Liputan6.com, Jakarta - Perbuatan baik atau amal bisa dilakukan oleh siapa saja. Muslim maupun nonmuslim bisa melakukan amal.
Namun, apakah amal orang kafir diterima dan mendapat pahala?
Ulama kharismatik Rembang KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab disapa Gus Baha menjelaskan mengenai amal orang kafir. Menurut dia, amal orang kafir tidak diterima Allah SWT.
Advertisement
Gus Baha memulai penjelasannya dengan menyoroti protes dari kalangan humanis yang mempertanyakan keadilan di balik tidak diterimanya amal orang kafir.
"Kadang orang-orang humanis protes, kok amal orang kafir nggak diterima Allah, apa agama ini sadis?" ujar Gus Baha, diikutip dari kanal YouTube @Ngaji_Hati.
Namun, Gus Baha menjelaskan bahwa pandangan ini salah kaprah. Menurutnya, bukan masalah sadis atau tidak, melainkan ada konsep fundamental dalam memahami hubungan antara manusia dengan Tuhan.
"Sebetulnya bukan begitu cara pandang. Bagaimana amal diterima sementara orang tersebut mengamalkan harta yang bukan miliknya?" jelas Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Mengibaratkan Seperti Ini
Ia mengibaratkan situasi ini seperti seseorang yang memiliki uang satu miliar, lalu uang tersebut disedekahkan oleh orang lain tanpa izin pemiliknya.
"Ini ibarat saya punya uang satu miliar, lalu disedekahkan oleh orang lain tanpa sepengetahuan saya," kata Gus Baha.
Gus Baha menegaskan bahwa dalam Islam, setiap amal harus disertai dengan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Jika seseorang tidak mengakui bahwa Allah adalah pemilik segalanya, maka amalnya tidak akan diterima.
"Orang kafir nggak diterima karena nggak ngaku yang punya. Jadi, ibarat seseorang menumpang rumah orang lain, lalu berterima kasihnya kepada orang lain, bukan kepada tuan rumah," jelasnya.
Ia mencontohkan, jika seseorang menumpang di rumah seseorang, tetapi berterima kasih kepada orang lain yang bukan pemilik rumah, hal itu adalah tindakan yang tidak pantas.
"Ibarat saya menumpang di rumah seseorang, lalu terima kasihnya kepada orang lain, bukan kepada pemilik rumah, ini tidak benar," tegas Gus Baha.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa mengenal dan mengakui Tuhan sebagai pemilik segalanya adalah hal yang esensial dalam Islam. Tanpa pengakuan ini, segala amal menjadi tidak bermakna.
"Orang yang nggak kenal Tuhannya itu buruk sekali. Ini menunjukkan betapa pentingnya pengakuan kepada Allah dalam setiap amal," katanya.
Gus Baha juga menjelaskan bahwa dalam Islam, amal bukan hanya sekadar perbuatan baik, tetapi juga harus didasari oleh keyakinan yang benar.
Advertisement
Amal Harus Didasari Tauhid
"Amal dalam Islam bukan hanya soal perbuatan baik, tapi juga harus didasari oleh tauhid, pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan," ujar Gus Baha.
Ia menambahkan bahwa inilah yang membedakan antara amal seorang Muslim dan non-Muslim.
"Inilah bedanya amal seorang Muslim dengan non-Muslim. Orang Muslim melakukan amal dengan pengakuan bahwa Allah adalah pemilik segalanya," jelasnya.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa amal perbuatan yang dilakukan tanpa pengakuan terhadap Allah sebagai pemilik segalanya tidak akan membawa manfaat di akhirat.
"Amal yang dilakukan tanpa pengakuan terhadap Allah tidak akan membawa manfaat di akhirat. Ini yang harus kita pahami," tegasnya.
Di akhir penjelasannya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk selalu menyertakan pengakuan kepada Allah dalam setiap amal yang dilakukan.
"Kita harus selalu menyertakan pengakuan kepada Allah dalam setiap amal kita, agar amal tersebut diterima dan bermanfaat di akhirat," ajaknya.
Semoga penjelasan Gus Baha ini memberikan perspektif yang jelas mengenai pentingnya tauhid dan pengakuan terhadap Allah dalam setiap amal, serta menegaskan bahwa tanpa pengakuan ini, amal perbuatan tidak akan diterima oleh Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul