Tips Jitu Melatih Anak Berpuasa dari Sahabat Nabi, Jangan Galak-Galak!

Adapun perihal melatih anak untuk berpuasa supaya berhasil ada tips unik dari para sahabat Rasulullah SAW berikut ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mar 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2024, 09:30 WIB
Ilustrasi sahur, buka puasa, Islami
Ilustrasi sahur, buka puasa, Islami. (Image by freepik)

Liputan6.com, Cilacap - Puasa ialah ibadah wajib dilaksanakan pada bulan suci Ramadan. Puasa secara bahasa berarti menahan. Sedangkan secara syara’, puasa ialah menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa.

Banyak sekali hal-hal yang membatalkan puasa seperti masuknya sesuatu ke dalam tubuh secara sengaja, berobat dengan cara memasukan obat atau benda ke qubul atau dubur, muntah dengan sengaja.

Kemudian, berjima’ di siang hari dengan sengaja, keluar air mani sebab bersentuhan kulit, haid atau nifas, gila dan murtad atau keluar dari agama Islam.

Berpuasa sebagai ibadah dan bagian dari latihan kesabaran juga perlu diperkenalkan kepada si kecil. Anak-anak perlu dilatih menjalani puasa Ramadhan, disesuaikan dengan kemampuan.

Sebagian dari kita tentu ada yang 'memaksa' anak supaya berpuasa. Namun, ternyata ada tips jitu melatih anak supaya si buah hati bisa dan bahkan tertarik berpuasa.

Adapun perihal melatih anak untuk berpuasa supaya berhasil ada tips unik dari para sahabat Nabi SAW berikut ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Membuatkan atau Memberikan Mainan Anak-anak

Dua anak perempuan sedang bermain
Anak perempuan merasa tertekan dengan kesempurnaan yang harus dicapai. (Foto: Pexels/cottonbro studio)

Menukil Muslim.or.id, ternyata sudah ada contoh dari para sahabat di masa silam untuk mendidik anak-anak mereka hingga bisa berpuasa penuh sampai waktu berbuka.

عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ أَرْسَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ « مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ » . قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا ، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ ، حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ 

Dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang ke salah satu suku Anshar di pagi hari Asyura.” Beliau bersabda, “Siapa yang di pagi hari dalam keadaan tidak berpuasa, hendaklah ia berpuasa. Siapa yang di pagi harinya berpuasa, hendaklah berpuasa.” Ar Rubayyi’ mengatakan, “Kami berpuasa setelah itu. Lalu anak-anak kami pun turut berpuasa. Kami sengaja membuatkan mereka mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis, merengek-rengek minta makan, kami memberi mainan padanya. Akhirnya pun mereka bisa turut berpuasa hingga waktu berbuka.” (HR. Bukhari no. 1960 dan Muslim no. 1136)

 

Sunnah Mengajarkan Semenjak Kecil

Anak-anak bermain
The LEGO Group luncurkan kampanye Play Unstoppable. (Foto: Dokumen/LEGO)

Ibnu Batthol menjelaskan bahwa para ulama sepakat, ibadah dan kewajiban barulah dikenakan ketika telah baligh (dewasa). Namun kebanyakan ulama sudah menyunnahkan (menganjurkan) mendidik anak untuk berpuasa sejak kecil, begitu pula untuk ibadah lainnya. Hal ini untuk keberkahannya dan agar membuat mereka terbiasa sejak kecil, sehingga semakin mudah mereka lakukan ketika telah diwajibkan.

Al Muhallab berpandangan, hadits ini mengandung pelajaran bahwa siapa saja yang mengajak anak untuk melakukan ketaatan pada Allah, mengajak mereka untuk konsekuen dalam menjalankan ibadah, mereka itu akan diberi pahala lantaran hal itu. Kesulitan ketika mengharuskan mereka untuk melakukan seperti itu tidak membuat mereka sulit.

Ibnul Mundzir berkata bahwa para ulama berselisih pendapat dalam hal kapan anak diperintah untuk berpuasa. Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin, ‘Urwah, ‘Atho’, Az Zuhri, Qatadah, Imam Syafi’i berpandangan bahwa mereka diperintah puasa ketika mereka sudah mampu. Al Auza’i memiliki pandangan bahwa mereka dikenakan kewajiban puasa ketika mereka sudah mampu berpuasa tiga hari berturut-turut dan tidak merasa lemas ketika itu. (Syarh Al Bukhari li Ibni Batthol, 7: 125)

Melatih Ketaatan Kepada Allah

Mengajarkan Ibadah Sholat
Ilustrasi Mendidik Anak Credit: shutterstock.com
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits di atas menunjukkan perintah untuk melatih anak dalam melakukan ketaatan dan mendidik mereka untuk beribadah. Akan tetapi, mereka tetap masih belum terbebani syariat atau belum mukallaf. Sedangkan Al Qadhi mengatakan bahwa telah terdapat riwayat dari Urwah, ketika telah mampu puasa, anak sudah wajib puasa. Namun pernyataan jelas keliru karena bertentangan dengan hadits shahih yang menyatakan, “Pena diangkat dari tiga orang (di antaranya), dari anak kecil hingga ia ihtilam (baligh).” Wallahu a’lam. (Syarh Shahih Muslim, 8: 15)

Kalau dalam hadis di atas mereka diberi hiburan mainan sehingga terlena bermain lantas mereka menyempurnakan puasanya.

Tips lain yang bisa dilakukan adalah mengajak anak makan sahur bersama keluarga agar memiliki energi untuk berpuasa. Menu makan sahur pun diusahakan dibuat yang mengandung lemak dan tambahan susu. Kalau mereka sudah mau berpuasa, maka berilah pada mereka motivasi dan penghargaan, apalagi bila sudah berhasil berpuasa satu hari penuh. Penghargaan tidak harus berupa tambahan uang saku tapi bisa juga dengan memberikan menu spesial kesukaan anak saat berbuka. Tips terakhir, berbuka puasa dipilih dengan yang manis-manis karena bisa mengembalikan energi pada anak, semisal dengan kurma dan teh manis hangat.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya