Liputan6.com, Jakarta - Kata "nyaman" sering diartikan sebagai kondisi atau perasaan yang menyenangkan dan bebas dari gangguan fisik maupun mental. Dalam konteks keseharian, nyaman bisa merujuk pada situasi di mana seseorang merasa tenang, aman, dan tidak terganggu oleh rasa sakit atau stres
Lalu bagaimana hubungan antara nyaman dengan hubungan social di masyarakat?
Menyoal hal tersebut, Gus Baha, dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @NgajiGusbaha, menekankan pentingnya kenyamanan dalam interaksi sosial.
Advertisement
Gus Baha dalam sebuah pengajian menjelaskan bahwa ukuran kesopanan dan keakraban dalam bertamu tidak hanya diukur dari formalitas salam, tetapi juga dari rasa nyaman yang dirasakan kedua belah pihak.
"Ukurannya bukan salam dulu tapi dengan rasa nyaman," ujar Gus Baha, yang mencontohkan dalam kasus bertamu. Menurutnya, kenyamanan menjadi tolok ukur penting dalam menilai seberapa akrab kita dengan seseorang.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Begini kalau Nyaman
Jika kita merasa nyaman saat bertamu, itu berarti hubungan kita dengan tuan rumah cukup baik dan akrab.
Gus Baha juga menekankan bahwa dengan merasa nyaman, kita dapat mengukur kebutuhan dan waktu yang tepat untuk bertamu.
"Kamu bisa ukur tingkat akrab kamu, kamu bisa ngukur jamnya orang itu, kamu bisa ukur kebutuhan orang itu," jelasnya.
Dengan kata lain, kita harus memperhatikan situasi dan kondisi tuan rumah agar kunjungan kita tidak mengganggu mereka.
Gus Baha mencontohkan situasi di mana seseorang yang tidak dikenal baik oleh tuan rumah berkunjung pada jam istirahat. "Jika tidak dikenal baik, kamu datang di jam istirahat mesti kamu dianggap problem," tambahnya.
Dalam situasi seperti ini, kunjungan tersebut bisa dianggap sebagai masalah atau gangguan, sehingga penting untuk memperhatikan waktu dan konteks saat bertamu.
Lebih lanjut, Gus Baha mengutip ayat Al-Qur'an yang mengajarkan pentingnya kenyamanan dalam berinteraksi. "Ukuran dalam Quran itukamu merasa nyaman, nyaman itu enjoy," ujarnya.
Advertisement
Jangan Sampai Bertamu Justru jadi Problem
Ia menekankan bahwa kita harus memastikan kenyamanan kedua belah pihak dalam setiap interaksi sosial.
Gus Baha memberikan contoh dari pengalamannya sendiri, di mana kunjungannya ke teman lama yang akrab sejak kecil membuatnya merasa nyaman dan tidak terikat oleh formalitas waktu.
"Kayak saya dolan di Gus Gofur kan akrab mulai kecil teman saya mungkin bisa ngabaikan jam," kata Gus Baha. Namun, saat berkunjung ke kiai yang tidak mengenal dirinya dengan baik, Gus Baha merasa harus memperhatikan waktu dan situasi agar tidak dianggap sebagai gangguan.
Gus Baha menegaskan bahwa memahami konteks dan situasi saat bertamu adalah bagian dari adab dan kesopanan yang diajarkan dalam Islam. "Mungkin kedatangan saya dianggap problem karena di jam tertentu saya harus mikir," ujarnya.
Ini menunjukkan betapa pentingnya kita untuk selalu mempertimbangkan kenyamanan tuan rumah dalam setiap kunjungan.
Ceramah Gus Baha ini mengingatkan kita akan nilai-nilai penting dalam interaksi sosial yang sering kali terlupakan. Kenyamanan, keakraban, dan kesopanan adalah kunci dalam menjaga hubungan baik dengan orang lain.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan saling menghormati.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul