Liputan6.com, Jakarta - Setiap ibadah dalam Islam harus diawali dengan niat. Niat menjadi bagian terpenting dalam mengerjakan ibadah tersebut. Niat juga menjadi pembeda antara ibadah yang satu dengan yang lainnya.
Dalam salah satu riwayat hadis disebutkan bahwa niat menjadi tolak ukur amalan. Niat bisa menjadi penentu diterima atau tidaknya amalan seorang muslim dan banyak atau sedikitnya pahala yang diperoleh.
“Sesungguhnya setiap perbuatan itu diberi ganjaran sesuai dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan niatnya, maka barangsiapa yang hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya untuk urusan dunia, atau untuk wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah untuk apa yang diniatkannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Advertisement
Baca Juga
Salah satu ibadah yang mengharuskan diawali dengan niat adalah sholat. Dalam sholat, niat menjadi bagian dari rukun yang tidak boleh ditinggalkan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Safinatun Najah karangan Syekh Salim bin Abdullah bin Sa'ad bin Sumair Al Hadhram.
Meski sudah jelas bahwa niat sholat wajib, namun kadang kala masih ditemukan di tengah masyarakat yang belum banyak tahu tentang niat sholat, terlebih soal di mana dan kapan niat sholat dilakukan. Juga apakah dibolehkan jika tanpa mengucapkan lafadz “Ushalli…”?
Untuk menjawab persoalan ini, mari simak penjelasan dua ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Ustadz Abdul Somad (UAS) berikut ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya tentang Niat Sholat
Buya Yahya menjelaskan, niat adalah bermaksud melakukan sesuatu dengan hati. Dalam sholat, niat berarti bermaksud melakukan sholat. Waktu niat sholat adalah ketika takbiratul ihram.
Pengasuh LPD Al Bahjah ini menerangkan, tempat niat ada di dalam hati, bukan di lidah, sehingga jika tidak mengucapkan “Ushalli…” sholatnya tetap sah, asalkan berniat saat takbiratul ihram.
“Melintaskan niat di dalam sholat dibarengi waktu takbiratul ihram,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (24/9/2024).
Dalam niat sholat fardhu ada tiga aspek yang wajib dihadirkan saat takbiratul ihram, yakni maksud melakukan sholat, sholatnya apa, dan meyakini kefardhuannya.
“Jadi kalau bahasa Arab-nya ‘Ushalli fardhu dzuhri’ (saya niat sholat fardhu Dzuhur), itu sudah cukup,” jelas Buya Yahya.
Jika sholat sunnah seperti rawatib, cukup menghadirkan maksud dan nama sholatnya. Misalnya, “Saya niat sholat qobliyah Dzuhur”. Nah, itu diniatkan saat takbiratul ihram.
Untuk sholat sunnah mutlak atau sholat sunnah yang tidak memiliki nama, bisa langsung niat saja saat takbiratul ihram tanpa harus menentukan sholatnya apa. Sebab, sholat tidak ada nama khusus terkait sholat mutlak.
Advertisement
Penjelasan UAS tentang Niat Sholat
Ustadz Abdul Somad atau UAS juga mengatakan bahwa niat tidak diucapkan di mulut, tapi tempatnya niat ada di dalam hati. Ia pun membeberkan alasan diajarkannya menggunakan kalimat “Ushalli…” sebelum takbiratul ihram. Menurutnya, hal tersebut agar muslim tidak was-was dan lupa sholatnya.
“Mak untuk menghilangkan was-was, sholat apa nih, sholat dzuhur, berapa rakaat, 4 rakaat, ada’an apa qada, jadi makmum atau imam,” kata UAS dikutip dari YouTube Tanya Jawab ustadz Abdul Somad.
“Makanya dalam Mazhab Syafi'i dianjurkan (mengucapkan niat), dalam mazhab maliki dan hanafi tidak dianjurkan, kecuali menolak was-was boleh,” tandasnya.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dua ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa yang sering diucapkan sebelum takbiratul ihram yakni usholli dan seterusnya bukanlah sebuah niat sholat.
Niat sholat hanya dilakukan saat takbiratul ihram. Bahasanya pun tidak harus menggunakan Arab, kita dapat melakukan niat sholat menggunakan bahasa yang dipahami.
Wallahu a’lam.