Telak! Menurut Gus Baha Petani itu Lebih Keren dari Menteri Pertanian, Ini Alasannya

Ternyata bagi Gus Baha petani itu lebih keren dari menteri pertanian

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Agu 2024, 23:45 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2024, 10:30 WIB
Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto Istimewa: SS YT)
Gus Baha dikaplok Kiai Agus Ali Mashuri, saking lucunya. (Foto Istimewa: SS YT)

Liputan6.com, Cilacap - Banyak topik menarik untuk disimak dalam pengajian-pengajian KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.

Topik atau tema yang diulas kali ini seputar petani yang hakikatnya lebih keren ketimbang menteri pertanian.

Bahkan Gus Baha menambahkan bahwa petani hakikatnya juga sangat membatu presiden dalam ketahanan pangan di negeri ini.

“Saya berkali-kali ngomong di mana-mana, apa artinya menteri pertanian kalau kita tidak menanam padi,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @SudarnoPranoto, Minggu (25/08/2024).

“Mbok pintarnya kayak apa tetap enggak ada ketahanan pangan, sekarang menjadi ketahanan pangan itu rumusnya menteri apa karena petani yang mau nanam padi?” imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Lebih Keren dari Menteri

Semarang
Petani menanam padi biosalin hasil riset Badan Riset Inovasi Nasional yang bisa ditanam di perairan payau. Foto: liputan6.com/felek wahyu 

Gus Baha membeberkan alasan petani itu lebih keren dari menteri pertanian dengan logika yang sangat sederhana. 

Menurut Gus Baha, petani lebih keren dari menteri sebab dia sangat ikhlas membantu presiden dalam ketahanan pangan padahal dirinya tidak digaji oleh pemerintah, sementara menteri tentu saja membutuhkan gaji. 

“Itu hakikatnya membantu presiden dalam ketahanan, cuma petani lebih keren karena tidak butuh digaji, kalau menteri ya keren tapi kurang keren karena masih dapat gaji, banyak contohnya kalau berfikir dapat gaji,” terangnya.

“Nah petani kalau berfikir tidak dapat gaji, itu keren. Selalu rakyat lebih keren ketimbang pejabatnya ya begitu aturannya, kamu saja yang kurang bersyukur jadi rakyat, bilang enak jadi menteri,” imbuhnya.


Keutamaan Menjadi Petani

Ilustrasi bercocok tanam, menanam padi, petani, sawah
Ilustrasi bercocok tanam, menanam padi, petani, sawah. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Menukil NU Online, Islam memberikan keutamaan bagi usaha mata pencaharian di sektor pertanian, sektor jasa, dan sektor perdagangan.

قوله (أفضل المكاسب الزراعة) أي لأنها أقرب إلى التوكل ولأن الحاجة إليها أعم ولا يرزؤه أحد أي ينقصه إلا كان له صدقة وفي رواية لا يغرس مسلم غرسا ولا يزرع زرعا فيأكل منه إنسان ولا دابة ولا شيء إلا كان له صدقة

Artinya, “(Pekerjaan atau mata pencarian paling utama adalah pertanian) karena pekerjaan ini lebih dekat pada tawakal dan karena urgensi pertanian lebih umum. Hadits nabi menyebutkan, ‘Tiada sesuatu yang menguranginya (tanaman) melainkan akan bernilai pahala bagi pemiliknya.’ Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Tiada seorang muslim beriman yang menanam pohon, lalu hasilnya dimakan manusia, binatang, atau makhluk apapun melainkan akan bernilai pahala bagi pemiliknya,’” (Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anatut Thalibin ala Halli Alfazhi Fathil Mu‘in, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz II, halaman 404).

Sektor pertanian menempati kedudukan tertinggi dalam Islam. Sektor pertanian diasumsikan sebagai sektor usaha yang bergantung pada alam sehingga sektor pertanian ini dapat mendekatkan pelaku usaha yang terlibat di sektor ini pada kepasrahan kepada Allah swt.

Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Kitab Fathul Mu‘in menyebutkan setidaknya tiga sektor pekerjaan yang utama sebagai mata pencarian. Menurutnya, pekerjaan paling utama ialah pekerjaan di sektor pertanian, kemudian sektor kerajinan tangan, lalu sektor perdagangan.

Usaha kerajinan tangan di sini dapat mengacu pada sektor jasa atau hasil keringat yang dilakukan dengan tangan. Sebuah hadits menyebutkan, “Tiada makanan yang dikonsumsi oleh seseorang yang kebaikannya melebihi hasil usaha tangannya sendiri (sektor jasa). Sungguh nabi Allah Dawud as makan dari hasil keringatnya sendiri.” (Sayyid Bakri, 2005 M/1425-1426 H: II/404).

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ قَالَ وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Artinya, “Tiada makanan yang dikonsumsi oleh seseorang yang kebaikannya melebihi hasil usaha tangannya sendiri (sektor jasa). Sungguh nabi Allah Dawud as tidak makan kecuali dari hasil keringatnya sendiri,” (HR Bukhari dan imam hadits lainnya).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya