Liputan6.com, Cilacap - Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW yang menggambarkan kengerian saat datangnya hari kiamat.
Namun terkait peristiwa eskatologi Islam ini, sangat beda antara waliyullah dengan manusia biasa tatkala menanggapi kejadian hari akhir ini.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan riwayat, kengerian kiamat tak hanya dirasakan ketika peristiwa itu terjadi, namun fase setelahnya saat manusia dibangkitkan dari kubur menuju padang Mahsyar.
Di sana manusia juga akan mengalami peristiwa-peristiwa mengerikan saat mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pandangan Orang Sufi
Dalam perspektif sufi, hari kiamat dilukiskan sebagai peristiwa biasa, yang lumrah terjadi pada alam fana. Menurut mereka, kiamat tidak perlu ditakuti secara berlebihan, apalagi bagi mereka yang berada di makam atas (al-'alam al- 'ulya), kiamat itu bisa berarti pintu surga.
Dalam keadaan apa pun tidak perlu cemas dan takut, seperti disebutkan dalam Al-Qur'an:
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus ayat 62).
Advertisement
Kondisi Manusia Umum Hadapi Kiamat
Wajar kalau orang-orang yang berada di makam alam bawah (al-'alam al-sufla) merasa takut karena selain kedahsyatan peristiwanya juga bisa sekaligus menjadi pintu neraka baginya.
Dalam kondisi dan kejadian separti apa pun para kekasih Allah SWT tidak perlu takut. Sebaliknya dalam kondisi apa pun wajar merasa takut jika menjauh dengan Tuhannya.
Selama manusia dekat dengan Tuhannya melalui pendekatan ta'abbud-nya tidak perlu khawatir. Tuhan kita di bumi ini, Dia juga menjadi Tuhan kita di alam barzakh dan hari akhirat.
Dia pasti sangat paham kita karena selalu mengikuti dan bersama kita. Tentu pasti tahu siapa diri kita.
Menurut Imam Al-Gazali, dalam kitab Ihya' Ulum al-Din dan Ibnu 'Arabi dalam Futuhat al- Makkiyyah, konsep kiamat berbeda perspektif dengan konsep kiamat sebagaimana yang berkembang di dalam masyarakat.
Dalam kitab Al-Tafsir Muhith al-A'dham, karya Sayid Haidar Amuli, kiamat dibagi dalam tiga bagian, yaitu kiamat kecil (al-qiyamah al-shugra), kiamat menengah (al-qiyamah al-wustha), dan kiamat besar (al-qiyamah al-kubra).
Jenis-jenis kiamat ini tidak berkonotasi kehancuran fisik dan kehancuran alam ini lalu manusia akan bertransformasi ke alam lain, tetapi lebih kepada bencana kemanusiaan.
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul