakan-akan ayahnya marah-marah. Dan menurut sebagian riwayat bayangan ayahnya memukul dada Yusuf.

Sedangkan Al-‘Aufi berpendapat dari Ibnu Abbas, bahwa maksud perkataan itu ialah Yusuf teringat kepada bayangan wajah suami Zulaikha yaitu Raja Qithfir yang seolah-olah ada di rumah dan mengetahui apa yang akan diperbuat Yusuf. Demikian juga Muhammad bin Ishaq berpendapat yang sama. (Tafsir Ibnu Katsir, II / 474).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya