Ternyata Gus Dur Keturunan China Tulen, Begini Silsilahnya

Gus Dur adalah keturunan Rasulullah SAW dari jalur ayahnya, KH Wahid Hasyim dan Kakeknya, KH Hasyim Asy'ari. Pendek kalimat, Gus Dur seorang habib. Paling mengejutkan, Gus Dur mengaku keturunan Tionghoa.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 10 Feb 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2024, 08:30 WIB
Gus Dur dan Abah Guru Sekumpul
Gus Dur dan Abah Guru Sekumpul (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sabtu 10 Februari 2024, masyarakat Tionghoa dan keturunan Tionghoa di seluruh dunia merayakan Imlek. Tahun baru China itu dirayakan dengan meriah, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia, perayaan Imlek secara terbuka tak lepas dari sosok Presiden Indonesia ke-4 KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur. Sebelumnya, terutama pada zaman orde baru, komunitas Tionghoa hanya merayakannya secara terbatas.

Ada berbagai aturan yang membuat mereka tak bisa merayakan tahun baru tradisi nenek moyangnya ini dengan leluasa.

Nah, bicara Gus Dur, kebanyakan orang berpikir bahwa dia adalah seorang presiden yang juga kiai. Dua gelar itu saja, sudah luar biasa.

Yang spektakuler, Gus Dur adalah keturunan Rasulullah SAW dari jalur ayahnya, KH Wahid Hasyim dan Kakeknya, KH Hasyim Asy'ari. Pendek kalimat, Gus Dur seorang habib.

Meski banyak yang terkejut, ini ternyata juga belum seberapa. Toh, Gus Dur adalah kiai dan moyangnya secara turun temurun mengabdi kepada perkembangan Islam dengan pesantren dan aktivitas sosialnya.

Jadi, sangat absah dan pantas, Gus Dur keturunan Rasulullah. Nah, yang bisa jadi lebih mengejutkan, ternyata Gus Dur adalah keturunan China.

"Saya ini China tulen, sebenarnya. Tapi, ya sudah nyampurlah dengan Arab dan India. Nenek moyang saya orang Tionghoa asli," ungkapnya, dalam talkshow bertajuk "Living in Harmony the Chinese Heritage in Indonesia" di Mal Ciputra, Jalan S Parman, Jakarta, Rabu malam (30/1/2028), melansir laman nu.or.id, Jumat (9/2/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Silsilah Gus Dur dengan Moyangnya di China

Jejak Kerajaan Majapahit Kembali Ditemukan di Lapangan Bola!
Jejak Kerajaan Majapahit Kembali Ditemukan di Lapangan Bola!

Dalam kesempatan itu, Gus Dur mengaku keturunan Tionghoa. Ia malah dengan bangga, mengakui dirinya sebagai seorang Cina tulen.

"Saya ini China tulen, sebenarnya. Tapi, ya sudah nyampurlah dengan Arab dan India. Nenek moyang saya orang Tionghoa asli," ungkapnya.

talkshow bertajuk "Living in Harmony the Chinese Heritage in Indonesia" di Mal Ciputra, Jalan S Parman, Jakarta, Rabu (30/1) malam.

Ia menjelaskan dirinya adalah turunan Putri Campa yang menjadi selir Raja Majapahit Brawijaya V. "Putri Campa itu lahir di Tionghoa, lalu dibawa ke Indonesia," jelasnya.

Dari perkawinannya dengan Brawijaya V, Putri Campa ini mempunyai 2 orang putra. Yang pertama adalah Tan Eng Hian yang mendirikan kerajaan Demak dan akhirnya berganti nama jadi Raden Patah.

"Dari sana keturunannya," ujarnya.

Sedangkan putra Putri Campa yang satunya lagi diceritakan Gus Dur bernama Tan A Hok yang akhirnya menjadi seorang Jenderal.

Hukum Merayakan Imlek Bagi Muslim

KH Sya'roni Ahmadi (Mustasyar PBNU) dengan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur (Ketua Umum PBNU). (Foto: NU Online)
KH Sya'roni Ahmadi (Mustasyar PBNU) dengan KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur (Ketua Umum PBNU). (Foto: NU Online)

Masih mengutip laman yang sama, Gus Dur mengatakan, tradisi Tahun Baru Imlek yang merupakan salah satu hari raya Tionghoa tradisional, tidak haram dirayakan oleh warga keturunan Cina yang beragama Islam.

Menurut Gus Dur, pada dasarnya, peringatan hari itu adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru.

"Imlek itu bukan perayaan hari raya, itu perayaan tani," ujar Gus Dur.

Budaya China sendiri, kata mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu banyak memengaruhi budaya Betawi.

"Budaya Betawi itu campur aduk antara Arab, Melayu, dan Tionghoa," jelasnya.

Ia juga menyambut baik tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Cina di Indonesia sejak diizinkannya perayaan Imlek secara luas pada masa pemerintahannya.

"Mari kita bawa Republik Indonesia ini kepada pluralitas," ucap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya