Tolok Ukur Kesuksesan Seorang Muslim Menurut Islam, Apa Itu?

Sukses merujuk pada kondisi seseorang yang telah mencapai sesuatu. Namun, kata sukses memiliki makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Lantas bagaimana tolok ukur seorang muslim dikatakan sukses?

oleh Putry Damayanty diperbarui 25 Sep 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2024, 13:30 WIB
Ilustrasi motivasi, sukses, inspirasi
Ilustrasi motivasi, sukses, inspirasi. (Photo by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Kesuksesan merupakan keberhasilan dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Kata sukses juga dapat diartikan sebagai kondisi seseorang yang telah mencapai makmur dan stabil. 

Setiap orang pasti sedang menuju dan menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Mencapai kondisi yang menjadi tujuan selama ini akan memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kehidupan seseorang. 

Kesuksesan memiliki makna yang berbeda-beda pada setiap orang. Sebagian orang memandang kesuksesan adalah ketika ia dapat menduduki posisi yang selama ini ia impikan. 

Sedangkan yang lain, menganggap ia sukses saat memiliki banyak harta dan penghasilan. Bahkan, ada yang memaknai sukses ketika ia terkenal di khalayak ramai. 

Dengan makna yang berbeda-beda tersebut, lantas bagaimana sebenarnya tolok ukur kesuksesan seorang muslim dalam pandangan Islam? Berikut ulasannnya mengutip dari laman muslim.or.id. 

 

Sakiskan Video Pilihan ini:

Tolok Ukur Kesuksesan Dunia

Ilustrasi karyawan, semangat, sukses
Ilustrasi karyawan, semangat, sukses. (Image by KamranAydinov on Freepik)

Dunia adalah panggung sandiwara. Banyak orang yang tertipu dengan perkara-perkara yang ada di dunia. Sehingga, seringkali kita mendengar pendapat tentang tolok ukur kesuksesan ada pada sukses secara dunia. Padahal tidak selamanya kesuksesan dapat dilihat dari keberhasilan di dunia. 

Dan seringkali kesuksesan dilihat dalam bentuk target. Seperti, seseorang yang menghafal Al-Qur’an 30 juz secara mutqin, seseorang yang mendapatkan juara pada olimpiade matematika, dan seseorang yang belajar bahasa agar dapat berbicara di depan umum. 

Sebenarnya, tidak masalah ketika seseorang membuat suatu target untuk dirinya. Namun, perlu diketahui bahwa sebagai hamba Allah, tujuan hidup manusia telah dijelaskan dalam firman-Nya, 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dari ayat tersebut, tujuan diciptakannya manusia dikatakan sebagai tolok ukur suksesnya seseorang di dunia, yakni ketika ia beribadah dengan benar kepada Allah. Sehingga, timbangan kemuliaan seseorang tidak dilihat pada harta, jabatan atau pun perkara dunia yang lain. Melainkan pada ketakwaan yang dimilikinya. 

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”

Tolok Ukur Kesuksesan Akhirat

Aktivitas Muslim Kashmir di Bulan Suci Ramadan
Muslim Kashmir sedang berdoa selama bulan ramadan di sebuah tempat suci di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, 7 Mei 2019. Saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu mulai fajar hingga senja. (AP/Mukhtar Khan)

Di akhirat, kehidupan manusia terbagi menjadi dua golongan. Pertama adalah golongan yang di dalamnya terdapat surga. Kedua adalah golongan yang di dalamnya terdapat neraka. 

Bagi setiap orang yang memiliki iman di dalam hatinya terhadap hari akhir dan percaya akan adanya surga dan neraka, pasti memahami bahwa kunci dari sukses di akhirat adalah ketika ia masuk ke dalam surganya Allah. Orang-orang itulah yang mendapatkan bahagia dan keberuntungan di akhirat.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Hud ayat 108:

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ ۖ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ

“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga. Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain), sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.”

Orang yang berimanpun juga memahami bahwa seseorang yang masuk ke dalam neraka adalah orang yang tidak sukses di akhirat. 

“Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalamnya neraka. Di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih).” (QS. Hud:106)

Dari firman Allah di atas, sangat jelaslah bahwa tolok ukur kesuksesan seorang muslim di akhirat adalah ia yang mampu untuk masuk ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka. 

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sunggh ia telah beruntung (sukses). Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran: 185)

Kesimpulan

ilustrasi surga
ilustrasi surga, sumber : freepik.com

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, pada dasarnya setiap dari umat Islam dalam kondisi apapun dapat meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Baik ia adalah orang yang memiliki harta atau kekurangan harta, dalam kondisi sehat atau kondisi sakit, sebagai seorang presiden atau rakyat biasa, seorang pengusaha besar ataupun hanya pekerja kecil. 

Antara kesuksesan yang didapatkan di dunia dan akhirat, menunjukkan hubungan, yang mana dapat digambarkan ketika seseorang sukses di dunia, ia belum tentu sukses secara maknawi di akhirat. Sedangkan, seseorang yang telah sukes di akhirat, maka ia juga dapat dikatakan sukses di dunia. 

Karena, ibadah-ibadah yang ia lakukan di dunia serta hal-hal yang dapat menjadikannya selalu dekat dengan Allah lah yang dapat mengantarkannya kepada kehidupan abadi di surga-Nya.

Seorang muslim dikatakan sukses apabila ia beribadah kepada Allah dengan benar dalam kondisinya masing-masing. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

إِنَّ اللَّهَ ‌لَا ‌يَنْظُرُ ‌إِلَى ‌صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ. وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk rupa kalian dan harta benda kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya