Bolehkah Seorang Muslim Mengidolakan Publik Figur Nonmuslim?

Tak ada yang salah ketika kita mengidolakan seseorang yang dapat menjadi inspirasi dan teladan yang baik bagi hidup. Namun, bagaimana jika yang diidolakan adalah seorang nonmuslim? Bagaimana hukumnya dalam Islam?

oleh Putry Damayanty diperbarui 26 Sep 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2024, 14:30 WIB
Nonton Konser.
Ilustrasi menonton konser. (Foto: Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta - Perasaan suka dan cinta merupakan fitrah bagi manusia. Setiap orang pasti memiliki kecenderungan untuk menyukai sesuatu termasuk mengidolakan seseorang.

Idola dapat dimaknai sebagai sosok yang menginspirasi ataupun menjadi panutan bagi seseorang. Namun, di zaman sekarang ini sudah umum seorang muslim mengidolakan nonmuslim.

Bahkan banyak yang rela membeli tiket konser dengan harga mahal dan datang berdesakan demi melihat sang idola. Sayangnya mereka lupa siapa idola sejati yang layak menjadi teladan sesungguhnya.

Lantas, bagaimanakah jika seorang muslim mengidolakan sosok publik figur nonmuslim? Bagaimana hukumnya dalam Islam? Berikut ulasannya merangkum dari laman cahayaislam.id.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Siapa itu Idola?

Ilustrasi kata, kalimat, tanda tanya
Ilustrasi kata, kalimat, tanda tanya. (Image by freepik)

Mengapa pemilihan idola sangat penting? Karena seorang idola akan menjadi panutan hati. Setiap langkah dan gerak Sang Idola akan selalu diikuti, dari cara bicara, cara berjalan, cara berpakaian, dan bahkan caranya menjalani kehidupan. Itulah sebabnya memilih idola harus penuh kehati-hatian.

Apa makna sesungguhnya dari kata idola? Dalam KBBI, idola bermakna gambar, patung, dan sebagainya yang menjadi pujaan.

Selanjutnya, makna puja adalah upacara penghormatan kepada dewa-dewa, berhala, dan sebagainya. Memuja artinya menghormati dewa-dewa. Memuja-muja bermakna memperdewa, sangat mencintai atau sangat menyukai.

Dari makna-makna kata tersebut dapat tersimpul bahwa idola memiliki makna yang lebih dari sekadar mencintai atau mengagumi. Mengidolakan artinya memuja-muja atau mendewa-dewakan.

Faktanya banyak fans dari publik figur yang rela melakukan berbagai hal yang menunjukkan perasaan memuja yang berlebih-lebihan. Misalnya memperebutkan pakaian bekasnya, merombak penampilan agar mirip idolanya, dan lainnya. Na’udzu billah.


Telaah Hukum Mengidolakan Nonmuslim

Ilustrasi nonton konser K-Pop
Ilustrasi nonton konser K-Pop. (Shutterstock/Sam the Leigh)

Seseorang yang mengidolakan orang kafir akan terbiasa melihat perbuatan-perbuatan buruk. Misalnya minum khamr, berzina, makan babi, memaki-maki, tidak menutup aurat, dan sebagainya. Hal ini bisa menyebabkannya paling sedikit ridha dengan perbuatan-perbuatan tersebut atau malah menirunya.

Belum lagi dengan aqidah orang yang menjadi idolanya. Melihat sang idola melaksanakan ritual-ritual agamanya, merayakan hari rayanya, bisa membuatnya ikut-ikutan merayakan dan menggoyahkan aqidahnya.

Karenanya tidak heran jika Buya Yahya melarang umat Islam mengidolakan orang-orang nonmuslim. Sedikit banyak kebiasaan-kebiasaan buruk sang idola bisa menular kepada para fans.

Tidak sedikit dalil-dalil yang melarang umat Islam untuk mengidolakan orang-orang nonmuslim. Di antara dalil-dalilnya yaitu:


1. Larangan Tasyabbuh

Tiket Konser.
Ilustrasi seseorang memegang tiket konser. (Foto: Shutterstock)

Meniru-niru orang kafir adalah perbuatan yang terlarang dalam Islam. Peniruan ini ada yang menyebabkan kekufuran ada yang juga hanya maksiat biasa. Menirukan orang kafir dalam kekhasan agama mereka, seperti: ajaran agama, hari raya, mengkultuskan seseorang, mengikuti hukum halal-haram mereka. Hal demikian menyebabkan kufur.

Mengikuti orang-orang kafir dalam kebiasaan mereka, seperti: menampakkan aurat, makan dengan tangan kiri, minum khamr, berzina, makan babi, dan sebagainya. Perbuatan semacam ini memang tidak termasuk kufur tetapi termasuk maksiat.

Dalil yang melarang seorang muslim meniru-niru orang nonmuslim adalah sabda Rasulullah SAW berikut,

“Siapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia termasuk golongan mereka.” 

2. Larangan Mencintai Nonmuslim

Rasa cinta tentu menginginkan kebersamaan senantiasa. Termasuk rasa cinta kepada orang-orang nonmuslim dapat menyebabkan seseorang berada bersama mereka pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda,

“Engkau akan bersama orang yang engkau cinta.” 


Sosok Idola Terbaik bagi Umat Islam

Rindu Pada Nabi Muhammad SAW? Ini Peninggalan Tubuh Rasulullah
Kaligrafi Nabi Muhammad SAW | Via: flickr.com

Sosok seorang idola memang bisa membawa pengaruh yang begitu besar. Dia bisa mengangkat derajat seseorang menuju kebaikan dunia dan akhirat. Sebaliknya sosok idola tersebut juga bisa menjerumuskan seseorang, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat nanti.

Karenanya, alangkah bijak jika berhati-hati dalam memilih siapa yang akan menjadi idola. Bukankah umat Islam sudah memiliki suri teladan terbaik yakni Rasulullah SAW? Allah SWT telah berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik untukmu, (yaitu) untuk orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (datangnya) hari Kiamat serta banyak menyebut Allah.” 

Dmikianlah uraian ringkas tentang hukum mengidolakan nonmuslim. Sebaik-baik cinta adalah cinta karena Allah, untuk orang-orang yang mencintai-Nya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya