Apakah Habib Pasti Masuk Surga? Begini Jawaban Telak UAS dan Sayyid Abdullah al-Haddad

Fenomena keturunan nabi yang tak mencerminkan akhlak Rasulullah SAW sering ditemukan di Indonesia

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 21 Agu 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 00:30 WIB
Ilustrasi Bung Karno dengan Ulama
Ilustrasi gambar Bung Karno bersama ulama. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Islam, keturunan Nabi Muhammad SAW sangat dihormati dan dicintai. Mereka adalah ahlul bait jalur nasab.

Nasab Rasulullah tersambung melalui keturunan-keturunannya. Satu-satunya nasab yang tak akan putus hingga hari kiamat adalah nasab Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia, dzurriyah nabi populer dengan panggilan habib, habaib (jamak), sayyid dan syarif. Sebagiannya adalah ulama yang mendirikan pesantren, majelis ta'lim, pedagang, atau pekerja lainnya.

Nah, masalahnya seringkali didapati ada habib yang tindak-tanduknya tak mencerminkan akhlak Rasulullah. Perilakunya bahkan meresahkan.

Meski begitu, ada kelompok yang mengklaim bahwa habib atau keturunan Nabi SAW pasti masuk surga. Walau berbuat maksiat, mereka akan selamat di akhirat.

Lantas, bagaimana pandangan ulama?

Soal ini, ulama muda yang juga pendakwah populer Ustadz Abdul Somad (UAS) menjawab dengan telak. Pun, kita akan mengkaji melalui pandangan Sayyid Abdullah al-Haddad.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jawaban Telak Ustadz Abdul Somad (UAS)

Fenomena pengeklaim keturunan nabi yang tak mencerminkan akhlak Rasulullah SAW sering ditemukan di Indonesia. Bahkan ada yang menganggap bahwa seorang habib akan mendapat syafaat di akhirat kelak meskipun ia menyimpang dari agama.

Hal tersebut menjadi pertanyaan dari salah seorang jemaah yang mengikuti kajian Ustaz Abdul Somad (UAS).

Apakah semua keturunan Rasulullah SAW (habib) atau syarifah akan dipastikan masuk surga walau di dunia dia tidak mentaati perintah Allah?” tanya jemaah tersebut yang dibaca UAS, dikutip dari YouTube Tanya Ustadz Abdul Somad via kanal Islami Liputan6.com, Selasa (21/7/2024).

 

UAS mengutip satu hadis shahih untuk menjawab pertanyaan tersebut. “Seandainya Fatimah anak Muhammad mencuri, aku yang akan memotong tangannya,” demikian bunyi hadis yang disampaikan UAS.

Berdasarkan hadis tersebut, UAS menegaskan bahwa hukum dalam Islam berlaku bagi siapapun, termasuk keturunan Rasulullah SAW sekalipun. Artinya, tidak semata-mata keturunan nabi memiliki kekebalan hukum atas hukum-hukum yang ditetapkan Allah SWT.

“Hukum berlaku bagi keturunan Nabi Muhammad SAW,” kata UAS.

Meskipun demikian, banyak juga habib di Indonesia yang mencerminkan akhlak Rasulullah SAW. Mereka berilmu dan beramal saleh.

UAS sendiri mengaku sangat menghormati para keturunan Rasulullah SAW yang demikian.

“Kenapa ustaz cium Habib Umar di Istiqlal kemarin, karena beliau punya silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW,” tutur UAS.

 

Pendapat Sayyid Abdullah Al-Haddad, Ahlul Bait tak Kebal Hukum

Pendapat UAS senada dengan Sayyid Abdullah Al-Haddad. Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak setuju atas anggapan bahwa keturunan Rasulullah SAW dipastikan masuk surga meskipun melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari agama.

فيقول هؤلاء أهل بيت رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورسول الله شفيع لهم، ولعل الذنوب لا تضرهم، وهذا قول شنيع، يضر القائل به نفسه، ويضر به غيره من الجاهلين، وكيف يقول أحد ذالك وفي كتاب الله العزيز ما يدل غلى اهل أن أهل البيت يضاعف لهم الثواب على الحسنات، والعقاب على السيئات

Artinya: “Ada yang mengatakan,”Biarlah, mereka adalah dari Ahlul Bait, Rasulullah ﷺ pasti akan bersyafaat kepada mereka, dan mungkin pula dosa-dosa yang mereka lakukan tak akan menjadi mudarat atas mereka.” Sungguh ini adalah ucapan yang amat buruk, yang menimbulkan mudarat bagi si pembicara sendiri dan bagi orang-orang lainnya yang tergolong kaum jahil. Bagaimana bisa seseorang berkata seperti itu, sedangkan dalam Al-Qurán, Kitab Allah yang mulia terdapat petunjuk bahwa anggota keluarga Rasulullah dilipat gandakan bagi mereka pahala amal baiknya, demikian pula hukuman atas perbuatan buruknya.” (Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 88)

Mengutip NU Online, sangat jelas bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak setuju terhadap anggapan bahwa orang-orang tertentu seperti Ahlul Bait memiliki kekebalan hukum atas hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah subhanahu wataála disebakan kemuliaan nasabnya yang bersambung kepada Rasulullah.

Ulama yang diyakini sebagai pembaharu abad 11 hijriyah ini menyebut orang yang memiliki anggapan seperti itu telah melakukan perbuatan dusta tentang Allah subhanahu wataála serta menyalahi ijma’ seluruh kaum Muslilimin. (Lihat hal. 89). Wallahu'alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya